"Tidak juga. Kami masih ogah saling bicara. Ia selalu menyalahkanku atas kegagalan-kegagalannya, dan aku sudah berhenti mencintainya. Menurutmu apa yang bisa diharapkan dari hubungan yang menyedihkan seperti ini? Tidak ada. Kami berdua hanya bertahan demi anak-anak. Selain itu sudah tak ada apa-apa lagi. Aku akan belajar tidak mempedulikan semua hal terkait Alan. Seperti yang kau katakan bahwa aku hanya perlu memfokuskan diri pada masa depan Sora dan Alia."
"Oh, sahabatku yang malang." Nad merengkuh bahu Ryu secara dramatis.
"Apaan sih?" Ryu tertawa. "I'm fine and happy now, karena itu jangan pernah menatapku dengan pandangan seperti itu lagi yaa. Aku akan bertahan, Nad. Menciptakan kebahagiaanku sendiri bersama Sora dan Alia."
Nad tersenyum, melirik Ryu dengan perasaan bangga.
"Kau tahu, sejak dahulu aku selalu mengagumimu." Puji Nad. "Kau selalu bisa mengambil sikap yang tepat. Meski perkawinanmu kini bermasalah, namun kau juga pernah sangat berbahagia bersama Alan. Karena itu, kini kau semakin terlihat arif dan manusiawi. Pengalamanmu tentang hidup lebih komplit dariku. Dirimu sebagai perempuan, isteri, ibu, dan partner bagi pegawai-pegawaimu. Sedangkan aku, cukup hanya bisa diingat sebagai 'Nad si tomboy yang malang' dan lebih memilih karir karena laki-laki hanya ingin uangnya."
Ryu memandang ke depan, dan berpikir jika semua orang harus hidup dengan konsekuensi dari pilihan masing-masing. Pelan-pelan ia menggenggam tangan Nad seraya berkata, "Apapun jalan hidup yang telah kita pilih, mari lakukan yang terbaik. Suka, duka, dan penderitaan, adalah milik kehidupan ini. Manusia tak bisa berbuat apa-apa pada bagian ini selain menerimanya."
"Kau benar." Jawab Nad dengan perasaan sentimentil. "Sekalipun kelak aku harus tinggal dan dirawat di rumah jumpo, setidaknya aku harus lebih berbahagia selagi muda meski tanpa pasangan kekasih. Lagi pula aku tak membutuhkan itu."
"Tenang saja," Ryu menggodanya supaya mencairkan awan kesedihan di atas kepala mereka. "Kau bisa tinggal bersamaku. Mungkin suatu hari, jika Sora dan Alia telah menikah, aku akan kembali ke rumah ibuku dan menghabiskan sisa hidupku di sana."
"Sepertinya menyenangkan," Nad tergelak menyadari siasat temannya. "Aku selalu suka dengan kebun ibumu yang penuh bunga-bunga menawan..."
"Maksudmu, kau bukan suka pada orangnya kan?" Ryu memotong dan ikut terkekeh.
"Ibumu galak," kata Nad. "Aku masih ingat dia menghukum kita di kamarmu seharian setelah menelepon ibuku karena kebandelan-kebandelan kita berdua di sekolah."