"MERDEKA!!"
Kebahagiaan itu tak datang terlalu lama untuk saya... Dengan sigap para prajurit Jepang mengetahui dan melacak keberadaan saya dan para tokoh -- tokoh lain. Kami segera pergi sebelum kedatangan Jepang dapat di prediksi. Di waktu yang sama saya tiba -- tiba membeku dan berpikir.
"FATMA", ucap dalam batin saya waktu itu.
"FATMAWATI!!"
Saya segera kembali ke kediaman...
Buukkk, lutut saya seketika lemas, tangan saya gemetaran, mata saya yang jelas -- jelas tidak bisa menahan air mata itu, mulai membasahi seluruh wajah. Saya masih berusaha mencerna keadaan dan melihat dengan betul apa yang ada di hadapan saya. Melihat dengan jelas apakah ini benar -- benar mimpi atau hanya mimpi belaka. Pipi saya tampar kala itu, semakin saya tampar semakin terasa, terasa bahwa ini kenyataan.
"Fatmaa.."
"Huks hukss fatmaaa..."
Di depan saya jelas terpampang seorang wanita dengan kepala yang di ikat pada tali tampar. Seluruh badannya bercucuran darah, dari wajah hingga ujung kaki cantiknya. Matanya yang masih meneteskan air mata itu membuat hati saya teriris waktu itu juga.
"Fatmaa..."
"FATMAAAAAAAAAAWATIIIIIII", teriakan saya mengundang kericuhan.