Mohon tunggu...
Silvia Aprilia
Silvia Aprilia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

for school

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku sebagai Pendamping Hatta dalam Perjuangan Kemerdekaan

4 November 2021   16:00 Diperbarui: 4 November 2021   17:30 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang wanita cantik bagaikan seorang dewi yang anggun sedang mengandung seorang anak lelaki yang nantinya akan menjadi seorang proklamator Indonesia dan juga sebagai Bapak Koperasi Indonesia. 

Dengan ditemani pasangannya seorang lelaki tampan yang merupakan anak dari seorang Syekh itu benar-benar setia kepada istrinya, dia menemani istrinya kemanapun dan menuruti permintaan istrinya. 

Mereka saat itu tinggal di Kota Bukittinggi yakni sebuah kota kecil yang dihimpit dataran tinggi Agam yang letaknya sangat indah di ujung kaki Gunung Merapi dan Gunung Singgalang, disebelah utara terlihat melingkung cabang-cabang Bukit Barisan, ngarai dan gunung-gunung yang indah. Dan pada tanggal 12 Agustus 1902, lahirlah seorang bayi laki-laki tampan sambil menangis, tangisannya bagaikan malaikat kecil yang suci. Dia lahir dari keluarga yang berlatar surau di Batu Hampar. 

Bayi ini dinamai Mohammad Hatta. Nama Mohammad Hatta berasal dari Muhammad Athar yang diambil dari nama lengkap seorang tokoh Muslim yakni Ahmad Ibn Muhammad Ibn Abd Al-Karim Ibn Ata-Ilah Al-Sukandari. Nama panggilannya Athar. Ayah Mohammad Hatta adalah putra Syekh Abdulrahman namanya Haji Muhammad Djamil, sedangkan ibunya adalah putri dari Ilysah nama ibunya adalah Siti Salehah. Kedua orang tua nya mempunyai nama panggilan khas yakni Pak Gaek dan Mak Gaek. Hatta adalah anak bungsu dari dua bersaudara, kakaknya bernama Rafiah sangat murah hati dan penyayang.

Karena keluarga Hatta sangat erat dengan pendidikan agama, Hatta pun ikut mengaji di surau bersama Syekh. Dan juga keluarganya ingin Hatta menjadi anak cerdas dan bisa mengharumkan nama bangsa dan menjadi kebanggaan Indonesia, untuk itu kedua orang tuanya sudah memikirkan pendidikan yang akan ditempuh Hatta. 

Dengan perasaan yang tidak sabar akan memberikan pendidikan sekolah kepada Mohammad Hatta, pendidikan Mohammad Hatta tentunya telah dipersiapkan sejak dini oleh kedua orang tuanya. Pasalnya saat dia sudah didaftarkan oleh ibunya di sekolah rakyat, umur Mohammad Hatta ternyata belum mencukupi kriteria yang ditentukan sekolah. 

Ayahnya Mohammad Hatta sangat menginginkan dia untuk bisa bersekolah, lalu ayahnya pun mendaftarkan ke sekolah Belanda swasta milik Tuan Ledeber. Dia menempuh pendidikan disana sekitar tujuh bulan, setelah itu dia bisa masuk ke sekolah rakyat.

Selain itu, Mohammad Hatta juga mendapat ilmu agama dari tempat pengajiannya. Dia mengaji setiap sehabis magrib di surau digurui oleh Syekh Mohammad Jamil Jambek dan mengaji bersama teman-teman sekampungnya. 

"Athar...Athar...cepat berangkat nanti terlambat ke surau", kata teman sebayanya.

"Tunggu sebentar", ucap Athar.

"Athar cepat berangkat, kamu sedang mencari apa?", kata ibu Athar sambil menaruh piring di meja.

"Peci hitam Athar tidak ada bu"

"Sini biar ibu bantu carikan" sambil berjalan ke kamar Athar dan akhirnya ketemu. "Ini ada, sudah pakai, cepat berangkat temanmu sudah menunggu"

"Assalamualaikum bu", ucap Athar sambil salam dengan ibunya.

"Waalaikumsalam"

....

"Hari ini kita akan membahas tajwid dalam Al-qur'an dan membacanya dengan degungan dan irama. Athar coba kamu baca ayat 25 tersebut", kata Syekh Mohammad Jamil Jambek sambil membuka kitab Al-qur'an.

"Athar tidak bisa Syekh, Athar lemah dan selalu salah membacanya", ujar Mohammad Hatta kecil sambil memainkan petunjuk baca alquran.

"Baiklah, Athar baca saja tanpa dengungan dan irama", kata Syekh Mohammad Jamil Jambek.

Dengan perasaan yang awalnya gelisah dan takut saat akan membaca ayat suci Alqur'an, kini telah hilang. Dia membaca ayat Alqur'an tanpa irama sedikitpun dalam artian membaca datar. Teman-temannya ada yang menghina dia karena tidak pandai membaca Alqur'an. Namun, berhasil dihalau oleh Syekh Mohammad Jamil Jambek dan memberi nasihat kepada murid-muridnya. Syekh mengatakan bahwa berani karena benar, takut karena salah.

"Lain kali jangan begitu ya, kita kan sama-sama belajar. Jadi wajar jika masih ada yang belum bisa", kata Syekh.

"Baik Syekh. Maafkan kami ya Athar", lontaran kalimat maaf mulai ramai ditujukkan kepada Athar.

"Iya", dengan nada agak cuek.

Berkat kegigihannya dan semangat menggapai ilmu, Mohammad Hatta tidak putus asa dalam belajar. Pendidikan sekolah dan agama dia seimbangkan, akhirnya setelah dari sekolah rakyat dia dipindahkan ke sekolah dasar tujuh tahun khusus untuk anak-anak Belanda yakni ELS (Europese Lagere School) yang artinya Sekolah Dasar untuk orang kulit putih. Sekolah ini berada di Bukittinggi, kemudian dipindahkan ke sekolah ELS di Padang. Dilanjutkan setelah dia lulus dari ELS Padang, dia mengikuti ujian HBS (Hogere Burger School) tapi tidak diizinkan oleh ibunya untuk bersekolah di HBS.  

" Mak, setelah lulus dari ELS Padang, Athar ingin mengenyam pendidikan di HBS", kata Hatta kecil.

" Tapi umur Athar masih terlalu muda, sebaiknya Athar melanjutkan pendidikan di MULO saja" kata ibunya.

Dengan rasa kecewa, Hatta kemudian berjalan keluar rumah dan memikirkan untuk memutuskan kemana selanjutnya dia akan menempuh pendidikan. Dia bingung apakah harus menuruti keinginannya atau mentaati saran ibunya. Karena rasa sayang Hatta yang besar terhadap ibunya, akhirnya Hatta mengikuti saran ibunya. Singkatnya dia melanjutkan pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Orderwijs), di Padang.

"Sekolah baru, semoga semua berjalan baik, Aamiin", permohonan Athar

Selama di MULO, Athar bertemu teman baru. Mereka sangat baik kepadanya, dengan sikap yang ramah mereka cepat sekali akrab. Suatu pagi mereka pun berangkat sekolah bersama-sama menggunakan sepeda. 

Mereka mengayuh sepeda dengan penuh semangat karena hari ini sedang ada acara di sekolah. Sebelum memulai acara di sekolah, mereka pergi ke kelas dulu membersihkan kelas mereka. Lalu acara dimulai dan tibalah waktu istirahat, mereka pergi ke taman sekolah lalu berdiskusi untuk membentuk sebuah klub sepak bola Indonesia.

"Teman-teman bagaimana kalau kita membentuk klub sepak bola seru juga tuh!", kata Athar

"Wah ide bagus tuh. Kita namakan apa ya?", kata Ari teman Athar

"Klub sepak bola remaja MULO", kata Ijal sambil mengambil botol minum

"Ah, kurang bagus tuh, terlalu kelihatan nama sekolah kitanya", kata Ari

"Lalu ada saran lain?", kata Athar

"Bagaimana kalau Klub Sepak Bola Pribumi, cocok kan untuk kita sebagai anak bangsa Indonesia yang mengedepankan rasa nasionalisme", kata Jojo

"Setuju!", semua bersorak senang

Selama di Padang, Hatta meluangkan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman sebayanya dan tergabung dalam suatu klub sepak bola pribumi. Mulanya dia hanya sebagai pemain biasa, tapi makin dia menunjukkan rasa tanggung jawab dan keberaniannya akhirnya dia dipilih sebagai bendahara, lalu naik jabatan menjadi sekretaris klub tersebut. 

Dia masuk klub sepak bola karena dia ingin merasakan pengalaman berorganisasi dan meningkatkan kerjasama untuk kepentingan bersama. Dari sini mulailah terbentuk karakter Hatta yang disiplin, cerdas, dan bertanggung jawab. 

Sekolah MULO Hatta tampaknya sudah usai. Teman-teman dia sudah berpisah dengan melanjutkan sekolah ke tempat lain. Pada 1919, dia pergi ke Batavia dan mendaftar ke sekolah PHS (Prins Hendrik School), sekolah dagang menengah lima tahun. 

Harapan Hatta sama yakni semoga teman-teman yang dia jumpai sangat baik dan tidak menyusahkan orang lain. Dua tahun terlalui dengan berbagai rintangan dalam belajar, akhirnya dia lulus sebagai siswa terbaik di PHS.

 Pada 3 Agustus 1921, Hatta berangkat ke Negeri Belanda saat umur 19 tahun. "Bu, Athar izin pergi ke negeri Belanda untuk melanjutkan pendidikan di sekolah HHS agar Athar menjadi anak bangsa yang cerdas", kata Hatta.

"Iya nak. Semuanya sudah kamu siapkan dengan baik kan? Jangan ada yang tertinggal. Sini biar ibu rapihkan dasi mu", kata ibu nya.

"Pesawat xxj akan segera berangkat. Harap semua penumpang segera menaiki pesawat xxj dan duduk sesuai kursi yang sudah dipesan." Kata sang Pramugara.

"Cepat naik pesawat, nanti kamu tertinggal. Jangan lupa untuk mengirim surat pada ibu ya"

Pesawat xxj pun berangkat, sang ibu hanya bisa melihat dari jendela bandara melihat anak laki-laki nya pergi ke negeri orang. Setelah memakan waktu berjam-jam, akhirnya peswat xxj mendarat dengan selamat di Bandara Belanda. Semua penumpang turun dan segera mencari taksi untuk sampai di tempat tujuan. 

Di Belanda, Hatta tinggal di sebuah kost yang cukup besar, tak di sangka ternyata dia bertemu teman lama nya yang bersekolah di MULO dan satu klub sepak bola. Dia bernama Ijal. 

Awalnya mereka berdua sama-sama tidak sadar akan bertemu di sana,  tapi karena saat itu Ijal memakai tas dengan stiker bola di MULO yang sama dengan teman nya pada waktu dulu, Hatta pun langsung bertanya dan mengenalinya. Mereka berdua akhirnya berbincang-bincang dahulu sambil menikmati suasana sore hari yang indah di negeri kincir angin itu.

Lalu keesokannya diapun langsung merapat ke Rotterdam dan medaftarkan diri di Sekolah Tinggi Dagang ( Handles Hoge School). Pengalaman bergaul dengan keluarga Belanda sejak kecil di Bukittinggi sampai pendidikan menengah di Padang dan Batavia, nampaknya telah menyiapkan Hatta untuk menjalani suasana kehidupan masyarakat Barat.

Dalam dunia perkuliahan di Belanda, Hatta dapat menempuh ujian doktoral pertama dan kedua. Setelah menyelesaikan ujian doktoral, Hatta memutuskan untuk pulang kembali ke Indonesia.

****

Tidak hanya multitalent di bidang pendidikan saja, Hatta juga terlibat di bidang politik. Awal mula terlibat dalam dunia perpolitikan dimulai saat dia bersekolah di Belanda, Hatta tergabung dalam organisasi Indische Vereninging (Perkumpulan Hindia) yang merupakan organisasi sosial yang akhirnya berubah beraliran politik.

 Pada 1924, berganti nama menjadi Indonesische Vereninging atau Perhimpunan Indonesia (PI). Berkat kepiawaian Hatta dan kegigihannya dalam berorganisasi, akhirnya dia diangkat menjadi ketua PI pada 17 Januari 1926, dan menyampaikan pidato inagurasi berjudul "Economiche Wereldbouw en Machtstegenstelingen" yang artinya struktur ekonomi dunia dan pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia dan menunjuk pada landasan kebijaksanaan non-kooperatif. PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Saking seringnya dia aktif dalam bidang perpolitikan, hampir selalu dia sendiri yang memimpinnya.

Pada 1926, Hatta pergi memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Dia pergi dari Indonesia dengan pesawat dan ditemani para sahabat dekatnya. 

Sebelum dia pergi, seperti biasa dia selalu berdoa supaya selamat sampai tujuan. Sesampaiannya di tempat yang dituju, ia langsung disambut saat memasuki ruangan Kongres itu diadakan. Sorak-sorak tepuk tangan orang-orang diluar membuat kebisingan didaerah sekitar seakan-akan membuat seisi ruangan seperti sedang diadakan konser.

 Moh. Hatta dengan keberanian tekadnya tidak ragu-ragu untuk memperkenalkan nama "Indonesia" didepan khalayak ramai. Tanpa banyak basa-basi akhirnya nama "Indonesia" secara resmi diakui oleh Kongres. Nama "Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal kalangan organisasi internasional.   

Suara langkah kaki orang-orang komunis terdengar jelas ternyata hari itu pada tanggal 25 Desember 1926, Semaun dan PKI datang menemui Hatta dengan berseragam berawarna cokelat tua sambil membawa tongkat kebanggaannya. Tujuan Semaun dan PKI menemui Hatta adalah untuk menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara umum kepada PI. Setelah lama berbincang-bincang di ruangan yang beraroma kopi itu, mereka membuat suatu perjanjian bernama "Konvensi Semaun-Hatta". Ini memicu Belanda untuk menangkap Hatta. Padahal saat itu Hatta belum menyetujui paham komunis. Lalu Stalin membatalkan hasrat Semaun, dan terjadilah hubungan yang buruk dari kedua golongan ini.

Pada tanggal 23 September 1927, pagi itu hari yang cerah diiringi suara burung-burung berkicauan disertai angin bertiup ringan serta suasana yang damai tiba-tiba berubah menjadi suasana tidak mengenakan bagi Hatta, Ali Sastroamidjojo, Nazir Pamunjtjak, dan Abdul Madjid Djojoadhiningrat. 

Pada hari itu mereka ditangkap oleh penguasa Belanda lantaran mereka dituduh menjadi anggota partai terlarang dan menghasut untuk menentang kerajaan Belanda. 

Mereka semua terkejut, pasalnya mereka tiba-tiba ditangkap tanpa bukti yang jelas. Semua tuduhan masuk ke telinga mereka membuat mereka kewalahan dan tidak mengerti kenapa hal ini terjadi pada mereka.

 Lantaran tidak merasa melakukan hal yang dituduhkan, Hatta pun membuat pembelaan yang dia beri judul "Indonesia Vrij" atau Indonesia Merdeka. Hatta menguliti praktik eksploitasi yang dilakukan rezim kolonial di Hindia Belanda. Tapi itu tidak berhasil. Hatta pun akhirnya ditahan beberapa bulan di penjara.

Kesuntukannya saat di penjara tidak membuatnya lengah terhadap gerak-gerik Belanda. Hatta selalu berdoa supaya dibebaskan dari penjara dan segera medapat keadilan yang seadil-adilnya. Dibarengi dengan usaha dia menulis "Kami percaya masa datang bangsa kami dan kami percaya atas kekuatan yang ada dalam jiwanya. Kami tahu bahwa neraca kekuatan di Indonesia senantiasa berkisar ke arah keuntungan kami." Sejak saat itu, T

uhan mengabulkan permohonannya, dan pada tanggal 22 Maret 1928 mereka semua dibebaskan dari tahanan di Den Haag. Setelah bebas dari tahanan, Hatta seperti putus asa dia langsung melepaskan jabatannya sebagai ketua PI. Dia bertekad untuk melanjutkan kuliahnya mengikuti ujian doktoralnya. Setelah Hatta mengundurkan diri menjadi ketua, PI jatuh ke tangan komunis serta mengecam keras kebijakan Hatta dan mengeluarkannya dari PI.

"Hari ini Mohammad Hatta sudah mengundurkan diri sebagai ketua PI. Itu berarti PI sudah bisa diambil alih oleh kita. Setelah semua kebijakan Hatta yang tidak berguna itu, kini bisa kita hapus. Maka dari itu kita akan mengeluarkan Hatta dari PI", kata salah satu anggota dari partai komunis.

Ada berita dari teman satu perjuangannya, Ir. Soekarno beserta ketiga temannya dari PNI ditangkap juga oleh pemerintah Hindia Belanda. PNI Soekarno menyatakan pembubarannya atas anjuran Mr. Sartono dan diganti partai Partindo. 

Para pengikut Hatta di Indonesia membuat gerakan tandingan dengan mendirikan Golongan Merdeka yang diganti namanya menjadi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI). Setelah Hatta pulang dari Belanda pada 5 Juli 1932, Hatta memimpin PNI baru. Pemerintah kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.  Masalah muncul kembali, pada Februari 1934 Hatta ditahan kembali bersama 6 anggota PPNI di Penjara Glodog lalu dibuang ke Digoel. 

"Diam! Jangan ada yang bergerak. Kalian semua ikut kami. Tidak boleh ada yang melawan", kata seorang pemerintah kolonial Belanda.

"Ada apa ini? Kami salah apa?", kata Sutan Syahrir sebagai salah satu anggota PPNI sambil berjalan dan tangannya diikat lalu digiring ke luar ruangan.

"Lebih baik Anda diam atau saya tembak di tempat"

Mereka semua merasakan suasana yang tidak mengenakan.  Semua terdiam, nyaris tidak ada suara bicara yang terdengar. Hanya suara dari langkah kaki kolonial Belanda yang memakai sepatu bot. Langkah mereka di bumi pertiwi tercinta ini dengan dentuman keras, sangat tidak layak menahan para pejuang kemerdekaan Indonesia. 

Akhirnya sampai ditempat tujuan, Hatta dan kawan-kawannya langsung ditahan di tahanan Glodok. Karena Hatta bosan dan ingin segera bebas, diapun mengambil beberapa kertas dan mulai menulis sebuah buku berjudul "Krisis Ekonomi dan Kapitalisme".  Dia memanfaatkan waktu dengan hal positif, saat dia menulis buku ini dia juga teringat dengan keluarganya yang jauh disana.

Januari 1935, Hatta bersama kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel, Papua. Mereka sampai di sebuah bangunan tua antik yang dikelilingi oleh tanaman rambat yang hijau, di pinggir gerbang ada sebuah patung seni tinggi dimana itu adalah patung kebanggaan Kapten van Langen dan ada sebuah air mancur yang suka dihinggapi burung liar. Hatta dan kawan-kawan masuk ke dalam langsung bertemu dengan kepala pemerintahnya yaitu Kapten van Langen yang memiliki wajah menakutkan dan sikap tegas, tiada sepersen pun kemurahan yang dimiliki hatinya.

"Saya menawarkan dua pilihan kepada kalian wahai orang pribumi, pertama bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau pilihan kedua menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. 

Pilih satu dan jawab segera, tidak banyak basa-basi. Jika memilih pilihan kedua, sudah kami siapkan mobil keberangkatan untuk pembuangan kalian", kata Kapten van Langen memutar kursinya sambil mengisap rokoknya dan menyilangkan kakinya.

"Bila saya mau bekerja untuk pemerintah kolonial Belanda waktu saya masih di Jakarta, pasti sekarang saya sudah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlu saya datang ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari", kata Mohammad Hatta.

Mereka semua langsung dibuang ke Digoel. Saat masa pembuangannya, mereka senantiasa belajar mengenai ilmu pengetahuan yang di dapat oleh Hatta ketika sekolah. Hatta dengan sabar mengajar memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya baik mengenai ilmu ekonomi, sejarah, politik, maupun filsafat. Saat itu datanglah 16 buah peti berisi buku-buku kepunyaan Hatta. Hatta ini sebenarnya adalah kutu buku, dan seorang penulis karya. Disana Moh. Hatta menulis sepucuk surat dari balik sel tahanannya yang isinya "Selama saya memiliki buku, saya dapat tinggal dimana saja. Tak seorang pun menyukai penjara, tapi meskipun jahat penjara juga bisa menguntungkan keyakinan kita dan membuat kita lebih pasti".

Di tahanan Digoel, Hatta sangat peduli pada tahanan lain. Dia menolak melakukan pekerjaan sama dengan penguasa setempat, misalnya saja memberantas malaria. Apabila dia mau melakukan pekerjaan sama dia akan di gaji f 7.50 sebulan. Namun, jika tidak akan hanya diberi gaji f 2.50 saja. Gajinya ini tidak dia habiskan sendiri, mlelainkan dia juga peduli terhadap tahanan lain. Di sana juga dia bercocok tanam dengan tahanan lain. Pada masa itu juga, Hatta menulis sebuah surat untuk iparnya, di surat tersebut dia meminta agar dikirimi barang-barang kerja seperti paku, palu, dan gergaji. Dia juga menceritakan nasib orang-orang di tahanan Digoel. Sampailah surat itu pada iparnya. Lalu, ipar Hatta mengirimi surat itu ke koran Pemandangan di Jakarta dan surat itu dimuat. Setelah selesai, surat itu pun di baca oleh menteri jajahan bernama Colijn. Colijn pun mengecam keras pemerintahan dan segera mengiri residen Ambon sebagai menemui Hatta di Digoel.

Digoel merupakan tempat terburuk yang pernah Moh. Hatta diami. Sebab daerah Digoel dibangun oleh seorang Gubernur Jenderal De Graeff pada 1927 sebagai tempat pengasingan tahanan politik. Termasuk Mohammad Hatta. Dia saat itu sudah memiliki siasat untuk kabur dari tahanannya di Digoel, tapi dia bingung karena akan melarikan kemana sebab tempat itu jauh dari daerah lain. Asalnya dia akan melarikan diri ke kepulauan Thursday, Australia tapi harus menempuh 500 kilometer menyusuri sungai Digoel yang seram banyak buaya dan binatang buas lain, diteruskan dengan melewati Selat Torres. Tapi rencana ini dia gagalkan karena akan sia-sia saja, sebab di Australia jika ketahuan dia ini seorang tahanan maka akan dikembalikan ke Digoel.

Sungguh malang sekali nasib sang Proklamator Indonesia ini. Karena dia seorang penulis, dia selalu dituduh sebagai orang yang melakukan tindakan revolusioner melawan pemerintahan Belanda. Saking seperti neraka nya, tempat ini membuat Mohammad Hatta menjadi bersifat agresif, dia cepat marah karena ketidaknyamanan dan kadang bisa membuat gila. Ditambah lagi suasana Digoel yang menyeramkan karena terpusat di daerah hutan yang rimbun dengan pohon lebat yang memicu banyak berkeliaran nyamuk-nyamuk, seperti nyamuk malaria. Moh. Hatta seperti putus harapan, dia selalu mengirim surat kepada adik iparnya untuk dikirimi barang yang dia butuhkan disana.

"Tidak sia-sia kau belajar jauh ke negeri orang. Ilmu mu tidak ada tandingannya, kau sangat cerdas dan multitlent bagaikan sebuah robotika yang canggih dan pintar", kata salah seorang anggota PNI sambil membuka lembaran buku yang dimiliki Hatta. Hatta tersenyum, senyumannya mampu membuat seisi dunia bersinar. Lalu menghela napas sambil mengucap rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat yang sudah diberikan kepadanya. Seperti biasanya dia selalu menyalurkan hobinya dimana pun dia berada. Kali ini dia menulis sebuah buku yang berjudul "Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan" serta "Alam Pikiran Yunani"

Berakhir sudah masa tahanan menyeramkan di Digoel, kini pada Desember 1935, Kapten Wiarda menjadi pengganti Kapten van Langen, dia menuturkan bahwa tempat pembuangan  Hatta dan Syahrir di pindahkan ke Bandaneira yang lebih aman. Disana mereka bertemu dengan Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira sangat bebas bergaul dengan para penduduk yang tinggal disana. Anak-anak disana merasa senang karena mendapat pelajaran yang tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya.

" Masyaallah, kawan lama tidak berjumpa, apa kabar Pak Tjipto?", kata Hatta sambil bersalaman dengan Dr. Tjipto Mangunkusumo.

" Kabar baik, bagaimana denganmu?", ucap Dr. Tjipto Mangunkusumo tersenyum lebar karena dapat bertemu kawan lama.

"Seperti biasa, fisik baik tapi tidak dengan mental"

"Informasi yang aku dapatkan bahwa kalian berdua sudah beberapa kali ditahan oleh penjajah Belanda, kalian diasingkan", kata Mr. Iwa Kusumasumantri.

"Ya itu benar sekali kawanku. Setelah pulang dari Belanda, aku dan anggota PI ditangkap Belanda dan dituduh sebagai dalang partai terlarang. Lalu kami dibebaskan, tak lama setelah itu kami ditahan kembali di tahanan Glodok,  lalu Digoel dan sekarang dipindahkan ke sini, Bandaneira. Dan syukur berjumpa dengan kalian disini"

"Mohon maaf Pak Hatta, anak-anak di pondok sudah menunggu Bapak, mereka tidak sabar untuk mendengarkan cerita dari Bapak dan belajar banyak hal dari Bapak", kata asisten Dr. Tjipto Mangunkusumo. Moh. Hatta pun langsung menuju pondok menemui anak-anak untuk belajar bersama.

" Yeeee ada Pak Hatta, teman-teman kemari ada Pak Hatta", kata salah satu anak.

" Wah ada Pak Hatta, ayo Pak kita belajar lagi, seru sekali belajar bersama bapak. Kami yang tidak bisa sekolah disini, berasa mendapat kemajuan dalam bidang pendidikan karena jasa bapak", sahut salah satu anak lainnya dengan wajah kegirangan.

" Baik anak-anak, hari ini mari kita mulai pelajaran. Kali ini akan kita bahas asal-usul kenapa Belanda datang dan menjajah negeri kita ini", kata Moh. Hatta. Semua anak-anak duduk manis, mendengarkan cerita Moh. Hatta.

****

Desember 1941, perang pasifik pecah. Hatta dan Syahrir dipindahkan ke Sukabumi. Dengan rasa letih yang mereka hadapi berhari-hari akhirnya mereka dibebaskan dari masa hukuman. Semangat Hatta kembali pulih, dia aktif kembali dalam organisasi tanah air. Dukungan semangat yang mengalir bagai air sungai yang tenang tentu membuat Hatta merasa senang. Dia memikirkan cara agar negara Indonesia segera merdeka dan lepas dari belenggu jajahan. Satu hari libur dia habiskan untuk merefreshingkan pikirannya, dia pergi ke sebuah air terjun dan berendam disana supaya pikirannya tidak stress. Menghirup udara asri, suara air terjun yang mendamaikan hati serta pemandangan alam pohon rindang di sekeliling yang membuat sinar matahari tersayat-sayat masuk menembus dedaunan pohon.

Pada 3 Februari 1942, pemerintah Belanda menyerah kepada Jepang. Pada 22 Maret 1942, Hatta dan Syahrir dibawa ke Jakarta. Di masa in sudah berganti jajahan, kali ini di jajah oleh Jepang. Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Salah seorang kepala pemerintahan Jepang meminta Hata untuk menjadi penasehat, "Tuan Hatta, bagaimana jikalau Anda bekerjasama dengan kami sebagai penasihat?"

"Cita-cita bangsa Indonesia yakni untuk merdeka, terbebas dari penjajahan, dan menjadi negara yang adil makmur. Apakah Jepang akan menjajah Indonesia?", kata Hatta.

"Dengan keseriusan hati dan kejujuran kami, bahwa Jepang tidak akan menjajah negara Indonesia", kata Mayor Jenderal Harada.

Namun Hatta sudah mengetahui bahwa kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang. Pengakuan Indonesia merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu nanti. Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada September 1944.  Ternyata Jepang mengingkari omongannya, mereka menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Pada masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara, dia sering diam membisu seperti batu. Tapi sekalinya dia bicara langsung membangkitkan semangat rakyat Indonesia. Terlihat selepas terjadi perang Asia Timur Raya, Hatta menyatakan pidatonya  di Lapangan Ikada, Jakarta 8 Desember 1942. Orang-orang berbondong-bondong memenuhi lapangan Ikada, dengan membawa papan sebagai rasa dukungannya terhadap Mohammad Hatta.

"Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu kami tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia lebih baik suka melihat Indonesia tenggelam ke dasar laut daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali", kata Mohammad Hatta.

Orang-orang di lapangan Ikada bersurak-surak mendukung Mohammad Hatta. Mereka memberi tepuk tangan yang keras. Setelah selesai berpidato, dia bersalaman menghargai teman yang datang di rapat umum tersebut. Hatta pun segera pulang ke rumah dengan menaiki mobil kesayangannya. Sesampainya di rumah, Hatta segera berganti pakaian dan menikmati secangkir kopi sambil duduk di teras rumahnya. Dia lantas mengambil secarik kertas dan tinta untuk mengekspresikan pikirannya dalam sebuah tulisan sederhana. Setiap untaian bait kata, dia menghela napas panjang sambil meminum kopinya. Terdengarlah adzan dari surau terdekat, dia langsung masuk kedalam untuk bersiap-siap pergi ke surau.

Niat buruk pemerintah Jepang terlihat kepada Moh. Hatta, saat itu bulan November 1943, pimpinan Angkatan Darat Jepang di Indonesia berusaha membuang Hatta ke Tokyo supaya dia terpencil dari perkembangan perpolitikan. Puji syukur, rencana itu gagal karena perang pasifik yang kian berkecamuk dibarengi strategi perang sekutu dipimpin oleh Jenderal Douglas McArthur. Setelah kejadian tersebut, Hatta kemudian banyak terlibat pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada 1 Maret telah diresmikan oleh Jepang pembentukan BPUPKI yang dipimpin oleh Radjiman Wedyodiningrat dan beranggotakan 62 orang. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni di gedung Chuo Sang In. Keadaan di gedung sangat ramai dan kacau karena para pemimpin Indonesia berdebat dalam menentukan hasil sidang yakni dasar negara yang cocok untuk Indonesia.  Hasil sidang BPUPKI pertama yakni mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama pergerakkan nasional Indonesia yakni terdiri dari Ir. Soekarno, Dr. Soepomo, dan Moh. Yamin.

Pada 29 Mei 1945, Mohammad Yamin mengemukakan gagasannya tentang rumusan lima asas dasar negara Indonesia. "Saya Prof. Mohammad Yamin, S. H berdiri di hadapan saudara-saudara sekalian untuk mengemukakan gagasan saya mengenai dasar negara. Lima asas dasar negara Indonesia pertama Peri kebangsaan, kedua Peri kemanusiaan, ketiga Peri ketuhanan, keempat Peri kerakyatan, kelima kesejahteraan rakyat", kata Moh. Yamin sambil membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada hadirin dan berjalan menuruni tangga panggung. Suara tepuk tangan dan surakan kesenangan para hadirin terdengar keras sampai-sampai membuat kaca gedung retak.

Setelah itu, pada tanggal 31 Mei giliran Dr. Soepomo yang mengemukakan gagasannya. "Selamat siang hadirin yang berbahagia, saya disini akan melanjutkan sidang penentuan dasar negara Indonesia yang sebelumnya gagasan pertama telah disampaikan oleh bapak Mohammad Yamin di atas sini. Tanpa mengulur waktu lagi, saya akan membacakan gagasan saya. Pertama persatuan, kedua kekeluargaan, ketiga keseimbangan lahir batin, keempat musyawarah, kelima keadilan sosial." Suara tepuk tangan hadirin di gedung tersebut makin ramai.

Kemudian setelah kedua pengerak bangsa itu mengemukakan gagasannya, terakhir pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyatakan gagasannya di hadapan umum. "Setelah saya mendengar gagasan dari kedua teman saya kemarin, hari ini kesempatan saya untuk mengemukakan gagasan saya secara mandiri dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Pertama Kebangsaan Indonesia, kedua internasionalisme dan peri kemanusiaan, ketiga mufakat dan demokrasi, keempat kesejahteraan sosial, kelima ketuhanan yang maha esa." Dari beberapa usulan tiga hari berturut-turut, gagasan Soekarno lah yang diterima dan diberi nama Pancasila.

Badan ini menyusun rancangan Undang-Undang Dasar yang dapat selesai pada Juli 1945. Tujuan utama BPUPKI ialah untuk mengkaji, mendalami, serta menyelidiki bentuk dasar yang cocok guna kepentingan sistem pemerintahan Indonesia pasca kemerdekaan. Jadi, BPUPKI tak lain dibentuk untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sementara bagi Jepang, tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar membantu Jepang dalam perang melawan Sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia. Jepang yang saat itu tengah mengikuti perang dunia II, sudah pasti perlu banyak sekali dukungan. Pembentukan BPUPKI tidak 100% tulus untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, melainkan hanya butuh dukungan saja agar menang perang dunia II. Selesailah sidang BPUPKI pertama, lalu dilanjutkan sidang BPUPKI kedua. Disini mereka membahas mengenai rancangan undang-undang dasar, bentuk negara, pernyataan kemerdekaan, wilayah negara, dan kewarganegaraan Indonesia. Setelah  di BPUPKI, pada bulan Agustus Hatta juga terdaftar dalam pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI mencakup wakil-wakil dari Sumatera, Kalimantan, Indonesia Timur, disamping dari Jawa. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta.

Kejadian lain menimpa Jepang kala itu, kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu dalam Perang Dunia II tanggal 9 Agustus 1945, disusul lagi pada tanggal 12 Agustus 1945 bom atom kedua mendarat tepat di kota Nagasaki. Kejadian itu membuat Jepang terpenganga, kecewa akan kekalahan dan kehancuran kota-kota miliknya. Kejadian ini menimbulkan penderitaan bagi rakyat Jepang. Kian hari, Jepang semakin lemah, pada 12 Agustus Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman selaku wakil ketua BPUPKI terbang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi.

"Selamat datang saudara Soekarno, saudara Hatta, dan saudara Radjiman. Saya sebagai utusan dari pemerintah Jepang menyampaikan suatu hal kepada kalian yaitu kami pihak Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada negara Indonesia sesuai dengan janji dari perdana menteri Kuniko Koiso.", kata Terauchi sambil membungkukkan badan dan mempersilahkan mereka duduk.

"Terima kasih. Menutur ucapan Tuan tadi, saya selaku ketua PPKI tidak keberatan dan kami ingin bahwa Indonesia cepat mendapat kemerdekaan dan bebas dari penjajahan ini. Ngomong-ngomong, dengan cara apa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia?", ujar Soekarno

"Kami pihak Jepang akan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan dapat dilaksanakan beberapa hari ke depan semua tergantung PPKI", kata Terauchi

"Kami juga menyarankan agar Indonesia merdeka paling cepat tanggal 24 Agustus 1945", pinta Terauchi

"Tapi itu terlalu lama Tuan, kami ingin cepat memproklamasikan kemerdekaan, dan kami pihak Indonesia sudah sepakat akan memproklamasikan tanggal 17 Agustus", kata Hatta

"Kami pihak Jepang sudah sepakat untuk memberikan kemerdekaan pada tanggal 24 Agustus tidak ada bantahan apapun", tegas Terauchi dengan mata memandang kiri kanan.

"Bung, bagaimana jika kita membicarakan ini dengan anggota PPKI yang lain dan memutuskan tanggal yang tepat untuk proklamasi", saran Radjiman sambil membalikkan badan.

"Baiklah, kita bicarakan ini dengan yang lain", kata Soekarno berdiri seakan-akan hendak meninggalkan ruang pertemuan itu.

Perang Dunia II berakhir, dimenangkan oleh pihak sekutu dan kekalahan di terima oleh Jepang. Kekalahan ini sangat dirahasiakan oleh Jepang, mereka menutup semua stasiun radio dengan menyegelnya. "Tutup semua stasiun radio seluruh dunia, kita rahasiakan kekalahan kita di muka umum, termasuk Indonesia", ucap Menteri Jepang sibuk mengotak-atik siaran radio.

"Hari ini, Jepang sudah kalah. Kota-kota besar mereka sudah hancur dihantam bom atom dari pihak sekutu......tittttttt", siaran radio langsung terputus. "Ah bagaimana ini, belum selesai kok sudah terputus? Tapi tidak apa-apa saya sudah merekam nya di sini", kata Sutan Syahrir. "Teman-teman, dengar ini, dengarkan radio ini yang sudah saya rekam. Jepang sudah kalah menyerah kepada sekutu. Maka dari itu Indonesia pun kekosongan kekuasaan. Kita harus segera mendesak Bung Karno untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia", lanjut Syahrir dengan suara meninggi.

15 Agustus 1945 pada pukul 20.00 WIB, golongan muda revolusioner mengadakan rapat di gedung Pegangsaan Timur dan mereka tetap teguh pendirian bahwa kemerdekaan adalah hak rakyat dan urusan rakyat Indonesia.

"Jepang adalah masa silam. Sekarang kita harus menghadapi Belanda, karena seperti yang kita ketahui, negara kita sedang kekosongan kekuasaan itu berarti Belanda akan berusaha mendapatkan kembali negara kita. Jika kalian semua tidak setuju dengan yang saya katakan dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan sendiri, kenapa tidak kalian saja yang memproklamasikannya?", ucap Hatta dengan nada tegas dan amarah.

"Apakah kita harus menunggu kemerdekan sebagai hadiah dari Jepang?", kata Syahrir.

"kami bertiga sudah bertemu dengan wakil pihak Jepang dan membicarakan ini dengan sebaik-baiknya. Saya takut jika Jepang hanya melakukan tipu muslihat sehingga jika kita bertindak salah akan terjadi pertumpahan darah", kata Soebardjo sambil mengangkatkan kaki ke kaki yang satunya.

"Usul dari golongan muda kami tetap menolak karena kurang perhitungan dan takut jika banyak memakan korban", kata Hatta dengan mengerutkan dahi nya.

"Baiklah jika kalian para golongan tua tetap teguh pada pendirian kalian, kami mohon pamit sekarang juga", Ucap Wikana sambil bergerak berjalan keluar tak lupa memberi salam penghormatan kepada golongan tua.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, lampu tiang menyinari sepanjang jalan yang dilalui Moh. Hatta dalam perjalanannya ke rumah Admiral Maeda tepat pukul 19.00 WIB.  Dana baru selesai keesokan harinya pukul 3 pagi.

"Selamat malam tuan Meda, diluar dingin sekali jadi saya membawa mantel dua", kata Hatta, basa-basi sebelum merusmuskan naskah proklamasi.

"Benar sekali, silahkan masuk. Soebardjo sudah ada di dalam, edangkan Soekarno masih di jalan sepertinya", kata Meda sambil membuka tangannya lalu menunjuk arah pintu masuk, isyarat bahwa dia menyuruh masuk dan menemui Soebardjo. Lalu tak lama datang Soekarno dan segera masuk kedalam menemui Hatta dan Soebardjo. "Terimakasih atas rumah Tuan yang sedia untuk dijadikan sebagai tempat pembuatan naskah proklamasi", kata Soekarno sambil duduk.

"Tidak masalah, kalau begitu saya izin masuk kamar. Silahkan saja kalian di sini membuat naskah proklamasi, dan jika butuh sesuatu panggil saja pembantu", kata Maeda mengambil peralatannya dan menuju kamar.

"Keadaan yang mendesak telah membuat kita mempercepat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Kali ini kita berkumpul disini untuk merancang naskah proklamasi", kata Soekarno. Semua pada malam itu berjalan lancar, tidak ada kesulitan yang dihadapi mereka. Naskah proklamasi pun hampir siap dengan gagasan dari Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Dan naskah itu baru selesai pada pukul 3 pagi tanggal 17 Agustus 1945.

"Naskah sudah siap, siapa yang akan menandatangani naskah ini? Apakah semua hadirin yang datang kemari ikut serta dalam penandatanganan ini?"

"Menurut saya itu tidak efektif. Bagaimana jika Atas Nma Bangsa Indonesia?", tutur Bung Karno sambil meletakkan pena nya di meja dan menatap sekeliling para hadirin yang datang. "Setuju, kami sangat setuju bung"

"Baiklah kalau begitu, saudara Sayuti Melik akan mengetik naskah proklamasi"

"Baik Bung, akan saya laksanakan secepat dan sebaik-baiknya", bergegaslah pergi Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi.

Semua selesai pada pukul 4.30 pagi, semua pulang ke rumah masing-masing untuk istirahat sebentar dan mempersiapkan kemerdekaan jam 10 pagi. Moh. Hatta dijemput dengan mobil antik kebanggaannya. Sesampainya di rumah, Hatta langsung memejamkan matanya sebentar. Lalu bergegas mandi dan sarapan. Dia menyuruh istrinya untuk memilihkan baju terbaik yang dia punya. Lalu istrinya mencari baju yang cocok untuk suaminya. Dan adalah satu baju berwarna putih bersih seperti buntalan kapas yang tidak pernah terkena kotoran. Setelah itu, dia langsung menyimpan di gantungan dan menyiapkan keperluan lain untuk Hatta pergi melaksanakan kemerdekaan Indonesia.

Bruumm.. Bruumm...

Suara klakson mobil yang sedang dipanaskan di garasi milik Hatta, dia pun mengelap kaca mobil sambil tersenyum bahagia karena akhirnya pada hari ini Indonesia akan merdeka. Supir Hatta sudah siap mengantarkan Tuan nya menuju lokasi di jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Disana ternyata sudah ramai sekali orang yang akan menyaksikan detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tua muda, kaya miskin, semua berkumpul di lokasi tempat diselenggarakannya proklamasi.

"Yang mengibarkan bendera sudah ada?"

"Sudah Bung, Trimurti yang akan mengibarkan bendera Indonesia"

"Bukan saya Bung, tapi anak didik saya Suhud dan Latief"

"Kalau begitu kibarkan bendera merah putih Indonesia ini dengan hati-hati, tumbuhkan rasa cinta kalian pada Indonesia, dan jangan sampai menyentuh tanah apalagi terbalik mengibarkannya"

"Siap laksanakan Bung!", ucap Suhud dan Latief.

Detik-detik proklamasi kian dekat, semua yang asalnya ramai bersorak-sorak, menjadi hening ketika Soekarno dan Hatta akan membacakan Naskah Proklamasi. Sebelum membacakan naskah proklamasi, acara kemerdekaan dimulai dengan pidato Soekarno.

"Saudara-saudara sekalian, saya telah meminta saudara-saudara hadir, disini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah bangsa kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak ada henti-hentinya.Di dalam zaman jepang ini, tampaknya kita menyadarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakikatnya kita tetap menyusun tenaga kita sendiri, tetapi kita percaya pada kekuatan senidiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangannya sendirikan dapat berdiri dengan kuatnya, maka kami tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-muka rakyat Indonesia. Permusyawaratan itu telah seiya- sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang waktunya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara ! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekat itu. Dengarkanlah proklamasi kami"

PROKLAMASI

 

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

 

Semua orang yang ada di lokasi tersebut sujud syukur atas kemerdekaan Indonesia, lalu bersorak-sorak kegirangan. Mereka bersorak "Merdeka... merdeka.... merdeka...." lalu dikibarkanlah bendera Indonesia dan dikumandangkan lagu Indonesia Raya, keadaan disana sangat merinding karena ini adalah persitiwa besar dalam sejarah Indonesia. Semua selesai dengan lancar. Mereka pun bersalaman saling terharu, tak lama kemudian mereka berkumpul di istana negara membahas mengenai tahapan selanjutnya untuk mempertahankan Indonesia.

Tiga jam dihabiskan untuk berbincang-bincang, Hatta pun izin pamit pulang ke rumah karena hendak beristirahat. Setelah beberapa hari dia lalui dengan berat, maka dia butuh waktu untuk istirahat. Matanya yang suntuk dan badan yang letih, tidak membuat dia patah semangat. 

Mobil jemputan Hatta pun datang. Mobil hitam dengan dekorasi antik di kaca depan membuat mobil itu menjadi ciri khas kepunyaan Hatta. Diperjalanan pulang, Hatta melihat kiri kanan. Kekacauan kemarin membuat tata kota hancur. Dia memikirkan cara untuk mengembalikannya semula. Rumah bercat putih dan abu menyambut Hatta dengan hangat, istrinya sedang menyapu halaman lalu langsung menyimpan sapu dipingir kursi.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, bagaimana suasana disana? Berjalan lancar?", tanya istri Hatta sambil membawakan barang Hatta.

"Alhamdulillah lancar dan sudah selesai. Mulai detik ini Indonesia telah merdeka dan bebas dari penjajahan"

Hatta pun langsung membersihkan diri, kemudian pergi ke ruang makan. Saat sore hari, Hatta pergi jalan-jalan menikmati negara tercinta akhirnya terbebas dari penjajahan dan menikmati kemerdekaan. Tak sampai disitu saja, Hatta pun mampir ke kediaman Ir. Soekarno. Dan membahas hal-hal yang akan dijalani setelah kemerdekaan. Dari perbincangan singkat itu, mereka sepakat untuk memutuskan presiden dan wakil presiden pertama Indonesia.  Berita kemerdekaan Indonesia tersohor ke berbagai negara dunia termasuk Belanda. Belanda pun punya pengharapan kembali untuk menjajah Indonesia.

Keesokannya pada 18 Agustus 1945, Ir. Soekarno diangkat sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden.  "Alhamdulillah puji syukur Tuhan Yang Maha Esa, kemarin kita sudah melaksanakan upacara kemerdekaan Indonesia dengan waktu singkat dan tempat memadai. 

Tapi itu tidak menyurutkan semangat kita untuk menggapai cita-cita bangsa. Anak bangsa, golongan tua dan muda harus bersama-sama untuk bisa menjaga kemakmuran dan keamanan negeri ini. Atas rahmat Tuhan, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin negara yang bertanggung jawab, disiplin, cerdas, serta mampu menyatukan perbedaan negara ini agar menjadi kebhinnekaan, juga berjiwa revolusioner. Untuk itu saya putuskan bahwa Bapak Ir. Soekarno akan menjadi pemimpin negara ini. 

Dan menjadi presiden pertama Indonesia", semua bertepuk tangan. Lalu dilanjutkan dengan pengangkatan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden pertama Indonesia. "Selaku pemimpin negara, pasti membutuhkan wakil negara. 

Wakil negara ini diharapkan bisa menjadi penggerak bangsa dan ikut serta dalam urusan pemerintahan serta menjadi pendamping presiden dimanapundia berurusan. Untuk itu saya menyatakan bahwa Bapak Mohammad Hatta akan menjadi wakil presiden pertama Indonesia untuk mendampingi bapak presiden kita. 

Karena dilihat dari karakter bapak Hatta yang bijak, cerdas, tanggung jawab dan dia seorang penulis juga kutu buku memiliki banyak wawasan mengenai pengetahuan dunia. Jadi saya nyatakan pada hari ini Indonesia telah mempunyai pemimpin negara berjiwa nasionalisme tinggi yakni Bapak Ir. Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia dan Bapak Mohammad Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia", tepuk tangan hadirin dalam ruangan itu kian menggema.

"Tepat sekali. Presiden dan wakil presiden harus merupakan Dwitunggal", kata Soekardjo Wijopranoto. Ketika sudah menjadi wakil presiden pertama Indonesia, Hatta banyak berperan penting dalam perumusan berbagai produk hukum nasional serta berperan dalam pembentukan tentara Indonesia. Hatta yang selalu berpikir panjang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, akhirnya dia membuat suatu usulan bahwa sebaiknya ibukota negara Indonesia di pindahkan ke Yogyakarta saja agar lebih aman dari ancaman Belanda. "Sepertinya Belanda mengetahui kemerdekaan Indonesia, saya yakin pasti diwaktu yang singkat ini Belanda akan datang ke Indonesia dan merebut kekuasaan kita. Maka sebaiknya kita pindahkan dahulu ibukota kita ke Yogyakarta supaya aman", usul Hatta sambil melipat tangannya diatas meja. "Saran yang bagus", kata Soebardjo "Bagaimana Bung?", lanjut Soebardjo bertanya kepada presiden Soekarno. "Saya akan memikirkan dahulu dengan matang, beri saya waktu", kata Soekarno. "Baik jika itu kemauan bung", kata Hatta. Presiden Soekarno pun menyetujui jika ibukota dipindahkan ke Yogyakarta.

"Saya selalu ada tugas di luar kota, jadi sebaiknya Tuan Hatta yang mengambil alih urusan saya di sini", kata Soekarno sambil menegakkan badannya. "Baiklah Bung, saya tidak keberatan mengambil alih urusan Bung disini. Bung diluar kota hati-hati saja. Kami di sini selalu mendukung", kata Hatta sambil tersenyum. Segeralah pergi Soekarno ke luar kota untuk menyelesaikan urusannya di sana. Tak berhenti sampai disini, ternyata Hatta sangat sigap dan cepat tanggap untuk berusaha mencari dukungan di dunia internasional untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dua hari setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia membentuk kabinet pertama yang meliputi 19 menteri salah satunya menteri luar negeri pertama Indonesia yaitu Ahmad Soebardjo. Mereka mengusulkan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara berunding melalui jalur diplomasi dengan Belanda agar mau mengakui kemerdekaan Indonesia. Perundingan pertama pada 17 November, cuaca saat itu kebetulan sedang turun rintik hujan, maka dari itu baju para pergerak diplomasi menjadi sedikit basah saat turun dari mobil. Perundingan ini diselenggarakan di markas besar tentara Sekutu di Jakarta.

Selang beberapa bulan, April 1946 di Hoge Valuwe, Indonesia mengirim diplomatik pertamanya ke Belanda. Misi ini menjadi misi awal serangkaian perundingan panjang yang akan dilalui Indonesia dengan Belanda. Setidaknya ada tiga perundingan yang dilaksanakan dalam mempertahankan kemerdekaan melalui jalur diplomasi yang dimana selalu diikut sertakan Mohammad Hatta di dalamnya. Pada Agustus 1946, India tengah terjadi kelaparan. Pemerintah Indonesia memberikan simpati dan empatinya kepada India dengan memberikan bantuan beras sangat banyak. Tujuan lain juga supaya India mengakui kemerdekaan Indonesia. Negara India pun membalas kebaikan Indonesia dengan cara mengirimkan obat-obatan, pakaian, serta mesin yang dibutuhkan Indonesia. Dan yang paling penting India adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan negara Indonesia.

"Kami dengar di India sedang terjadi bencana kelaparan, bagaimana kalau kita pihak Indonesia memberikan bantuan beras kesana. Siapkan 10 ton beras untuk kita angkut ke India, segera berangkatkan secepat mungkin", kata Hatta menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan beras yang akan di kirimkan ke India.

"Baik tuan, kami laksanakan"

"Lapor, perintah Tuan Hatta bahwa Indonesia akan mengirimkan bantuan ke India sudah siap Tuan. Pesawat akan segera meluncur ke lokasi. Dan siap mengangkut beras", kata seorang lelaki berbaju hitam.

"Baik, langsung kirimkan tanpa berleha-leha", perintah Hatta. Pengiriman cepat sampai di India, mereka para penduduk disana segera memasak beras dari Indonesia. Pemerintah India mengucapkan banyak terima kasih kepada Indonesia dan dia berjanji bahwa akan membalas jasa kepada Indonesia. "Kirimkan obat-obatan, pakaian, dan mesin ke negara Indonesia. Ini sebagai tanda terimakasih kita kepada Indonesia yang telah mengekspor beras kepada kita. Siapkan pesawat dan angkut sebagian keperluan barang kita itu untuk disumbangkan kepada Indonesia", kata perdana menteri India. "Kami sebagai penduduk India berterimakasih banyak kepada Indonesia, dan hari ini saya mengakui kedaulatan kemerdekaan Indonesia", lanjut perdana menteri India.

"Sama-sama Tuan. Kami pun berterimakasih atas bantuan India untuk Indonesia serta mau mengakui kedaulatan Indonesia", kata Hatta sambil berjabat tangan dengan perdana menteri India itu.

Selang beberapa minggu, didirikanlah kantor Urusan Indonesia di Singapura, Bangkok, dan New Delhi untuk menjadi perwakilan resmi pemerintah RI, juga untuk menembus blokade ekonomi Belanda terhadap Indonesia. Maret 1947, diselenggarakan perundingan Linggarjati dan menghasilkan suatu keputusan yaitu diantaranya pengakuan RI secara de facto atas wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera. Pihak RI dan Belanda setuju bentuk negara dengan pemerintahan federal bernama Indonesia Serikat serta dibentuknya perserikatan Indonesia-Belanda yang diberi nama Uni Indonesia-Belanda.

"Saya tidak setuju dengan penggunaan konsep vrije staat (negara merdeka) untuk Indonesia. Saya usulkan untuk menggunakan kata souvereigne staat (negara berdaulat)", usul Syahrir. Akhirnya persetujuan linggarjati dicapai dengan tuntas karena keputusan yang diambil Soekarno-Hatta dalam perundingan informal dengan delegasi Belanda yang di pimpin Prof. Schermerhon pada 12 November 1946. Mereka semua menyepakati konsep terakhir persetujuan Indonesia-Belanda dengan mempertaruhkan kekuasaan, jabatan dan martabat untuk mengesahkan hasil perundingan Linggarjati.

"Kami berdua memutuskan agar tentara Inggris pergi meninggalkan wilayah Jawa dan Sumatera paling lambat tanggal 30 November 1946", kata Soekarno didampingi Hatta.

"Kami pihak Belanda akan menyerbu Yogyakarta jika sampai 30 November 1946 tidak tercapai kesepakan politik",  para militer Belanda memasuki luar Jawa dan Sumatera dengan diam-diam dan berkelanjutan. Dan juga ada tentara Belanda di Irian Jaya, Malaka, serta Australia. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa hal ini sangat tidak menguntungkan. Sutan Syahrir menyampaikan pidato penutupnya pada perundingan Linggarjati.

"Dunia penuh dengn pertentangan, penuh dengan bahaya perjuangan, dunia gelap. Di Indonesia kita menyalakan obor kecil, obor kemanusiaan, obor akal yang sehat, yang hendak meninggalkan suasana gelap, suasana pertentangan yang menjadi akibat daripada, serta pula mengakibatkan pembinasaan, suasana sesak gelap. Marilah kita pelihara obor ini supaya dapat menyala terus serta menjadi lebih terang. Mudah-mudahan ia merupakan permulaan terang diseluruh dunia", pidato singkat Syharir.

Akhirnya pada Maret 1947, Indonesia dan Belanda menandatangani perjanjian Linggarjati dimana pihak Belanda mengakui kedaulatan RI hanya sebatas pulau Jawa, Sumatera, dan Madura. "Sesuai perjanjian Linggarjati, kami Belanda hanya mengakui kedaulatan RI meliputi Jawa, Madura, dan Sumatera. Selebihnya milik Belanda"

Negara kedua yaitu Mesir kemudian mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara yang merdeka. Mesir diwakili oleh Abdul Mounem menyampaikan dihadapan khalayak ramai. "Setelah saya mendengar pidato Mohhamad Hatta di Jakarta bahwa Indonesia sudah merdeka maka dengan ini kami pemerintah Mesir dan masyarakat Mesir mengakui kedaulatan Indonesia", kata Abdul Mounem. "Bung, dengar ini, negara Mesir telah mengakui kemerdekaan Indonesia"

"Mesir menjadi negara kedua yang mengakui kemerdekaan kita, untuk itu kita harus meningkatkan perjuangan kita agar Indonesia diakui negara merdeka oleh semua negara di belahan dunia", kata Hatta.

Disamping itu, persetujuan Linggarjati mengalami kegagalan, dampaknya terhadap Indonesia adalah serangan Belanda ke Indonesia pada 21 Juli 1947 atau lebih dikenal dengan Agresi Militer I. Pihak Belanda mengaku masih mengikuti isi perjanjian Linggarjati, tapi Belanda menggunakan persetujuan yang di tandatangani di Belanda bukan kesepakatan yang ditanda tangani di Linggarjati pada 15 November 1946. Perundingan lanjutan dilaksanakan pada 14 April 1947. Situasi politik saat itu sangat membara panas baik dari pihak Belanda maupun Indonesia.

"Persetujuan Linggarjati sangat merugikan pihak Belanda, ini pasti gara-gara Van Mook. Saya pastikan bahwa dia akan turun jabatan, tidak lagi sebagai Gubernur Jenderal Indonesia", tuduhan Belanda itu menuding bahwa Van Mook lah penyebabnya. Dengan nada meninggi marah tadi, seisi ruangan hening. Posisi Van Mook yang disudutkan ditambah dengan keadaan saat itu keuangan Belanda krisis, ini memunculkan ultimatum pada tanggal 23 Juni 1947 supaya Indonesia mengikuti nota yang disampaikan pada 27 Mei 1947. "Nota ini saya sampaikan dengan berisikan membentuk bersama pemerintah peralihan, mengeluarkan uang bersama dalam mendirikan lembaga devisa bersama, memberikan beras untuk rakyat di daerah penduduk Belanda, menyelenggarakan ketertiban dan keamanan bersama serta menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor"

Beralih lagi ke peristiwa Agresi militer Belanda I, Australia memberi simpatisannya kepada negara Indonesia. Australia mengakui bahwa Belanda telah melanggar perjanjian Linggarjati. Kabar tersebut tersebar setelah seorang anggota CENKIM (Central Komite Indonesia Merdeka) menulis pada sebuah pers Australia."Dengan ini saya menyatakan bahwa di Indonesia telah terjadi agresi Militer Belanda I....", setengah dari untaian bait kalimat tulisan anggota CENKIM. Lalu dikirim ke pihak Australia dan sampai pada pemerintahan. Setelah membaca tulisan yang dimuat oleh anggota CENKIM itu, Australia menghubungi India lalu mereka bersama-sama membawa kasus tersebut ke hadapan PBB. Dalam sebuah ruangan perundingan antara PBB, India, dan Austraia, Australia mengecam keras agar PBB bisa menghentikan aksi Belanda terhadap Indonesia.  Oktober 1947, dibentuklah sebuah Komisi Tiga Negara yang mengemban mandat Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi sengketa Indonesia-Belanda. KTN beranggotakan dari tiga negara maju dan berkembang yaitu Hakim Richard C. Kirby dari Australia, mantan Perdana Menteri Paul van Zeeland dari Belgia, dan Rektor University of North Carolina Dr. Frank B. Graham dari Amerika Serikat.  Berkat kepercayaan Indonesia terhadap Australia, maka dari itu Indonesia pun mempersilahkan Australia untuk menjadi wakilnya di KTN.

Komisi Tiga Negara datang ke Indonesia, lalu disambut baik oleh pemerintah Indonesia. "Silahkan duduk Tuan- tuan", kata Hatta sambil menunjukkan tangan ke arah kursi. "Terimakasih Tuan Hatta", kata Richard Kirby. Setelah kedatangan Komisi Tiga Negara ke Indonesia, Amerika pun langsung mempertemukan Indonesia dan Belanda pada tanggal 8 Desember 1947 di kapal perang USS Renville yang berlabuh di Jakarta. Delegasi Indonesia terdiri dari perdana Menteri Amir Syarifudin, Mr. Ali Sastroadmidjojo, Agus Salim, Dr. Leimena, Mr. Latuharhary, dan kolonel TB. Simatupang. Dan Belanda dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmidjo.

"Saya sebagai utusan Amerika dari KTN, mempertemukan kedua negara yang berselisih diatas kapal perang Renville ini untuk melakukan gencatan senjata, serta mendesak Belanda supaya mau mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat"

Perundingan diatas kapal perang Renville menghasilkan sejumlah kesepakatan antara lain Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah RI; Indonesia dan Belanda menyetujui sebuah garis yang memisahkan Indonesia dengan Belanda ; serta TNI harus ditarik mundur dari daerah kantongnya di Jawa Barat dan Jawa Timur. Kemudian kedua negara menyepakati isi Renville dan Amir Syarifudin menandatangani naskah perjanjian yang dikenal sebagai perjanjian Renville. Perundingan selesai, kedua belah pihak kembali ke wilayah masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan.

Amir Syarifudin mengundurkan diri dari jabatan pada 23 Januari 948 setelah menerima banyak kritik atas persetujuannya di perjanjian Renville. "Banyak sekali kritikan yang saya dapatkan, untuk itu saya mengundurkan diri sebagai Menteri", kata Amir Syarifudin. "Sebagai gantinya maka saya putuskan bahwa Mohammad Hatta yang akan menjadi pengganti Amir sebagai Menteri merangkap Menteri Pertahanan untuk mengisi kekosongan", kata Soekarno dihadapan Hatta.  "Saya terima dengan penuh hormat, Bung. Terima kasih", kata Hatta sambil membungkukkan badannya.

Presiden Soekarno berangkat ke Bukittinggi untuk membentuk pemerintahan darurat. Sebelumnya presiden Soekarno terlebih dahulu membuat surat kuasa kepada Menteri Kemakmuran Syarifudin Prawiranegara untuk membuat pemerintahan darurat sementar. Lalu diterimalah surat itu oleh Syarifudin. "Teruntuk Menteri Kemakmuran Syarifudin Prawiranegara. Dengan surat ini saya memerintahkan Anda untuk membentuk suatu pemerintahan darurat yang akan berlokasi di Bukittinggi.....", sempalan kalimat pembuka surat untuk Syarifudin. Beberapa hari kemudian presiden Soekarno dan Hatta pergi ke Bukittinggi ntuk melihat situasi disana. Mengawasi pembentukan pemerintahan darurat sementara.

"Bung bagaimana jika pembentukan pemerintahan darurat ini gagal?", tanya Hatta kepada Soekarno sambil membenarkan kacamatanya. "Saya juga sudah memikirkan rencana lebih lanjut, saya akan membuat surat kepada Duta Besar RI di New Delhi, India yaitu Sudarsono. Lalu kepada Menteri keuangan AA Maramis, serta staf kedutaan RI LN Palar untuk membentuk Exile Government of Republic Indonesia di New Delhi India", kata Soekarno dengan pemikiran matang.

14 Desember 1948, Belanda masuk kembali ke Indonesia tepatnya di Pulau Jawa. Tujuan Belanda untuk melumpuhkan dan menghancurkan semangat militer Indonesia. Belanda tidak menjalankan resolusi DK PBB dan melakukan agresi militer II pada 19 Desember 1948. Belanda pertama kali melancarkan serangannya ke bandar udara Maguwo, Yogyakarta.  Pagi hari pesawat Belanda yakni pesawat Mustang dan Kittyhawk berputar-putar di langit biru Yogyakarta. Pesawat Dakota dari lapangan udara Andir Bandung menebarkan pasukan penerjunnya di langit timur Yogyakarta. Tank-tank kepunyaan Belanda berlalu lalang disepanjang jalan Yogyakarta. Lalu terdengar suara ledakan bom. "Duarrr..." suara bom yang jatuh di kota pelajar ini membuat semua orang terkejut dan keadaan sangat mencekam. Warga di Wonocatur dan Maguwo segera berlari dan berlindung mencari tempat persembunyian yang aman. Para pemerintah Republik Indonesia serta bantuan TNI melakukan serangan balik dengan strategi pertahanan linier dengan menempatkan pasukan di perbatasan musuh atau garis terdepan.

 "Maaf Tuan Nehru, kami secara hormat dan memohon maaf sebesar-besarnya membatalkan keberangkat saya ke India karena hari ini kota Yogyakarta dihantam oleh kekuatan Belanda", kata Soekarno sedang menelpon Nehru memberitahu rencananya tertunda untuk pergi ke India. Siang hari tepat pukul satu siang, kekuasaan Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.

Pada hari itu juga, Presiden Soekarno, Mohammad Hatta, dan juga Agus Salim ditangkap oleh Belanda di ibukota Yogyakarta lalu diasingkan ke pulau Bangka, Sumatera. Siang hari pada 22 desember 1948 atas perintah kolonel Dirk Reinhard Adelbert van Langen selaku penguasa perang Belanda, pesawat pengebom B-25 milik Angkatan Udara Belanda mengangkut para pemimpin republik Indonesia untuk diasingkan. Pesawat pun terbang ke pulau Bangka. Didalam pesawat mereka bertiga hanya duduk terdiam membatu. Saat pesawat mendarat, mereka turun dipimpin oleh kapten van Langen. Ternyata mereka akan berpisah di sini, presiden Soekarno, Syahrir, dan Agus Salim diterbangkan lagi menuju Medan, Sumatera Utara lalu berakhir di Brastagi dan Parapat. Sementara itu Mohammad Hatta, Assaat, dan Abdul Gaffar dibawa ke Bukit Menumbing, Muntok sambil dikawal oleh truk Belanda dan berada di pengawalan pasukan khusus Belanda yang disebut Corps Speciale Troepen.

"Tuan Soekarno, Tuan Syahrir, dan Tuan Agus Salim mereka bertiga dialihkan ke tempat lain. Dan kita dialhikan ke Bukit Menumbing. Tapi saya selalu merindukan mereka, dimana saat kebersamaan, kita selalu berdiskusi mengenai siasat yang akan dilakukan pada Belanda", kata Hatta dengan wajah letih. Dengan semangat nasionalisme, disana dia gemar berbagi ilmu dan menyerukan semangat kemerdekaan yang berkobar.

Presiden Soekarno memilih perdamaian jalur diplomasi, sementara Jenderal Soedirman memilih jalur perang. Jenderal Soedirman bersama kawan-kawannya menggencarkan taktik perang Gerilya. Perang Gerilya adalah perang sembunyi-sembunyi dalam artian menghindari perang terbuka. Mereka melakukan gerakan secara tiba-tiba dan menghilang lagi untuk sembunyi. Hebatnya perang ini dipimpin oleh seorang Jenderal Soedirman yang sedang sakit paru-paru. "Kalian berempat berlari kesana dan serang pos Belanda dekat pohon rindang itu. Sementara saya dan yang lain akan menghancurkan pos Belanda sebelah utara", kata Jenderal Soedirman. "Siap Jenderal", kata anak buahnya dengan gerakan tangan hormat. Perang ini sangat berat karena harus memiliki sikap cepat tanggap dan juga berlari keluar masuk hutan juga naik turun gunung untuk menghindari Belanda.

Serangan utama terjadi pada 1 Maret 1949 yang dinamakan Serangan Umum 1 Maret. Serangan itu terjadi serentak di seluruh Indonesia. Lokasi utamanya bertempat di Yogyakarta. Suara sirine mulai berbunyi pada pukul 6 pagi yaitu tanda serangan akan dimulai. Gencarnya serangan yang dilakukan membuahkan hasil optimal. Belanda berhasil dipukul mundur oleh Jenderal Indonesia itu. Itu menandakan bahwa dia berhasil memepertahankan kemerdekaan Indonesia lewat jalur perang. Sementara Soekarno dan Mohammad Hatta sedang memperjuangkan lewat jalur diplomasi. 

Di Agresi Belanda II, para negara tetangga ikut mengecam sikap Belanda kepada Indonesia yang dinilai merusak tatanan negara Indonesia. Penyelesaian konflik ini dimana ketika itu KTN berubah menjadi UNCI. Disaat itu pula Dewan Keamanan PBB menggelar sidang di Lake Succes dekat kota New York. Perdebatan diruang persidangan bergolak, pihak Belanda dan negara lain saling membantah pendapat serta menolak beberapa kali usulan yang dilontarkan.

"Saya tidak setuju apabila Indonesia...", kata pihak Belanda lalu langsung disebrangi oleh ucapan Amerika "Kami pihak Amerika memiliki usulan untuk menghentikan pertempuran dan mendesak Anda pihak Belanda untuk memulai perundingan serta menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia". Usulan ini disebut dengan resolusi PBB.

"Kami sangat tidak seteuju dengan usulan kalian, kami dengan tegas menolak usulan tersebut", kata pihak Belanda. Dewan Keamanan PBB pun mengambil sikap tegas dua bulan setelah resolusi itu dikeluarkan. Mereka sepakat untuk melakukan pertemuan pendahuluan yaitu Perjanjian Roem-Royen. Nama ini diambil dari delegasi Mohammad Roem dari Indonesia dan Herman van Roijen dari Belanda.  "Atas sikap penolakan Belanda kemarin, maka kita lanjutkan dengan melakukan perundingan pendahuluan. Kami sepakat untuk menyebut perundingan ini dengan nama perundingan Roem-Royen yang diambil dari dua nama delegasi antar dua negara", hadirin yang datang dalam perundingan tersebut mengharapkan Belanda agar mau menyelesaikan permasalahan dengan Indonesia dan memberikan pengakuan kedaulatan. Suasana di ruangan sangat ramai  para delegasi memegang kertas yang berisikan tulisan-tulisan untuk perdamaian antar kedua negara. Dengan waktunya yang mungkin tidak lama dan tidak juga singkat, akhirnya mampu menghasilkan suatu kesepakatan yang dinilai adil bagi kedua negara. Keputusan ini terdiri dari pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta, pasukan Belanda ditarik dari Yogyakarta, dan Koferensi Meja Bundar diusulkan di Den Haag, Belanda.

Simpati India terhadap Indonesia sangat besar, India dengan Birma menyelenggarakan Konferensi Asia mengenai Indonesia di New Delhi. Konferensi dipimpin langsung oleh Perdana Menteri India bernama Jawaharlal  Nehru. "Kami selaku negara-negara didunia mengecam keras dan mengutuk atas kejadian yang terjadi di Indonesia yaitu adanya Agresi militer II Belanda". "Pemerintah Birma sepakat untuk mendukung Indonesia dan memberi bantuan dengan mengizinkan pesawat Indonesia Airways Dakota RI-001 Seulawah untuk beroperasi di Birma. Kami juga akan memberikan radio yang bisa dipakai Indonesia untuk membangun jaringan komunikasi radio antara pusat RI di Jawa, PDRI di Sumatera, Perwakilan RI di Rangoon, dan juga Perutusan RI untuk PBB di New York", kata seorang pemerintah Birma mengatakan itu dengan lantang dan tegas. Semua hadirin setuju untuk membantu Indonesia, dan memberikan dukungan kepada Indonesia.

Sesuai perjanjian Roem-Royen, Belanda menarik pasukannya dari Yogyakarta pada 29 Juni 1949. Kemudian tanggung jawab keamanan diberikan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Saat itu juga atas usulan dari pimpinan UNCI, presiden Soekarno dan tokoh Indonesia lain seperti Hatta, Syahrir, Agus Salim kembali dari pengasingan di Bangka ke Yogyakarta pada 6 Juli 1949. "Pada tanggal 27 Juni 1949 kami mendengar radio yang mengatakan bahwa Sultan Hamengkubuwono pada tanggal 30 Juni akan engambil alih kekuasaan di Yogyakarta dari Belanda. Diduga bahwa kami di Bangka akan kembali ke Yogya tanggal 5-6 Juli 1949", kata Hatta dalam bukunya.

Belanda semakin gencar mempropagandakan Republik Indonesia sudah tidak ada lagi dan berada dibawah kekuasaan Belanda. Serangan Umum 1 Maret mematahkan propaganda Belanda, akibatnya desakan dari dunia Internasional terhadap penyerahan kedaulatan Indonesia semakin kuat. Hal tersebut terpaksa membuat Belanda untuk menggelar perundingan lanjutan. Dewan Keamanan PBB melalui UNCI mendesak Belanda sehingga Konferensi Meja Bundar akan siap dilaksanakan. Hari yang diyakini akan membawa kebahagiaan ini akhirnya akan dilalui. Pada 23 Agustus 1949, Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di Den, Haag yang dihadiri delegasi Indonesia, Belanda, BFO, dan UNCI. Delegasi Indonesia dipimpin Mohammad Hatta, delegasi Belanda dipimpin JV. Maarseven, delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid dan UNCI diketuai oleh Chritchley. Konferensi dipimpin oleh perdana menteri Belanda Willem Drees.

Para tokoh penggerak kedaulatan Indonesia berbondong-bondong pergi ke Den Haag menaiki pesawat Indonesia. "Saya pergi dulu ke Den Haag, Belanda. Doakan supaya Indonesia segera dapat pengakuan kemerdekaan dari Belanda", kata Hatta. "Semoga selamat sampai tujuan Bung, Aamiin", kata seorang golongan muda di istana merdeka.  Segeralah pergi Mohammad Hatta ke Belanda bersama tokoh bangsa lain. Sesudah sampai di Den Haag, mereka disambut hangat oleh delegasi lain. "Selamat datang Tuan Hatta, silahkan masuk, Anda sudah ditunggu para delegasi lain", ucap seorang petugas di depan ruangan. "Terimakasih Tuan", kata Hatta dengan senyum.

Konferensi meja bundar pertama banyak mengalami kekacauan, ditambah sikap Belanda yang selalu menentang usulan para delegasi dan juga muncul persoalan-persoalan kerjasama juga tentang utang Belanda. Setalah perundingan yang berlarut-larut, maka pada tanggal 2 November 1949 tercapailah persetujuan KMB dengan hasil utamanya yaitu:

  • Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949.
  • Diputuskan beberapa persetujuan pokok yang terkait dengan masalah keuangan, ekonomi, sosial budaya.
  • Mengenai Irian Barat, penyelesaiannya akan ditunda selama satu tahun.
  • Persetujuan KMB memuat ketentuan mengenai pembentukan APRIS dengan TNI sebagai inti. KNIL akan dibubarkan dan anggotanya akan masuk APRIS.
  • Kerajaan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda.
  • Indonesia akan membayar utang Belanda sejak tahun 1942.

Persetujuan ini akhirnya mengakhiri konflik antara Indonesia dan Belanda yang ditanda tangani di Den Haag. Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan kedaulatan Indonesia. Tepat pada pagi hari 23 Desember 1949, Hatta berangkat ke Belanda memimpin delegasi RIS. Misi utamanya untuk menandatangani naskah pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda. Upacara ini diselenggarakan bersama baik Indonesia maupun Belanda dengan sebuah upacara pada 27 Desember 1949. Wakil kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan formal kepada pemerintah Indonesia Serikat di Jakarta yang diwakili oleh Sultan Hamengkubuwono IX.

Para penandatangan yang hadir yaitu Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Williem Drees, Mohammad Hatta, Sultan Hamengkubuwono IX, serta AHJ. Lovink bersama-sama menandatangani naskah penyerahan kedaulatan. Amerika Serikat menjadi negara pertama yang membuka perwakilan diplomatik di Jakarta setelah penyerahan kedaulatan Belanda kepada RIS. "Dengan ini kami pihak Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat", kata Belanda. RIS pun menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bung Hatta menjadi wakil presiden kembali.

"Alhamdulillah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat perjuangan para penggerak bangsa dalam meperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia, hari ini Indonesia benar-benar sudah mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda", kata Hatta sambil mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah lalu berjalan keluar ruangan untuk menghirup udara segar. Sebagai ungkapan rasa syukur Hatta kepada Tuhan Yang Maha Esa, Hatta pun setiap hari selalu menikmati kenikmatan yang diberikan Tuhan. Presiden Soekarno dan para temannya yang lain sudah pulih kembali semangatnya untuk menata negara Indonesia menjadi negara yang makmur dan bersih dari penjajahan.

Presiden Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta menjadi satu kesatuan Dwitunggal, memiliki suatu visi dan misi dimana dalam visi misi inilah keduanya saling berbeda pendapat dalam mengelola negara. Selama menjadi wakil presiden Indonesia, Hatta tetap aktif dalam acara ceramah di berbagai pendidikan tinggi. Selain aktif ceramah, Hatta juga ternyata masih sering menulis buku karangannya juga buku-buku ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi anak bangsa. "Setelah sekian lama saya tidak pernah menuangkan pikiran saya kedalam tulisan karena dulu saya sibuk akan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan tidak ada waktu untuk menulis sebuah buku baru. Kini saya akan menjalaninya kembali, menulis seuntai kalimat demi kalimat yang nanti akan menjadi sebuah buku dan bisa disalurkan untuk anak bangsa Indonesia", kata Hatta dengan nada lembut dan hati yang damai. Diapun langsung pergi ke ruangan kerjanya di rumah, mengambil mesin ketik kuno. Mesin kuno itu sangat bersih sampai-sampai banyak debu yang menutupinya. Hatta pun mengambil kain untuk membersihkan mesin ketik kuno itu.

Tik..tik..tik..tik..tik..tik..tik..tik..

Suara mesin ketik milik Hatta terdengar sampai ke ruang tengah rumahnya, istrinya pun mengetahui bahwa Hatta sedang mengetik sebuah karangan. Lantas diapun langsung membuatkan minuman hangat dan membawanya ke ruang kerja Hatta. Dari siang har sampai menjelang malam, Hatta sibuk menulis sebuah karangan buku. Diapun akhirnya menyelesaikan tulisannya. Esoknya, Hatta pergi ke istana negara menemui sang Presiden Indonesia, Ir. Soekarno untuk membahas rancangan kedepannya akan bagaimana.

Kemudian pada 12 Juli 1951, Mohammad Hatta berpidato di radio khusus untuk menyambut Hari Koperasi Indonesia. Dalam pidato tersebut dia mengungkapkan pandangan dan gagasan terhadap perkembangan koperasi di Indonesia. "Apabila kita membuka UUD 1945 dan membaca serta menghayati isi pasal 38, maka terlihatlah di sana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang satu. Tujuannya yaitu menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan kekeluargaan adalah koperasi, karena koperasilah yang menyatakan kerja sama antara mereka yang berusaha sebagai satu keluarga....", penggalan kalimat-kalimat pidato Hatta kala itu. Berdasarkan peranan Hatta yang besar dalam dunia koperasi, membuat dirinya diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia di kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Dia juga menuangkan pikiran-pikirannya mengenai koperasi kedalam sebuah tulisan berjudul 'Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun' pada 1971.

Bung Hatta pada 1955 menyatakan bahwa jika parlemen dan konstituante pilihan rakyat sudah terbentuk maka dia akan mengundurkan diri dari kursi wakil presiden Republik Indonesia. Diapun menulis sepucuk surat untuk ketua Parlemen Mr. Sartono. Pena yang dia gunakan menari-nari diatas kertas putih. Hingga akhirnya selesai dan dia langsung mengirim surat itu. Sartono pun terkejut saat menerima surat dari Mohammad Hatta. Dia mengerutkan dahinya tidak percaya akan kemunduran Hatta dari jabatannya. Surat itu berisi, "Merdeka, dengan ini saya beritahukan dengan hormat bahwa sekarang setelah Dewan Konstituante yang dipilih rakyat mulai bekerja dan tersusun, maka sudah tiba waktunya bagi saya untuk mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Segera, setelah konstituante itu dilantik, saya akan meletakkan jabatan saya". Alasan Mohammad Hatta mengundurkan diri adalah karena parlemen dan konstituante rakyat sudah terbentuk maka akan menggunakan kabinet parlementer yang dimana presiden hanya bertugas sebagai kepala negara yang fungsinya sebagai simbol negara. Sehingga dirinya sebagai wakil presiden tidak diperlukan lagi.

"Sebaiknya jangan saya balas dahulu, ini merupakan keputusan yang berat", kata Sartono. Sampailah surat itu kepada Soekarno, dan disitu pula konstituante berhasil dibuka secara resmi oleh presiden. Setelah mengetahui bahwa konstituante dibuka, Mohhamad Hatta pun memberitahukan kepada ketua Parlemen bahwa pada tanggal 1 Desember 1956 nanti, dia akan melepaskan jabatannya.  Mereka semua mula-mula menolak secara halus permintaan Hatta. Namun sejak diadakan sidang, DPR sepakat untuk memenuhi permintaan Hatta itu. Maka secara resmi pada tanggal 1 Desember 1956, Mohammad Hatta mengakhiri jabatannya sebagai wakil presiden Indonesia.

"Masa-masa sulit sudah saya lalui dengan baik bersama kawan-kawan saya di negeri Indonesia ini. Saya sudah bukan lagi wakil presiden Indonesia. Tapi perjuangan saya tidak boleh berhenti sampai disini. Masih banyak anak bangsa yang perlu ilmu pengetahuan yang mendalam, untuk itu saya akan memutuskan untuk menjadi pengajar di Universitas yang ada di Indonesia. Saya ingin melihat anak bangsa lebih maju pikirannya, lebih semangat menggapai cita-cita bangsa", lontaran kalimat itu terucap oleh Mohammad Hatta di teras rumahnya. Diapun berjalan menuju pagar rumah dan menggeser pagar rumahnya, dan berjalan menikmati udara segar sore hari. Anak-anak sedang mengayuh sepeda lalu memberi salam kepada Mohammad Hatta. Mohammad Hatta lalu tersenyum.  Dia menghabiskan kehidupannya untuk menulis karya barunya, untuk dipublish agar nanti bisa teringat oleh anak cucu kelak.

Bekerja keras tidak cukup untuk mencapai suatu kesuksesan, karenanya harus diimbangi dengan bekerja cerdas. Mohammad Hatta adalah seorang putra bangsa yang amat cerdas dan religius. Maka dari itu kesuksesan pun dia raih dengan penuh perjuangan yang mendebarkan. Tak henti sampai disitu lontaran-lontaran kobaran kemerdekaan terus dia sampaikan melalui karya tulisannya. Diapun mendapat penghormatan tertinggi yaitu Bintang Republik Indonesia kelas I. Berkat semua karya-karya tulisannya dan juga perjuangannya kini dia selalu diingat sepanjang masa dan namanya diabadikan. Mohammad Hatta wafat di usia ke-77 tahun pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo, Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun