Bukkk
Seketika saya terkejut melihatnya mengikatkan tangannya di badan. Saya sangat paham dan mengerti apa arti pelukan ini. Setelah ini dapat di pastikan dia akan sering tidur larut malam hanya karena memikirkan keadaan dan kondisi saya saat sedang jauh darinya.
"Berhati - hatilah, sehat selalu, saya hanya bisa mendoakan dan menitipkan anda pada Tuhan", ucapnya membuat salam perpisahan ini sedikit lebih terasa dari sebelum - sebelumnya.
"Maka segeralah berbicara dan menitipkan saya pada Tuhan. Maka saya akan baik - baik saja"
Pelukan itu semakin mengerat terlebih suasana disekitar hening membuat pelukan itu semakin berarti. Saya hanya bisa membalasa pelukan itu dan menunggunya yang melepas. Namun, tak perlu menunggu lama, ia melepaskan ikatan itu.
"Pergilah, selamat sampai tujuan anda", salamnya semakin membuat saya mengerti.
Sekilas saya usap lembut pucuk rambutnya, dan berlalu lintas meninggalkan wanita itu.
"Hei bung", terdengar suara serak seorang lelaki memanggil saya.
"Hei, mari berangkat", sahutku saat mengetahui lelaki tersebut adalah sosok Mohammad Hatta, teman seperjuangan saya.
Kami pergi meninggalkan kediaman, diiringi lambaian tangan wanita cantik yang sedari dari masih berada dalam pikiran saya.
***