Tetapi sewaktu ke Palembang , saya tidak bisa menemukan jejak pak Bakri.
Padahal saya sempat ke pasar Cinde - pasar besar dipusat kota, dan berkeliling di lapak ikan, serta memperhatikan dan tanya sana-sini pada para pedagang disitu.
Mereka menggeleng, tidak kenal dan tidak tau dengan pak Bakri yang pedagang ikan, dan pernah lama di Surabaya
Nama Bakri sebetulnya akrab dikeluarga suami.
Pak Bakri ini konon, dijaman sebelum Revolusi pecah, sudah lama ada di Surabaya.
Sebagai perantau dari Palembang, dia ditampung oleh keluarga suami.
Umurnya lebih tua dan dia berhasil menjadi abang yang baik bagi suami.
Setiap hari menemani dan mengantarkan suami kesekolah, menjemputnya dan juga mengajarinya berbagai hal dan aneka mainan : layang-layang, kelereng, gasing, egrang, engklek, Â mercon, petak umpet dll.
Suami cerita, paling senang dan seru, ingat waktu diajari berenang dan mancing ikan dilaut, karena rumah suami memang tidak jauh dari laut.
Pak Bakri juga piawai jika belanja ke pasar serta ikut serta membantu mengolah makanan didapur bagi keluarga suami.
Pokoknya serba bisa dengan sifatnya yang baik, santun, jujur, sabar serta bersahabat.