"Nyai bisa terbang?!" Maheswara terkejut karena kejadian barusan. "Cih seharusnya bilang dari awal, tunggu aku Nyai!!" Maheswara berlari menyusul Dyah Asih yang sudah jauh.
"Sebaiknya aku memanggil Ki Wiryo untuk berjaga-jaga. Hmph hyah." Sang Jaka menggerakkan tangannya, mengumpulkan aliran energi nya untuk memanggil Ki Wiryo yang ternyata adalah sebuah Keris. "Ki Wiryo, pergilah bersama Paman Maheswara. Mungkin dia akan membutuhkan dirimu." Ki Wiryo yang dalam bentuk keris segera melesat pergi.
***
Dyah Asih kini sudah diluar gerbang luar kerajaan, menghancurkan badai pasir dengan kibasan tangannya dan melesat semakin cepat ke arah Varthasur.
"Ular ini pasti utusan dari Ajisana keparat itu!" aliran energi Dyah Asih semakin menguat seiring menipisnya jarak dengan Varthasur.
Dengan kecepatan tinggi kini jarak mereka hanya sepanjang tombak, Dyah Asih mengerahkan kekuatannya, mengumpulkan nya dalam satu pukulan. "Terima ini!!" Dyah Asih berhasil mendaratkan satu pukulan dahsyat di tubuh Varthasur, membuat ular raksasa itu menggeliat kesakitan.
"Cih ternyata kekuatan ku belum sepenuhnya pulih, ap-- aah!" sebelum Dyah Asih sadari dia sudah terpental karena serangan ekor Varthasur.
Varthasur bangkit dan mengerang kencang, berjalan kembali kearah Kerajaan Tirtapura, semakin dekat. "Sshhh grrraahh." Varthasur mendesis.
'krrrik krrrik'
Varthasur menggerakkan ekor nya dan membuat badai pasir yang besar siap menerjang Kerajaan Tirtapura. Sementara itu pasukan pemanah Kerajaan Tirtapura sudah bersiap di gerbang luar kerajaan untuk menyambut Varthasur.
"Aku harap Nyai baik baik saja. Itu dia gerbangnya!" Maheswara terus berlari hingga sampailah dia di depan gerbang kerajaan.
"Anda mau kemana?! Diluar berbahaya!" ujar penjaga gerbang.