Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengambil Pelajaran dari Sebuah Cerita Fiksi

16 Juli 2018   19:18 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:49 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alan menggeleng tak percaya. Ketus ia berkata, "Bertahan sampai berapa tahun? Salah siapa kau tak mau melayaniku lagi? Bagi laki-laki hal ini sangat berat. Toh aku juga tak kan mau berzina sekalipun aku bisa melakukannya. Sebagai isteri kau sudah cacat, jadi diamlah. Masalah Sora dan Alia biar aku yang mengurusnya."

"Bagaimana kau menjelaskan pada bocah-bocah tak berdosa itu? Bahwa ibu mereka tak ada gunanya lagi sebagai perempuan dan karena itu kau perlu menikahi perempuan lain sebagai pemuas birahimu? Begitukah? Kau manusia atau hewan?"

Sebuah tamparan mendarat di pipi Ryu. Sebelumnya Alan hanya menyakiti dirinya secara psikis, dimana demi alasan anak-anak maka ia menahan semua itu. Namun kini laki-laki itu menambah rasa sakit di hati dengan pukulan fisik.

"Cukup, Alan." Kata Ryu dingin. "Jika berkomunikasi saja kau sudah tak mampu dengan cara baik-baik, silahkan lakukan apa saja keinginanmu."

Ryu pergi menuju lemari pakaiannya. Memasukkan semua miliknya ke dalam dua tas besar. Sementara itu ia menelepon Nad dan meminta sahabatnya menjemput.

"Aku akan pulang ke rumah ibuku, Nad. Kau pasti tak percaya, tapi Alan baru saja memukulku. Aku tak akan biarkan ini, Nad."

Saat itulah Alan menerobos masuk.

"Bagus, kau boleh pergi. Tapi jangan pernah bawa-bawa Sora dan Alia bersamamu!"

Ryu mengabaikan Alan seolah laki-laki itu hanya seonggok kotoran kambing atau radio rusak. Ia telah memiliki rencana-rencananya sendiri. Namun sikap Ryu membuat Alan tersinggung luar biasa. Ia menjadi kalap dan mendorong Ryu ke ranjang. Melihat paha Ryu tersingkap hasratnya tumbuh. Ia berusaha menyetubuhi Ryu secara paksa namun Ryu tak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia melawan dan terus melawan. Lalu seseorang datang dan memukul kepala Alan dengan tasnya yang berat. Dialah Nad yang teramat sangat murka. Berkali-kali ia melancarkan pukulan itu sehingga Alan merasa lemas dan mengaduh-aduh supaya Nad berhenti.

"Jika kau berani menyakiti sahabatku lagi maka aku tak kan segan menyeretmu ke penjara," Nad mengancam. "Aku akan menyimpan hasil visum Ryu yang kelak akan kugunakan jika kau menahan Sora dan Alia. Ingat itu baik-baik, keparat!"

Nad membereskan barang-barang Ryu dan anak-anak lalu membawanya ke dalam mobil. Ia terus bergerak dengan perasaan terluka, baginya Ryu seperti darah dan dagingnya sendiri. Mereka telah bersahabat sejak SMP, dan sebagai sesama anak tunggal mereka memiliki perasaan yang sama terhadap kerinduan memiliki seorang saudara. Waktu telah menguji mereka, sebagai sahabat yang merasa telah menemukan saudaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun