"Dirimu pasti Maheswara, murid Ki Arya dari Kertasura. Dan kau, Kanjeng Ratu Dyah Asih Malapetaka, Ratu Siluman Agrasura." terang Raja Astrasoca.
"Bagaimana- tidak, maafkan hamba karena lancang Baginda Raja." Maheswara membatalkan pertanyaan dan meminta maaf sementara Dyah Asih terkejut karena dia sudah menahan kekuatannya hingga tak terdeteksi.
"Aku sudah menunggu kedatangan kalian juga. Semuanya sudah aku perkirakan. Maka dari itu langsung saja kita membahas masalahnya, karena kita tidak memiliki banyak waktu." jawab Raja Astrasoca sembari memberikan isyarat kepada orang disampingnya yang ternyata adalah perdana menteri Tirtapura.
Sang Perdana Menteri melangkah maju, berdehem membersihkan tenggorokan nya sebelum berbicara, "Izinkan saya membahas masalah ini. Belakangan ini Kerajaan Tirtapura sering dilanda badai pasir, beruntung kami memiliki dinding pemecah badai. Tapi tentu saja badai ini sangat merugikan karena menghambat proses perdagangan kami. Setelah kami selidiki, penyebab dari badai ini adalah seekor siluman ular derik, Varthasur. Dia dapat menciptakan badai pasir hanya dengan menggerakkan ekornya dan--" kata-kata sang perdana menteri terpotong oleh suara pintu yang terbuka.
"Dia sudah datang." ujar Raja Astrasoca.
"Izin melaporkan Baginda Raja, terlihat sebuah badai pasir yang besar dan dibelakang nya ada seekor ular raksasa." lapor penjaga gerbang luar kerajaan.
"Apa?! Semuanya bersiaga!" perintah perdana menteri.
Seketika ruang singgasana menjadi kacau, ditengah kekacauan itu Raja Astrasoca turun dari singgasananya menghampiri Maheswara, "Dirimu, Maheswara, sudah ditakdirkan untuk menghadapi Varthasur disini. Semoga berhasil." ujar Raja Astrasoca sembari pergi meninggalkan ruang singgasana.
"Paman kita juga harus bergegas!" seru Sang Jaka.
"Padahal aku berharap hari ini tidak akan terjadi sesuatu yang buruk..." gumam Maheswara.
"Cih bagaimana Raja itu bisa tahu. Pokoknya sekarang kita habisi siluman ular derik itu dan pergi dari sini." Dyah Asih segera berlari keluar istana dan melompat terbang ke arah badai.