Mohon tunggu...
Ryan Aminullah Yassin
Ryan Aminullah Yassin Mohon Tunggu... Guru - SMK Negeri 1 Trenggalek

Guru yang senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Gotong Royong

7 Desember 2022   15:31 Diperbarui: 7 Desember 2022   15:41 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMBELAJARAN PPKn MENGGUNAKAN MODEL GOTONG ROYONG

MENGINTEGRASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER 

DI SMK NEGERI 1 TRENGGALEK

 

Oleh : Ryan Aminullah Yassin

(Mahasiswa S-3 Pendidikan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang)

 

ABSTRAK

 

Praktik Pembelajaran PPKn hanya bersifat teoritis menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik. Akibatnya peserta didik sulit mengimplementasikan materi pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam hal memberi penguatan karakter peserta didik. Pembelajaran PPKn memerlukan inovasi, dan kreasi diantaranya dengan menggunakan Model Gotong Royong. Model Gotong Royong menggabungkan model Discovery Learning dan Cooperatif Learning. Tujuan utama Model Gotong Royong memberi pengalaman belajar yang nyata, mengintegrasikan pendidikan karakter dalam upaya penguatan karakter peserta didik melalui cara menata lingkungan pembelajaran melalui kelompok-kelompok belajar dengan melibatkan komponen pendidikan lainnya seperti lingkungan dan keluarga.

Model Gotong Royong adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik di dalam dan di luar kelas dengan melibatkan sumber belajar yang ada di lingkungan. Sumber belajar itu antara lain DPRD Kab. Trenggalek, Instansi Kepolisian di lingkungan Polres Trenggalek, BNN Kab. Trenggalek dan Pengadilan Negeri Trenggalek. Lembaga-lembaga tersebut dijadikan sebagai sumber belajar peserta didik dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan menguatkan karakter peserta didik. Model Gotong Royong diterapkan pada mata materi yang memiliki relevansi dengan sumber belajar yang ada di luar lingkungan sekolah.

Menggunakan model Gotong Royong hasil belajar peserta didik meningkat,  pada aspek pengetahuan (civic knowledge) kelas XI Multimedia 1 mencapai rata-rata ketuntasan 91,43% dan kelas XI Multimedia 2 mencapai rata-rata ketuntasan 88,57%. Aspek keterampilan (civic skills) peserta didik ditunjukkan dengan terampil  merancang, berperan aktif dalam kegiatan, mampu menyusun laporan, mampu menyajikan dan mengimbaskan informasi yang diperoleh. Aspek sikap (civic dispositions) ditunjukkan dalam hal berdisiplin, bertanggung jawab, mandiri, kerja keras, kreatif, komunikatif, mampu membangun jejaring dan mampu menunjukkan perilaku bergotong royong selama proses pembelajaran. Pembelajaran Model Gotong Royong pada mata pelajaran PPKn di SMKN 1 Trenggalek mampu mengintegrasikan nilai-nilai utama penguatan pendidikan karakter melalui kerjasama dengan berbagai sumber belajar yang melibatkan sekolah, masyarakat/lingkungan dan keluarga (tri pusat pendidikan)

Kata Kunci: PPKn, Model Gotong Royong, Pendidikan Karakter

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang Masalah

          Kegiatan pembelajaran  PPKn di SMK Negeri 1 Trenggalek cenderung hanya menyampaikan materi pelajaran yang bersifat teoritis dalam bentuk abstrak. Salah satu contohnya adalah ketika diajarkan materi peran dan fungsi lembaga penegak hukum dengan obyek kajian lembaga peradilan.  Guru hanya menjelaskan hirarki peradilan, tugas dan kewenangan lembaga tersebut. Padahal salah satu sumber belajar yang relevan dan kompeten terhadap materi tersebut yaitu Pengadilan Negeri hanya berjarak kurang dari 1,5 km dari sekolah.  Pengadilan Negeri tidak pernah dimanfaatkan sebagai salah satu sumber belajar yang kontekstual. Akibatnya proses belajar menjadi kurang bermakna dan tidak menarik. Upaya penguatan karakter peserta didik sulit diwujudkan karena lebih banyak yang bersifat teoritis. Pembelajaran PPKn terpusat pada guru dan materi ajar seperti buku siswa. Kondisi ini berbeda dengan mata pelajaran produktif atau kompetensi keahlian di SMK yang melibatkan pihak ketiga seperti dunia usaha dan dunia industri.

          Upaya yang pernah dilakukan Guru PPKn dalam meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran adalah dengan menggunakan daya dukung teknologi dan informasi berbasis internet. Usaha memadukan media teknologi dengan proses pembelajaran pada awalnya sangat diminati siswa. Daya dukung sarana yang dimiliki peserta didik seperti handphone dan laptop dilengkapi dengan fasilitas wifi jaringan internet di SMKN 1 Trenggalek menjadi modal utama untuk kegiatan pembelajaran ini. Akan tetapi seiring perkembangan waktu muncul kelemahan dan permasalahan dari upaya ini. Salah satunya adalah ketika peserta didik mampu mengakses informasi tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan menalar dan mengolah informasi materi pelajaran dengan baik. Keanekaragaman informasi cenderung membingungkan peserta didik dan mereka menganggap seluruh informasi tersebut benar. Ditambah lagi dengan rendahnya minat baca peserta didik terhadap buku PPKn. Akhirnya yang terjadi adalah mereka hanya sebatas mengambil konten materi yang mereka butuhkan dengan cara men-copy dan menyajikan ulang tanpa melakukan telaah lebih lanjut. Salah satu contohnya adalah ketika ditemukan tugas yang dikumpulkan oleh peserta didik dimana isinya sama persis dengan materi yang ada di internet. Hal ini menyebabkan informasi yang disajikan peserta didik menjadi tidak benar dan juga berpengaruh terhadap karakter mereka. Hal ini menjadi kendala dalam upaya penguatan pendidikan karakter peserta didik di SMKN 1 Trenggalek

          Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran PPKn antara lain dengan menerapkan model Pembelajaran Gotong Royong. Model ini diilhami model pembelajaran Discovery dan Cooperatif Learning yang di dalamnya ada karakter gotong royong. Sebagaimana dikemukakan oleh Jerome Bruner dalam Baharudin, 2008: 129, yaitu peserta didik didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Slavin dalam Isjoni 2010: 15 pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Stahl (dalam Isjoni 2010: 15) menyatakan   pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar peserta didik lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

          Pembelajaran Model Gotong Royong di SMKN 1 Trenggalek adalah model pembelajaran yang melibatkan berbagai sumber belajar dengan menggunakan daya dukung lingkungan dan keluarga. Keuntungan dari penerapan model ini adalah peserta didik diajak untuk mengenal dan belajar secara langsung dari sumber belajar. Informasi yang diperoleh adalah informasi riil dari para praktisi di bidangnya. Model ini meningkatkan hasil belajar peserta didik dari sisi pengetahuan (civic knowledge), keterampilan (civic skill) dan sikap (civic dispositions) serta memberi penguatan  pendidikan karakter bagi peserta didik karena mereka akan melakukan komunikasi dan interaksi dengan berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan dalam bentuk pola hubungan saling membantu dalam suasana gotong royong.

Permasalahan

          Permasalahan dalam Best Practice ini adalah:

  1. Apakah melalui model pembelajaran Gotong Royong dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik?
  2. Apakah melalui model pembelajaran Gotong Royong dapat mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter peserta didik?

Strategi Pemecahan Masalah

          Masalah hasil belajar dan kurangnya penguatan karakter peserta didik  bisa diselesaikan dengan menerapkan model Gotong Royong. Model ini berbeda dengan model pembelajaran mata pelajaran PPKn sebelumnya. Model pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dengan membangun jejaring, komunikasi dan pendekatan kepada sumber belajar yang relevan dengan materi dan kegiatan belajar. Sumber belajar yang dimaksud adalah lembaga-lembaga negara yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Lembaga-lembaga perlu dilibatkan dalam proses belajar peserta didik karena mereka memiliki kompetensi dibidangnya.

Penjelasan Tahapan Operasional  Model Pembelajaran Gotong Royong:

Perencanaan dan Persiapan.

Tahap perencanaan dan persiapan yang dilakukan oleh guru:

Analisis  KI, KD, dan Indikator.

Guru merancang kegiatan pembelajaran sebelumnya dengan melakukan analisis KI, KD, dan Indikator mata pelajaran PPKn. Tujuan dilakukan analisis ini adalah untuk menemukan materi yang relevan dengan pelaksanaan model Gotong Royong.

  1. Survey dan Perijinan

Guru seijin Kepala Sekolah melakukan komunikasi sekaligus mengajukan permohonan ijin kunjungan dengan lembaga yang akan dijadikan sarana sumber belajar.

  1. Menyusun Instrumen dan rubrik penugasan

Guru menyusun pedoman interview, pedoman pengamatan, sistematika penyusunan laporan, penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik sesuai dengan materi dan indikator pembelajaran.

  1. Membentuk kelompok ahli

Guru membentuk kelompok ahli yang anggotanya terdiri dari perwakilan kelas yang memiliki kemampuan lebih khususnya dari sisi pengetahuan, komunikasi, dan inisiatif dalam belajar

Tahap perencanaan dan persiapan bagi peserta didik:

Di bawah pengawasan guru peserta didik diberi tugas membentuk kelompok baik yang terdiri dari kelompok besar dan kelompok kecil. Perbedaan jenis kelompok ini didasarkan pada jenis kegiatan, jumlah anggota kelompok dan wilayah domisili peserta didik.

Pelaksanaan 

Pada tahap pelaksanaan model pembelajaran Gotong Royong guru bersama peserta didik melaksanakannya dalam bentuk:

Kelompok Besar, anggotanya terdiri  atas 1 sampai dengan 2 kelas, melakukan model pembelajaran Gotong Royong dengan cara mengunjungi lembaga (sumber belajar) di dalam waktu jam pembelajaran. Tujuannya adalah agar  peserta didik bisa menyaksikan keadaan yang sebenarnya di lapangan berdasarkan pada pola kegiatan yang terjadwal dan sifatnya terbuka.

Kelompok kecil, terdiri dari 3 sampai dengan 7 peserta didik dalam satu kelas. Pembentukan kelompok didasarkan domisili peserta didik untuk memudahkan pelaksanaan kunjungan. Kegiatan kunjungan dilaksanakan diluar jam pembelajaran berdasarkan wilayah domisili peserta didik

Kelompok ahli, anggotanya terdiri dari perwakilan masing-masing kelas di tiap jenjang. Peserta didik yang masuk dalam kelompok ahli adalah peserta didik yang dipilih oleh guru dengan dasar memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan peserta didik yang lain. Kemampuan tersebut misalnya dalam hal pengetahuan, komunikasi, kemandirian, inisiatif.

Menyusun Laporan.

Laporan kegiatan pembelajaran Gotong Royong disusun berdasarkan jenis kelompok. Kelompok besar menyusun laporan individu, kelompok kecil dan kelompok ahli menyusun laporan secara berkelompok. Laporan berisi hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh selama melakukan kunjungan belajar.

Pelaporan dan Pengimbasan

Kegiatan pelaporan dan pengimbasan hasil penugasan individu, kelompok dan kelompok ahli adalah bentuk sikap tanggung jawab peserta didik setelah melakukan kunjungan belajar. Pelaporan dilakukan dengan cara presentasi individu atau kelompok di dalam kelas sedangkan pengimbasan dilaksanakan dengan cara menyampaikan informasi melalui majalah dinding dan upload hasil kegiatan di aplikasi pembelajaran online.

Evaluasi

Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran Gotong Royong bertujuan agar supaya peserta didik kompeten dalam bidang pengetahuan (civic knowledge), keterampilan (civic skill) dan sikap (civic dispositions). Kriteria keberhasilan peserta didik ditentukan dari aspek:

Aspek pengetahuan (Civic Knowledge)

Peserta didik dinyatakan kompeten secara individu apabila mencapai KKM minimal 70 dan rata-rata kelas dinyatakan kompeten apabila 85% atau lebih peserta didik mendapatkan nilai minimal 70. Hasil penilaian pengetahuan diinformasikan kepada orang tua/wali murid.

Aspek keterampilan (Civic Skill)

Peserta didik dinyatakan kompeten apabila memenuhi kriteria di bawah ini:

Kelompok kecil: mampu merancang kegiatan kunjungan, melakukan wawancara, berinteraksi dengan penegak hukum, mampu mendokumentasikan dan menyusun laporan kegiatan wawancara sesuai dengan petunjuk serta mampu menyajikan dalam bentuk pemaparan di depan kelas/audiens.

Kelompok besar: mampu melakukan kunjungan, pengamatan dan melakukan interaksi dengan sumber belajar, mampu membuat laporan hasil pengamatan kunjungan secara individu sesuai dengan ketentuan dan mampu menyajikan laporan hasil pengamatan kunjungan di kelas.

Aspek sikap/adab (Civic Disposition)

Peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas mampu menunjukkan sikap disiplin, kreatif, mampu membangun jejaring, kerja keras, mandiri komunikatif, tanggung jawab dan mampu bekerjasama.

BAB II

IMPLEMENTASI BEST PRACTICE

Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Alasan pemilihan model model Gotong Royong karena model ini menarik, kontekstual, dan lebih mengedepankan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar. Selain itu juga untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan mengintegrasikan nilai penguatan pendidikan karakter dengan cara menata lingkungan pembelajaran. Upaya tersebut dilakukan dengan memaksimalkan peran berbagai alternatif sumber belajar yang ada di lingkungan masyarakat. Tujuannya agar peserta didik kompeten dalam aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan berkarakter. Salah satu contohnya adalah mereka memiliki hasil belajar yang baik dan mampu membangun jejaring untuk belajar secara aktif dan mandiri dengan didukung suasana gotong royong.

Praktik pembelajaran model Gotong Royong yang di awali dengan kegiatan: 1. perencanaan dan persiapan; 2. pelaksanaan; 3. penyusunan laporan; 4 pelaporan dan pengimbasan; dan 5. evaluasi. Proses tersebut melibatkan sekolah, masyarakat/lingkungan dan keluarga (tri pusat pendidikan) dalam upaya penguatan pendidikan karakter peserta didik. Tidak mengikutsertakan sumber belajar di sekitar lingkungan sekolah akan mengurangi makna pembelajaran PPKn dalam upaya mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter peserta didik.

Implementasi Strategi Pemecahan Masalah

Pelaksanaan pembelajaran model Gotong Royong di SMKN 1 Trenggalek diuraikan sebagai berikut :

Perencanaan dan Persiapan

Perencanaan dan persiapan yang dilakukan oleh guru:

Melakukan analisis kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator ranah pengetahuan dan keterampilan. Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk menemukan dan menentukan materi-materi yang relevan dan memiliki ketersediaan daya dukung sumber belajar. Analisis ini penting untuk dilakukan agar supaya pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan tepat dan efektif berdasar pada indikator tujuan kegiatan pembelajaran PPKn.

Melakukan survey dan mengurus perijinan di tempat-tempat yang akan dijadikan sumber belajar oleh peserta didik. Tahap awal pengurusan ijin, penulis menggunakan surat permohonan ijin dari Kepala Sekolah untuk memperoleh ijin kunjung belajar. Bentuk kunjungan terdiri dari kegiatan kunjungan kelompok besar, kelompok ahli dan kelompok kecil. Kunjungan kelompok besar dan kelompok ahli dilaksanakan di Pengadilan Negeri dan DPRD Kabupaten Trenggalek. Kunjungan belajar kelompok kecil  dilaksanakan di kantor BNN dan Polsek wilayah Polres Trenggalek. Karena jumlah kecamatan di Kabupaten Trenggalek ada 14 kecamatan, untuk memudahkan pengajuan ijin penulis langsung mengajukan ijin ke Kantor Polres dan siswa meneruskan informasi ijin tersebut ke masing-masing Kantor Polsek.

Guru menyusun instrumen penugasan dan rubrik penilaian. Instrumen ini berfungsi untuk sebagai acuan dan bahan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan. Instrumen terdiri dari: daftar hadir, pedoman wawancara, pedoman pengamatan, tes, penilaian sikap, dan penilaian keterampilan.

Membentuk kelompok yang anggotanya diambil dari siswa perwakilan kelas di tiap jenjang. Minimal terdapat satu kelompok ahli dalam tiap jenjang. Kelompok ahli berjumlah maksimal 14 peserta didik. Peserta didik kelompok ahli dipilih oleh guru dengan dasar memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan peserta didik yang lain. Kemampuan tersebut misalnya dalam hal pengetahuan, komunikasi, kemandirian, dan inisiatif. Nantinya kelompok ahli memiliki tanggung jawab mengimbaskan informasi yang diperoleh kepada peserta didik yang lain menggunakan media tertentu seperti melalui majalah dinding dan aplikasi pembelajaran online dibantu guru.

Perencanaan dan persiapan yang dilakukan oleh peserta didik:

Peserta didik yang bertugas melakukan pengamatan di Pengadilan Negeri terdiri dari satu sampai dengan dua kelas. Kelompok ini dinamakan kelompok besar.

Peserta didik yang bertugas melakukan pengamatan dan wawancara di Polsek wilayah Polres Kabupaten Trenggalek membentuk kelompok kecil terdiri dari empat sampai dengan tujuh peserta didik. Pemilihan anggota kelompok berdasarkan pada domisili peserta didik, tujuannya untuk memudahkan komunikasi antar peserta didik dalam mempersiapkan dan melakukan kunjungan belajar serta sekaligus menerapkan nilai karakter gotong royong.

  1. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pembelajaran model Gotong Royong dilaksanakan dengan cara berkelompok secara bertahap mengikuti materi PPKn menurut kalender pendidikan dan kegiatan di sumber belajar. Penjelasannya sebagi berikut:

Kelompok besar melakukan kunjungan belajar Gotong Royong ke Pengadilan Negeri Trenggalek untuk mempelajari materi sistem peradilan. Kegiatan kunjungan pembelajaran dilakukan di dalam jam belajar. Karena alokasi waktu terbatas maka guru harus melakukan komunikasi dengan guru lainnya pada kelas yang sama agar kegiatan belajar tidak terganggu. Di pengadilan peserta didik mengikuti penyampaian materi tentang sistem peradilan dari para hakim dan mengikuti persidangan. Selama mengikuti penyampaian materi masing-masing peserta didik diberi tugas merekam, mencatat dan melakukan interaksi dalam bentuk bertanya kepada para praktisi penegak hukum. Sedangkan dalam proses persidangan peserta didik diberi tugas melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan proses persidangan secara mandiri.

Kelompok kecil

Kelompok kecil diberi tugas untuk melakukan kunjungan belajar Gotong Royong ke Kantor Polsek wilayah Polres Kabupaten Trenggalek dan BNN Trenggalek. Kegiatan ini dilaksanakan di luar jam pembelajaran sekolah, sehingga masing-masing kelompok diberi kebebasan untuk mengelola kegiatan kunjungan belajar sesuai dengan waktu yang sudah disepakati. Hal ini dikandung maksud agar mereka memiliki kemampuan membangun jejaring, kemampuan berkomunikasi, integritas dan bertanggung jawab dalam proses belajar di luar jam sekolah. Dalam melakukan kunjungan belajar mereka diberi tugas melakukan wawancara dan pengamatan terhadap proses penegakan hukum yang dilakukan Polisi. Pertanyaan wawancara diarahkan pada model pola berfikir tingkat tinggi (Hots). Setiap kelompok juga diberi tugas mendokumentasikan dan membuat laporan hasil kunjungan belajar.

Kelompok ahli

Kegiatan belajar Gotong Royong kelompok ahli dilakukan di lembaga atau mengikuti kegiatan lembaga yang pesertanya terbatas. Karena sifatnya terbatas maka keikutsertaan kelompok ahli untuk kegiatan belajar menyesuaikan jadwal lembaga. Komunikasi dengan guru lain perlu dibangun agar kegiatan belajar tetap berjalan efektif. Kunjungan belajar di Lembaga DPRD Kabupaten Trenggalek, mengikuti rapat paripurna DPR merupakan bagian dari kegiatan belajar kelompok ahli. Kelompok ahli diberi tugas menggali informasi tentang kegiatan dan tugas lembaga pemerintahan di wilayah Kabupaten Trenggalek dan hasilnya dikaji berdasarkan materi pelajaran PPKn khususnya materi tentang pemerintahan.   Kelompok ahli menggali informasi melalui wawancara dengan narasumber. Kelompok ahli memiliki kewajiban untuk mengimbaskan informasi yang mereka peroleh kepada peserta didik yang lain.

Menyusun Laporan

Setiap kelompok dan individu peserta didik setelah melakukan kegiatan kunjungan belajar diberi waktu maksimal 2 minggu untuk menyusun laporan sesuai dengan petunjuk penyusunan laporan. Laporan kunjungan belajar individu disusun oleh masing-masing anggota kelompok besar dan laporan kunjungan belajar kelompok disusun oleh anggota kelompok kecil.  Kelompok ahli menyusun laporan hasil kunjungan dan disajikan dalam bentuk berita majalah dinding. Selama proses penyusunan laporan, peserta didik dianjurkan untuk menjalin komunikasi dan melakukan konsultasi dengan guru. Nilai karakter yang ingin diintegrasikan dalam proses ini adalah nilai tanggung jawab, komunikatif dan kerjasama.

Pelaporan/Pengimbasan

Setelah peserta didik menyelesaikan penyusunan laporan kunjungan belajar, hasilnya dilaporkan melalui presentasi dan diskusi kelas. Mengingat keterbatasan waktu maka model pelaporan atas hasil kunjungan dilaksanakan menggunakan metode sampel dari beberapa siswa atau kelompok dalam satu kelas. Setelah siswa atau kelompok menyajikan informasi hasil kunjungan, siswa lain diberi kesempatan untuk bertanya, menanggapi atau memberi saran. Kemudian dibuat kesimpulan bersama-sama dengan guru.

  1. Evaluasi

Kegiatan evaluasi belajar dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik meliputi aspek kognitif (civic knowledge), psikomotorik (civic skill) dan afektif (civic dispositions). Aspek psikomotorik dan afektif sudah diukur semenjak tahap awal proses pembelajaran model Gotong Royong dilaksanakan. Aspek kognitif terkait pemahaman pengetahuan peserta didik diukur melalui pemaparan hasil kunjungan belajar yang telah dilakukan baik secara lisan maupun tulisan dan kegiatan ulangan harian. Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan rencana tindak lanjut selanjutnya.

Hasil yang Dicapai

Aspek Pengetahuan (Civic Knowledge)

Kegiatan evaluasi terhadap peserta didik pada aspek pengetahuan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ulangan harian (UH). Sampel kelas diambil dengan cara diundi dan terpilih kelas XI Multimedia 1 dan 2 dengan jumlah masing-masing kelas terdiri dari 35 peserta didik. Hasil ulangan harian kelas XI Multimedia 1 dari 35 peserta didik yang ikut, 33 peserta didik dinyatakan tuntas, 2 peserta didik dinyatakan belum tuntas dan harus mengikuti remidi. Rata-rata nilai ulangan harian kelas XI Multimedia 1 mencapai 83,60. Prosentase keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan soal mencapai 91,43 %.

Hasil Ulangan harian kelas XI Multimedia 2 dari 35 peserta didik yang mengikuti ulangan, 31 peserta didik dinyatakan tuntas, 4 peserta didik dinyatakan belum tuntas dan harus mengikuti remidi. Rata-rata nilai ulangan harian kelas XI Multimedia 2 mencapai 81,88%. Prosentase keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan soal mencapai 88,57%.

Kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran secara lisan maupun tulisan juga menjadi perhatian dalam penilaian pengetahuan. Dengan berinteraksi langsung dengan sumber belajar di lingkungan ternyata peserta didik dapat menangkap informasi dengan lebih baik dan mampu menyampaikan dengan gaya mereka sendiri dengan penuh tanggung jawab dan rasa percaya diri

Penerapan model Gotong Royong  dengan melibatkan berbagai macam sumber belajar yang ada di lingkungan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik dari sisi pengetahuan (civic knowledge)

Aspek Keterampilan (Civic Skill)

Aspek keterampilan yang diukur dari peserta didik adalah ketika mereka mampu melakukan kegiatan kunjungan, aktif selama berkunjung, mengumpulkan informasi, menuliskan dan menyajikan dalam bentuk laporan. Hasil dari kunjungan adalah sebagai berikut:

Kelas XI Multimedia 1

Tabel 2.1. Uraian Penilaian Aspek Keterampilan Kegiatan Kunjungan

Ke Pengadilan Negeri Trenggalek.

No.

Kegiatan

Jumlah Peserta

Keterangan

1

Melakukan kunjungan ke PN Trenggalek dengan tertib

35

Seluruh peserta didik mengikuti kegiatan

2

Aktif mencari informasi (berfikir kritis)

35

15 peserta didik bertanya kepada nara sumber

3

Membuat laporan individu

35

Seluruh peserta didik membuat laporan

4

Menyajikan hasil kegiatan kunjungan/pengamatan

35

10 peserta didik menyajikan laporan hasil kunjungan

Catatan: Kegiatan nomor 2 dan 4 tidak bisa dilaksakan secara maksimal disebabkan karena ketebatasan waktu kegiatan pembelajaran.

Kelas XI Multimedia 2

Tabel 2.2. Uraian Penilaian Aspek Keterampilan Kegiatan Kunjungan

Ke Kantor Kepolisian

No.

Kegiatan

Kelompok

Keterangan

1

Merancang program kunjungan dan bernegosiasi untuk melakukan wawancara

1 sd 7

Seluruh kelompok mampu merancang dan menjalin kerjasama untuk melakukan wawancara

2

Melakukan kegiatan wawancara

1 sd 7

Seluruh kelompok mampu melakukan wawancara

3

Membuat laporan kegiatan wawancara dilengkapi dokumentasi kegiatan

1 sd 7

Seluruh kelompok mampu membuat laporan wawancara sesuai dengan petunjuk

4

Menyajikan hasil kegiatan kunjungan / wawancara

1 sd 7

Seluruh kelompok mampu menyajikan hasil kegiatan kunjungan dihadapan peserta didik lain

Berdasarkan paparan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan keterampilan peserta didik khususnya  dalam hal kemampuan membangun jejaring, berkomunikasi dalam merencanakan kegiatan, sikap tanggung jawab membuat laporan tertulis dan kemampuan menyajikan hasil pengamatan di hadapan audiens di kelas. Kreatif, komunikatif dan mampu bekerjasama merupakan kemampuan yang penting karena bagian dari keterampilan abad 21 yang dimiliki peserta didik

Aspek Sikap/Karakter (Civic Dispositions)

                Menggunakan lingkungan belajar selain kelas akan menghasilkan hasil belajar yang memberi pengaruh pada karakter/sikap peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari ketercapaian nilai-nilai karakter yang berhasil diterapkan oleh peserta didik selama melaksanakan kegiatan model Gotong Royong. Data disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Kelas XI Multimedia 1

Tabel 2.3. Uraian Penilaian Aspek Sikap Pada Kegiatan Kunjungan

Ke  Pengadilan Negeri Trenggalek

No.

Karakter

Wujud Tindakan

1

Berfikir kritis, kreatif, partisipatif, percaya diri dan membangun jejaring

Seluruh peserta didik hadir dan mayoritas peserta didik mampu merancang, menyiapkan kebutuhan, aktif mengikuti kegiatan pengamatan dan menyusun laporan tugas sesuai dengan rencana

2

Disiplin, bertanggung jawab, mandiri

Seluruh peserta didik mengumpulkan laporan hasil pengamatan individu sesuai dengan petunjuk/aturan

3

Kreatif, komunikatif, tanggung jawab, kerjasama

Seluruh peserta didik membuat laporan dan sebagian peserta didik menyajikan laporan hasil pengamatan dalam bentuk pemaparan sedangkan peserta didik lain memberi tanggapan

Kelas X Multimedia 2

Tabel 2.4. Uraian Penilaian Aspek Sikap Pada Kegiatan Kunjungan

Ke Kantor Kepolisian

No.

Karakter

Wujud Tindakan

1

Berfikir kritis, kreatif, mandiri partisipatif, percaya diri dan membangun jejaring

Secara berkelompok, peserta didik mampu merancang, melakukan interaksi, melaksanakan kegiatan pengamatan dan menyusun laporan tugas kelompok tepat waktu

2

Disiplin, bertanggung jawab, mandiri

Secara berkelompok, peserta didik mampu menyusun laporan hasil wawancara dan pengamatan sesuai dengan petunjuk/aturan

3

Kreatif, komunikatif, tanggung jawab, kerjasama

Perwakilan beberapa kelompok mampu menyajikan laporan kunjungan dalam bentuk pemaparan hasil dan kelompok yang lain bertanya sekaligus memberi tanggapan.

Kendala Yang Dihadapi

                Penerapan model Gotong Royong dihadapkan pada kendala-kendala sebagai berikut.

Peserta didik harus menyesuaikan waktu dengan jadwal kegiatan para narasumber yang padat.

Untuk materi tertentu guru membatasi keikutsertaan peserta didik dikarenakan keterbatasan daya tampung dan ruang yang dimiliki sumber belajar 

Faktor- Faktor Pendukung

                Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model Gotong Royong ada beberapa faktor pendukung yang telah memberikan konstribusi positif antara lain:

Peserta didik mayoritas aktif dan bersemangat dalam mencari informasi menggunakan model pembelajaran Gotong Royong

Dukungan dari Kepala SMK Negeri 1 Trenggalek dalam bentuk pembuatan surat permohonan kunjungan.

Dukungan dari DPRD Trenggalek, Polres, BNN yang dengan tangan terbuka membimbing, memberikan informasi, dan bersedia mengundang peserta didik SMK Negeri 1 Trenggalek.

Alternatif Pengembangan

Mengembangkan model pendidikan ini dengan lebih banyak melibatkan sumber belajar yang ada lingkungan sekitar yang memiliki kesesuaian dengan materi ajar peserta didik.

Melibatkan guru-guru PPKn yang lain agar ikut serta dalam melaksanakan model pembelajaran Gotong Royong.

Mengundang para praktisi di sekolah.

Perlu dilanjutkan dengan penelitian eksperimen dengan membandingan model pembelajaran Gotong Royong dengan model yang lain, sehingga diketahui konsistensi model ini pada kegiatan pembelajaran PPKn

 

 

 

BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

 

Simpulan

            Berdasarkan hasil kajian pelaksanaan disimpulkan sebagai berikut :

Hasil belajar peserta didik menggunakan model Gotong Royong meningkat,  pada aspek pengetahuan (civic knowledge) kelas XI Multimedia 1 mencapai rata-rata ketuntasan 91,43% dan kelas XI Multimedia 2 mencapai rata-rata ketuntasan 88,57%. Aspek keterampilan (civic skills), peserta didik terampil  merancang, berperan aktif dalam kegiatan, mampu menyusun laporan, mampu menyajikan dan mengimbaskan informasi yang diperoleh. Sedangkan aspek sikap (civic disposition), peserta didik mampu bersikap disiplin, bertanggung jawab, mandiri, kerja keras, kreatif, komunikatif, mampu membangun jejaring dan mampu bekerjasama selama proses pembelajaran.

 

Pembelajaran Model Gotong Royong pada mata pelajaran PPKn di SMKN 1 Trenggalek mampu mengintegrasikan nilai-nilai utama penguatan pendidikan karakter dalam bentuk terjalinnya kerjasama dengan berbagai sumber belajar yang melibatkan sekolah, masyarakat/lingkungan dan keluarga (tri pusat pendidikan)

 

 

Rekomendasi

Pembelajaran Model Gotong Royong dalam penerapannya harus benar-benar disiapkan dengan perencanaan yang baik

Mengadakan kerjasama yang lebih intensif dengan lembaga-lembaga terkait seperti DPRD, Kepolisian, BNN, Lembaga Peradilan serta instansi lain yang memiliki relevansi dengan materi belajar peserta didik dengan tujuan memudahkan proses pembelajaran dan transfer informasi kepada guru maupun peserta didik.

Perlu dilanjutkan dengan penelitian eksperimen dengan membandingan model pembelajaran Gotong Royong dengan model yang lain, sehingga diketahui konsistensi model ini pada kegiatan pembelajaran PPKn.

 

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara  Manusiawi. Jakarta Rineksa Cipta

Baharuddin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar Ruzz Media

Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dalyono. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

 Darmadji, Agus dkk. 2006. Pendidikan Kewargaan (Civic Educatioan) Panduan Pembelajaran di Luar Kelas. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan The Asia Foundatioun

 Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

DePorter, Bobbi. 2009. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan Media

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: Refika

Hernowo. 2007. Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Kreatif. Bandung: Mizan

Isjoni. 2010. Cooperatif Learning : Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

Jones, Vern dan Louise. Manajemen Kelas Komprehensif Edisi ke 9. Jakarta: Penerbit Kencana

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMA/MA/SMK/MAK XI Semester 1

Muslich, Masnur. 2012. Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research). Jakarta: PT Bumi Aksara

Mustaji. 2009. Desain Pembelajaran Teori dan Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pola Kolaborasi (Model PBMPK). Surabaya: Unesa University Press

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian  Peserta didik  Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri Surabaya.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press)

 Paulina. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Sahlberg, Pasi.2014. Finnish Lessons. Bandung: PT Mizan Media

Slavin, E Robert. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Nusamedia

Suhardjono. 2009. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas dan Tindakan Sekolah, Malang: Penerbit Lembaga Cakrawala Indonesia dan LP3 Universitas Negeri Malang

Sudjana, Nana. 1995.  Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.  Remaja Rosda Karya.

Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu. Bandung: Bumi Aksara

Usman, Moh. Uzer. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Winkel, WS. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia

Internet

Vera, Ginting. 2005. Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid. [Online]. Tersedia: http://www.bpkpenabur.or.idfilesHal.17-35%20Penguatan%20Membaca.pdf. [03 April 2017].

 

Modul

Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Guru. 2017. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Peraturan

Instruksi Presiden Republik Indonesia No 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Revolusi Mental

Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi SMA SMK Tahun 2017 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah

 

Penelitian

Aminullah, Ryan.2016. Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran PPKn Dengan Model Pengamatan Langsung Pada Siswa Kelas X SMKN 1 Trenggalek Tahun Pelajaran 2015-2016

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun