Kang Arya dan teman-temannya berjalan kembali pulang. Di tengah perjalanan, terlihat sebuah kios yang agak besar, tanpa ram kawat. Mereka mampir sebentar untuk membeli beberapa kebutuhan pangan seperti beras, telur dan minyak goreng. Setidaknya, siang ini mereka tak akan makan mie instan dulu.Â
Hari semakin terik. Tak terdengar adzan sama sekali. Dari belakang terdengar ada suara mobil berjalan pelan.Â
"Bapak, ibu! Mari naik! Bapak ibu yang tidur di KCD to?"
Mereka tak kenal orang ini. Tapi nampaknya penduduk desa memang sudah tahu ada guru dari pusat yang menginap di KCD.Â
Tanpa pikir panjang, Kang Arya dan teman-temannya naik ke dalam mobil box. Lumayan daripada harus berjalan di bawah sinar matahari terik. Perjalanan jauh pula. Setidaknya mereka tak perlu langgar kali. Mobil box akan masuk ke dalam sungai, melintasinya untuk masuk ke Desa Pakubaun.Â
Bang Ahmad berdiri menggantung di belakang box. Berpegangan pada sisi atas box. Sementara yang lain terbanting-banting di dalam box karena tidak ada pegangan.Â
Tak terlalu lama, mobil box berhenti tepat di depan KCD. Kang Arya dan teman-temannya berterima kasih kepada supir dan orang yang duduk di sebelahnya.Â
Penduduk desa ini sangat ramah, maa syaa Allah. Walau mereka belum mengenali orang baru, tapi tak ada niatan mereka untuk berbuat buruk sedikit pun. Bahkan mereka dengan sukarela menawarkan bantuan. Barang-barang yang ditinggalkan di KCD pun aman, tidak ada yang hilang. Â Inilah Tanah Timor dengan keramahan penduduknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H