"Kami guru-guru dari pusat, Bapak! ", jawab Kang Arya. Â
" Ho oeh? Kapan datang?"
"Hari Rabu."
"Na, begitu mari masok! Kopi kopi dulu."
Kang Arya dan teman-temannya menerima ajakan tersebut. Mereka memasuki sebuah rumah berlantai semen dengan dinding batu bata yang belum dipelur.Â
"Mari duduk, silakan!", bapak yang diketahui bernama Pak Yakob mempersilakan Kang Arya dan teman-temannya.Â
Sekotak kecil pinang iris, tiga buah pinang utuh yang belum dikupas kulitnya, dua batang buah sirih dan seplastik kecil kapur terhidang di atas meja.Â
"Biasa orang sini kalau ada tamu selalu disajikan sirih pinang. Kita sirpi do! Sirih pinang dulu! "
"Oh, kalau daerah Sunda, ini namanya seupah. Nyeupah. Tapi pakai daun sirih, bukan buah sirih.", jelas Kang Arya.Â
"Beli! Ada sirih pinang ga di daerah Ente?", tanya Kang Arya.Â
"Di Bali ada sirih pinang, namanya nginang atau mecanangan. Cuma pake daun, ga pake buah sirih."