Tak lupa aku perhati tuan yang setia tertidur damai disebelah puan.
"Syukurlah, masih miliki nyawa". Batinku di tiap satu jam sebelum terbangun lagi dan lakukan hal yang sama tanpa ada yang namanya bosan. Seakan aku belum pernah lakukan pada jam-jam sebelum itu.
Keesokannya, kami semua berangkat ke pusat kesehatan masyarakat terdekat. Untuk lakukan swab, harap hasil yang-
Sejujurnya, tanpa swab pun kami sudah miliki hasilnya. Diberi tahu oleh batin dan kawanannya.
Dan benar. Terpampang dua garis nyata merah pada hasil swab puan. Ya, hanya puan. Tuan aman, dan aku? Masa positifku sudah habis. Kata dokter hanya butuh isolasi hingga masa positif puan habis.
Semua orang tahu aku tularkan orang yang harusnya aku paling tidak tularkan. Tak sedikit salahiku, bahkan beberapa dari populasi darahku sendiri.
"Alma sih"
"Kenapa gak cepet-cepet di swab sih lagian?"
"Mau nunggu sampai kapan?"
"Kenapa gak bilang dari awal?"
"Ngapain harus disembunyiin? Biar apa?"