"Ho, bae su! Tidak apa-apa. Bapak-bapak dong muslim ju ko?", Pak Yakob tak menanyai Nia karena Nia berkerudung. Jelas sama dengan Ratih.Â
"Oh, saya muslim dengan Bang Ahmad. Beli Gusti Hindu. Bang Jacky Katolik.", terang Kang Arya.Â
"Ho? Lu katolik? Beta ju katolik.", tanya Pak Yakob kepada Bang Jacky.Â
Bang Jacky terharu. Dia tiba-tiba berdiri memeluk Pak Yakob lalu menangis. Seakan bertemu kembali dengan saudara yang telah lama hilang. Ah, Bang Jacky! Wajah Flores nampak sangar, tapi hati lembut, mudah sekali terharu. Mudah sekali menangis.Â
"Oh, Bapak! Saya kira ga akan ketemu saudara seiman. Saya lihat sepanjang jalan tidak ada Kapela. Saya sedih, takut tidak bisa ibadah lagi hu.. hu.. hu.. ", Bang Jacky masih memeluk erat Pak Yakob.Â
"Ada Kapela di desa ini. Persis di belakang jalan ini. Kita bisa ibadah sama-sama."
"Hu... Trima kasih, Bapak! Hu.. Hu.. Hu.."Â
Nia yang memerhatikan Bang Jacky ikut terharu, tapi masih bisa menahan air mata.Â
"Gimana kita ya Teh Ratih? Ga ketemu masjid sama sekali.", Nia berbisik kepada Ratih.Â
"Iya Teh Nia. Aku kira Kristen dengan Katolik itu sama. Sebegitunya ketemu saudara seiman. Gimana kita ya? ", jawab Ratih berbisik.Â
Bang Jacky melepaskan pelukannya. Ia kembali duduk dengan tenang.Â