Mohon tunggu...
Salma Putri Aditian
Salma Putri Aditian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4

please, could you put me to rest?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tuhan, Berbaik Hatilah

25 Februari 2022   20:39 Diperbarui: 25 Februari 2022   21:05 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokter disana nampak terdiam mematung, entah apa yang lewat dipikirannya.

"Banyak minum, cepat tidur. Besok sepagi mungkin ibu jadwalkan"

Aku seperti biasa, menangis. Tak henti. Tak dapat aku sangka malam terburukku datang secepat ini. Mungkin nanti ada lagi, tapi tolong tidak lagi kalau aku boleh menawar.

Aku tangisi kesalahanku yang bisa-bisanya tularkan benalu neraka ini. Aku tangisi tiap pepatah tuan puan yang sering aku abai. Aku tangisi ucapan puan beberapa hari lalu yang selalu terdengar dalam sunyi. Saat sedang aku temani ia makan siang dengan lemah, puan bicara,

"Al, sebenernya mama gak apa-apa kalau harus mati. Mama udah ikhlas. Tapi mama gak tega harus ninggalin Alma sama papa. Mama suka kepikiran, Alma sama papa belum siap ditinggalin mama"

Dialog itu ditabrak halus oleh suara papa yang berasal dari racauan kacau malam dua Juli saat itu.

"Kalau papa udah gak ada, harus baik-baik ya."

Tangisku sungguh semakin pecah. Sungguh aku belum dan tidak akan pernah siap. Ditengah malam yang entah mengapa sangat dingin itu, aku rapalkan sekali lagi. Berharap didengar oleh siapapun yang Maha Mendengar.

"Tuhan, kumohon dengarkan. Tuhan, tolong ambil apapun dariku, aku tidak peduli. Tapi tolong jangan bawa tuan pun puan paling aku sayang. Tuhan, atau siapapun yang ada disana, aku tidak meminta hal selain ini. Tolong tuhan, jangan ambil mereka. Setidaknya tidak sekarang, Tuhan. Kumohon, berbaik hati lah. Ambil apapun, bahkan sahabat-sahabatku, Tuhan. Tolong"

Malam itu sungguh kulewati dengan hati tak tenang. Aku terbangun satu jam sekali untuk melihat keadaan puan. Tak jarang terbangun ulah batuknya yang terdengar sesak. Bangunku hanya untuk isi ulang botol minumnya, kusisipkan doa pada tiap-tiap air yang mengisi penuh botol itu. Tak lupa aku amati, ini agak konyol tapi.

Aku amati apakah puan masih bernafas atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun