Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengambil Pelajaran dari Sebuah Cerita Fiksi

16 Juli 2018   19:18 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:49 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untuk sementara Ryu masih bisa mengatasi masalah ini. Setiap hari Sora menelepon ayahnya dan laki-laki itu akan menjawab bahwa ia sedang sibuk karena itu belum bisa menjenguknya. Alia lebih mudah dialihkan pada hal-hal lain, misalnya bermain bersama anak-anak tetangga yang sudah lama ia kenal dalam kunjungan-kunjungannya terdahulu. Di samping kehadiran Nad yang sangat berarti, mengajak dua bocah itu pergi jalan-jalan di hari libur sekolah ketika Ryu nyaris tak bisa bernapas karena pekerjaan menjahit.

Lalu suatu hari dalam acara jalan-jalan mereka bersama Nad, perempuan itu ingin memberi hadiah lalu memutar mobilnya ke arah mall setelah acara berenang yang menyenangkan. Dua bocah begitu senang sambil memeluk boneka baru yang mereka pilih sendiri. Sambil menunggu makanan yang dipesan, mereka bertiga duduk melingkari satu meja. Saat itulah Sora menangkap kelebatan Alan yang tengah memeluk pinggang seorang perempuan, melintas tak jauh darinya. Sora yang tak mengerti secara refleks berlari ke arah si ayah. Dan kata-kata yang meluncur dari bocah perempuan enam tahun itu sungguh tak terduga.

"Kenapa Ayah bersama seseorang selain Ibu? Ayah jahat!"

Nad segera menggendong Sora yang menangis dibuntuti Alia yang kebingungan namun tak pernah melepaskan tangannya dari genggaman Nad. Nad tak mengatakan apapun namun Alan tahu jika sorot mata perempuan itu tak bisa ia lawan.

"Ternyata isteri baru Alan itu si Nini, ya. Mantan pacarnya waktu SMA." Kata Nad kepada Ryu setelah sahabatnya berhasil menidurkan Sora dan Alia.

Ryu berjalan ke teras, memandangi langit malam yang gulita. Namun ia tak membiarkan gelap meracuni perasaannya lagi.

"Aku tak peduli apa yang dilakukannya kini, Nad. Mungkin pertemuan kalian di mall adalah cara Tuhan membantuku menjelaskan realitas ini pada anak-anak. Kulihat Sora menjadi lebih diam, namun aku percaya waktu akan membantunya menyembuhkan luka."

Sejak pindah ke rumah ibunya, Ryu memilih kamar yang paling besar dan lapang sehingga mereka bertiga bisa tidur bersama atau berempat ketika Nad menginap. Tengah malam itu Sora terjaga karena mimpi buruk. Ryu bangun dan memeluknya segera. Sambil menangis bocah itu membuat permohonan, "Ibu tidak boleh meniru Ayah, ya. Selamanya Ibu harus tinggal bersamaku dan Adik."

Ryu mengangguk tegas, bahwa hidupnya kini hanyalah untuk membahagiakan Sora dan Alia.

"Kau anak Ibu yang hebat, jangan sedih, Nak. Kau dan adikmu adalah segalanya bagi Ibu. Ibu bersumpah tak akan pernah melanggar janji Ibu padamu. Percayalah pada Ibu, ya."

Sora memeluk Ryu sehingga bocah itu kembali terlelap. Pelan-pelan ia beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu' lalu menegakkan shalat tahajud. Dengan cara seperti itu jiwanya terasa damai dan ia siap menyambut hari baru dengan hati yang lebih kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun