Mohon tunggu...
Salsabila Alifah Saripudin
Salsabila Alifah Saripudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

Salsabila Alifah Saripudin | NIM 43223010164 | Mahasiswa | S1 Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Universitas Mercu Buana | Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskurs Gaya Kepemimpinan Aristoteles

24 Oktober 2024   11:02 Diperbarui: 24 Oktober 2024   11:13 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul yang dibuat oleh Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Dalam pemikiran Aristoteles, kebijaksanaan atau phronesis memainkan peran penting dalam kepemimpinan. Phronesis merupakan jenis kebijaksanaan praktis yang melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dalam situasi nyata, dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan. 

Aristoteles membedakan antara sophia, yang merupakan kebijaksanaan teoretis, dan phronesis, yang lebih berkaitan dengan kebijaksanaan dalam tindakan sehari-hari.

 Seorang pemimpin yang baik harus memiliki phronesis untuk bisa memahami situasi secara mendalam dan membuat keputusan yang efektif, bukan hanya berdasarkan teori atau aturan, tetapi berdasarkan kondisi nyata yang mereka hadapi.

Phronesis, menurut Aristoteles, bukanlah sesuatu yang dapat dipelajari hanya melalui pendidikan formal. Sebaliknya, ia berkembang melalui pengalaman hidup, refleksi diri, dan interaksi dengan orang lain.

 Seorang pemimpin yang bijaksana belajar dari pengalaman masa lalu dan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah. Mereka mampu menilai konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka dan mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Kebajikan dan Kepemimpinan

Selain kebijaksanaan, Aristoteles juga menekankan pentingnya kebajikan moral dalam kepemimpinan. Kebajikan, atau aret, dalam pandangan Aristoteles mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan. 

Pemimpin yang ideal harus menjunjung tinggi nilai-nilai ini dalam setiap tindakan dan keputusan mereka. Dengan demikian, mereka akan mampu memimpin dengan cara yang etis dan adil, serta mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang mereka pimpin.

Aristoteles percaya bahwa kebajikan bukanlah sesuatu yang melekat dalam diri seseorang sejak lahir, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan melalui kebiasaan. Pemimpin yang baik akan terus-menerus berusaha untuk mengasah kebajikan mereka dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Mereka menyadari bahwa tindakan mereka tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga pada masyarakat luas. Oleh karena itu, mereka harus bertindak dengan penuh tanggung jawab dan mempertimbangkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

Konsep Keseimbangan (Golden Mean) dalam Kepemimpinan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun