**
Di sekolah, Sora mulai sering berkelahi karena sekumpulan anak mulai mengoloknya tentang ibu tiri. Ryu datang memenuhi undangan wali kelas terkait masalah itu.
"Saya akan berusaha menasihatinya, Bu." Kata Ryu akhirnya setelah pembicaraan panjang mereka. "Sora anak yang baik, ia hanya perlu waktu untuk menerima kenyataan. Terima kasih banyak atas bantuan Ibu pada Sora selama ini."
Dalam perjalanan pulang Ryu memikirkan sebuah cara bagaimana mengalihkan Sora dari kemarahan-kemarahannya. Waktu yang terberat bagi Sora adalah pada jam-jam istirahat. Tidak ada guru yang mendampingi sebagaimana ketika pelajaran berlangsung di dalam kelas. Dan anak-anak yang usil sangat tahu bagaimana melukai perasaan bocah lain yang mengalami kegalauan. Meski guru telah memanggil mereka dan memberi nasihat, tidak ada jaminan bagi anak-anak itu untuk tidak mengulangi perbuatan mereka.
"Sora benar, anak-anak itu memang perlu dihajar." Kata Nad yang naik pitam. "Kalau perlu aku akan berkeliaran di sana pada jam-jam istirahan, biar aku yang kasih pelajaran anak-anak bandel itu."
Untuk pertama kalinya setelah tragedi hari itu Ryu tertawa.
"Aku lebih suka kau membawa Sora ke gedung karate bersamamu, ia bisa mengeluarkan seluruh kemarahannya di sana."
"Ide yang bagus." Nad tersadar dan ikut tertawa. "Bagaimana dengan Alia?"
"Alia baik-baik saja. Ia senang pindah sekolah ke TK dekat sini. Berangkat dan pulang sekolah tak mau diantar."
"Kok?"
"Anak-anak tetangga yang kebanyakan anak cowok bersikap seolah merekalah pengawal 'sang puteri', tampaknya Alia tahu bagaimana memanfaatkan mereka." Ryu terkekeh geli.