Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengambil Pelajaran dari Sebuah Cerita Fiksi

16 Juli 2018   19:18 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:49 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perlahan mata Ryu berkaca-kaca. "Aku rindu ibuku, seandainya dia masih hidup..."

"Meski galak, tapi ibumu baik hati. Suka memberiku uang jajan dan nasihat-nasihat. Dahulu aku merasa bosan setiap kali dikhotbahi, tapi sekarang aku lebih sering lagi merindukan omelan-omelan ibumu. Terbukti kata-kata beliau benar semata. Tanpa sadar itu tertanam di kepala dan hatiku, yang kerap menuntunku saat aku begitu gamang dalam kehidupan ini. Kau tahu kan, Ryu. Ibuku terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, ia memang tak pernah marah padaku, namun sikap diamnya yang keterlaluan membuatku tak tahan. Seringkali aku menginginkan ibuku seperti ibumu."

"Setelah kupikir-pikir," Ryu seperti baru tersadar akan sesuatu. "Hari ini kau malah lebih mirip ibuku, tegas dan galak. Aku saja yang anak kandungnya tidak menuruni sifatnya."

"Kata ibumu, kau lebih mirip ayahmu. Tenang dan lemah lembut."

"Benarkah?" Ryu membulatkan matanya yang menawan. "Kurasa Ibu pernah mengejek ayahku karena hal itu. Bahasa anak sekarang, kata Ibu, Ayah itu lebay."

"Tapi ibumu mencintai ayahmu hingga akhir hayatnya."

Ryu mengiyakan kata-kata Nad. Ia tahu kenapa ibunya tetap mencintai ayahnya, karena laki-laki itu tak ikut campur dalam urusan uang dan bagaimana pengelolaannya. Ayah Ryu hanya merasa perlu bekerja, dan hasilnya ia serahkan pada isterinya. Ibunya adalah perempuan rumah tangga sejati, tidak pernah menghasilkan uang sendiri, hanya fokus pada kegiatan masak, manak, dan macak. Sementara Ryu, ia harus pontang-panting bekerja namun selalu dihadiahi gerutuan. Jika diingat-ingat, setelah satu tahun pernikahan ia telah mampu melihat wajah asli Alan yang menyebalkan. Kala itu ayah Ryu membeli sebuah mobil setelah lama menabung. Alan yang tidak puas dengan motor bututnya berharap jika mobil itu menjadi hadiah bagi perkawinan mereka. Sejak hari itu Ryu mencemaskan satu hal, bahwa cinta mereka tidak bisa bertahan selamanya.

Itulah yang terjadi setelah tujuh tahun pernikahan ini, Ryu membatin pilu.

**

Meski sudah tak mencintai Alan lagi, Ryu menangis ketika suaminya menikahi perempuan lain. Ia tidak sedang mengasihani diri. Ryu hanya mencemaskan Sora dan Alia, bagaimana kelak menjelaskan pada mereka. Sekarang Alan dan Ryu bisa mengabaikan masalah poligami tersebut.

"Tapi tidak mungkin selamanya, bukan? Semakin ke belakang kau perlu membagi waktumu antara Sora-Alia dan isterimu. Sudah kukatakan tak bisakah kau memberi waktu hingga anak-anak lebih besar sedikit?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun