(Apakah pasukan mu yang menculik Fatmawati?!)
"Hei, Bung!! You have ears? You can hear me right?", tanya saya sambil menarik kerah bajunya karena dia tak menjawab sepatah kata pun.
(Hai, Bung!! Anda punya telinga? Anda bisa mendengar saya kan?)
Bukk... satu kepalan tangan mendarat di wajah pria itu kala tak menjawab lagi pertanyaan dari saya. Kepalan itu membuat pelipis sang prajurit meneteskan darah namun nihil tidak ada jawaban sama sekali.
"I'm just delivering messages and invitations", sahutnya dan memberi hormat serta langsung berlalu meninggalkan saya.
(Saya hanya menyampaikan pesan dan undangan)
Saya hanya bisa menghela napas berat kala mengingat senyum Fatmawati yang masih ada dalam ingatan saya. "Saya akan membawa pulang Fatmawati!"
Hari berlalu dan malam hari itu saya pergi menuji markas Angkatan Darat Jepang. Saya bersama ditemani dengan beberapa masyarakat pula. Tiba saat saya menghadap kepada bangunan besar yang menjadi markas mereka tersebut. Palang dibuka dan pintu gerbang utama ikut terbuka. Seketika terpampang jelas di depan saya, pemimpin jenderal pasukan Angkatan Darat Jepang ini. Tanpa basa basi saya segera melontarkan pertanyaan kepada nya.
"Where's Fatmawati?"
(Dimana Fatmawati)
Lelaki itu hanya tersenyum dan menengok kea rah ujung sisi ruangan. Pandangan saya pun ikut tertuju kesana. Sungguh terkejut melihat wanita yang saya cintai diikat dan di sekap.