Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengambil Pelajaran dari Sebuah Cerita Fiksi

16 Juli 2018   19:18 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:49 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nad tak mengerti.

"Tapi anak-anak boleh membawa handphone, saya lihat beberapa anak memegang hp yang cukup mahal kalau tidak bisa dikatakan mewah, saya kira ipad..."

"Karena semua anak hampir memiliki handphone saya kira tak masalah buat anak yang lain," guru wali memotong ucapan Nad.  "Tapi ipad keluaran terbaru seperti yang dimiliki Sora ini bisa memicu anak-anak lain juga menginginkannya meski dengan cara yang tidak benar, seperti yang terjadi kemarin."

"Katakanlah saya bersalah karena memberikan benda itu pada keponakan saya," Nad tak menyerah. "Tapi bagaimana dengan sekolah yang membiarkan Sora diserang hingga berdarah, kekerasan secara psikis sudah kerap ia alami hanya karena orang tuanya berpisah, sekarang ditambah kekerasan fisik. Apakah sekolah benar-benar tidak mampu lagi melindungi anak malang ini? Ini penting untuk kami ketahui bahwa para guru mampu bersikap arif dan tidak menyalahkan anak yang benar-benar menjadi korban dalam masalah ini. Ibu wali kelas, apakah ini penyangkalan atau pembenaran? Jika begini terus bagaimana kami tenang menyerahkan pendidikan anak kami pada sekolah ini.."

"Ibu-ibu, mohon untuk tetap tenang." Kepala sekolah menyela.

Nad menoleh, mencari kejujuran dalam ekspresi laki-laki itu. Secara subyektif bisa saja ia membela anak buahnya demi status quo lembaga yang ia pimpin, sementara dirinya hanyalah orang luar yang bahkan orang tua pun dalam banyak kebijakan sekolah sama sekali tidak dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan yang melibatkan anak-anak mereka. Di dalam banyak kebijakan sekolah, anak murid dan orang tua mereka hanyalah obyek, kaum kawula, sementara pengelola sekolah adalah raja.

"Saya harap kita semua bisa berdiskusi dengan kepala jernih supaya bisa menemukan solusi yang baik dalam masalah Sora supaya kelak tidak menimpa anak-anak lainnya. Kita juga perlu mendengarkan alasan kenapa orang tua Sora membolehkan anaknya membawa ipad, yang ternyata akibat ketidak mampuan kita dalam melindungi anak didik kita tersebut. Kita perlu menghargai niat baik keluarga Sora, bahwa yang menjadi substansi bukanlah ipad itu, tapi kenapa sampai terjadi kekerasan terhadap Sora? Apa yang salah dengan sebuah benda ketika ia bisa membantu seorang anak mengalihkan amarahnya? Dan kenapa anak itu menjadi marah? Oh ternyata karena mendapat perlakuan yang tidak adil dari anak-anak lain yang suka mengganggu. Dan kenapa anak-anak lain yang juga murid di sekolah ini suka mengganggu dan berperilaku tidak terpuji? Lalu apa gunanya kita mengajarkan mata pelajaran yang mengedepankan moral yang baik jika anak didik kita sama sekali tidak meresapinya?"

"Yang ingin saya katakan adalah, bahwa ada masalah besar di balik peristiwa yang menimpa Sora." Kata kepala sekolah yang kemudian meminta maaf pada Nad seraya menjelaskan bahwa dirinya baru dua minggu bertugas di sekolah Sora. Ia meminta semua orang membantunya, "Saya senang karena Bu Nadya peduli dengan pendidikan keponakan Ibu, zaman sekarang susah menemukan orang tua yang mau bercapek-capek memikirkan masalah anaknya lalu menyerahkan seratus persen pada sekolah. Tentu menjadi tugas sekolah dalam mendidik para murid, namun menyerahkan sepenuhnya pada sekolah juga bukan tindakan bijak. Saya tahu bahwa beban anak terkait pelajaran yang semakin berat juga menjadi masalah, belum lagi masalah guru yang tidak siap dan hanya menjadi tenaga pengajar karena tergiur kehidupan yang terjamin sebagai pegawai negeri, pun masalah di rumah. Tiga faktor ini saling pengaruh mempengaruhi, bisa menjadi baik maupun bumerang dalam pembentukan karakter anak. Karena itu dibutuhkan kerja sama yang baik dengan kesadaran bahwa kita sedang mendukung generasi penerus bangsa ini menemukan potensi mereka yang terbaik."

Berawal dari pertemuan tersebut kepala sekolah mengusulkan program, rehabilitasi psikologi untuk anak-anak bermasalah dan terapi bagi anak korban kekerasan seperti Sora. Laki-laki itu akan ikut bagian dalam jadwal kegiatan bersama anak-anak bermasalah, sementara guru konseling yang kemudian memiliki visi sejalan dengan Nad akan melakukan field trip khusus dengan harapan bisa menyembuhkan trauma gadis kecil tersebut. Kelak ketika kedua kelompok telah selesai dengan program mereka, maka anak-anak dari kedua belah pihak akan bertemu yang akan mendorang mereka saling memaafkan. Nad mulai mengerti kemana arah yang ingin dituju kepala sekolah, bahwa semua anak berhak diberi kesempatan kedua. Sejatinya semua anak memiliki potensi baik, namun lingkungan keluarga dan masyarakatlah yang kerap memberi contoh di luar keteladanan sehingga mereka berperilaku seperti model di depan mereka. Karena hanya wawasan itulah yang mereka tahu lalu memberi pengaruh yang paling dominan dalam otak dan pikiran mereka.

Adakalanya Nad diundang oleh kepala sekolah, mengetahui bagaimana laki-laki itu terlibat dalam pelepasan energi buruk siswa-siswanya melalu olah raga lari keliling sekolah. Sambil ikut berlari kepala sekolah mengajarkan sebuah lagu yang dinyanyikan dengan serius namun mengharukan Nad. Ada bait-bait yang terus menyertai perempuan itu sehingga Nad mulai ikut bersemangat dan mendendangkannya sambil menyetir dalam perjalanan pulang.

Berjiwa ksatria, melindungi yang lemah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun