Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengambil Pelajaran dari Sebuah Cerita Fiksi

16 Juli 2018   19:18 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:49 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu keduanya saling menatap lucu, dan terdengarlah tawa mereka.

Hidup sungguh aneh, sebentar menangis, sebentar tertawa, pikir Ryu. Dan sebuah fakta membenarkan hipotesa tersebut manakala beberapa hari kemudian Sora pulang dengan hidung berdarah dan mata penuh air mata. Gadis kecil itu menjelaskan tentang anak-anak nakal di sekolah yang merampas ipad miliknya sehingga tak sengaja menjatuhkan benda tersebut ketika kedua belah pihak saling tarik menarik.

"Mereka begitu jahat karena telah mengolok Ibu dan tante Nad sebagai pasangan lesbi," Sora menangis kian keras. "Mereka juga bilang bahwa Ayah meninggalkan Ibu karena Ayah tak mau hidup serumah dengan perempuan seperti Ibu."

Ryu menyeka air mata di pipi Sora, menenangkan puterinya dengan kata-kata menguatkan.

"Di dunia ini memang ada jenis orang seperti temanmu itu, karena mereka tidak bahagia. Mereka marah pada diri mereka sendiri lalu melampiaskannya pada orang lain. Puteri Ibu yang cantik harus mengambil hikmah dari peristiwa ini, agar tahu bahwa perilaku seperti itu sangat tidak baik dan tidak boleh ditiru. Kau sudah benar karena melawan dan melaporkannya pada guru."

Sora menangis lagi. "Tapi guru juga memarahiku karena membawa ipad ke sekolah."

Ketika Nad mengetahui hal ini maka perempuan itu pergi ke sekolah menemui Pak kepala, yang kemudian memanggil guru konseling dan wali kelas Sora. Nad mempertanyakan kebijakan sekolah terkait perlindungan mereka terhadap anak-anak yang kerap menjadi korban bullying.

"Kami sudah berusaha menjaga anak-anak semaksimal mungkin," kata guru wali. "Tapi orang tua murid juga harus membantu, salah satunya dengan tidak membawakan anak benda-benda mewah supaya tidak membuat anak lain iri. Maaf, Ibu siapanya Sora, ya?"

"Saya kakak angkat ibunya Sora, sejak kecil diasuh neneknya Sora." Kata Nad mendahulukan jawaban sebelum menanggapi pernyataan wali kelas.

"Maaf Bapak, Ibu," lanjut Nad. "Ipad itu hanya untuk mengalihkan Sora pada waktu istirahat supaya tidak terfokus pada rasa marah akibat gangguan anak-anak nakal, kami juga telah mengingatkan Sora agar tidak menyentuh benda itu ketika pelajaran berlangsung. Apakah Sora menggunakannya di kelas?"

Wali kelas mendehem dan menggeleng seraya membetulkan letak kaca mata yang sudah berada dalam posisi benar. "Tidak, hanya saja ini kebijakan di dalam kelas saya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun