Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Al Qamah

3 September 2024   04:45 Diperbarui: 3 September 2024   11:32 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau begitu, sampaikan padanya, apakah aku diizinkan menemuinya?" tanya perempuan itu.

"Hanya dengan rahmat dan berkah-Nya engkau bisa selamat. Maka, jangan kau lupakan Dia yang telah membawamu kemari dengan selamat," kata lelaki itu.

"Terima kasih wahai sahabat lelaki pembawa cahaya, tetapi maaf, aku tak sedang ingin mendengar ceramahmu. Yang aku inginkan hanya menemuinya, bukan untuk mendapatkan ceramahmu, wahai sahabat kekasih Tuhan," seru perempuan itu.

"Ya Tuhan, sama sekali aku tak punya maksud menceramahimu. Semata-mata agar engkau tak lupa."

"Keadaan sudah genting. Aku butuh kepastian!" sangkalnya.

Mendengar perdebatan kecil itu, lelaki berwajah cahaya itu bergegas menghampiri sahabat terkasihnya. Diraihnya pundak lelaki bertubuh tegap itu. Dari mulutnya yang selalu basah oleh doa-doa meluncurlah kata-kata yang indah, "Saudaraku, Allah lebih tahu apa yang tersembunyi di balik hati setiap insan. Lisan mungkin saja salah ucap. Tetapi, apakah kiranya kesalahan ucap itu mengganggumu, sedang Tuhan sendiri tak pernah merasa terganggu oleh kesalahan-kesalahan yang bahkan itu teramat besar?"

Sejenak terjeda oleh hembusan angin. Lelaki berkulit hitam itu kemudian tersadar. Ia merasa bersalah. "Maafkan saya, wahai kekasih Tuhan. Sikapku lancang, sungguh tak pantas," ucapnya.

Lelaki dengan paras sempurna itu menepuk pundak sahabatnya. Lalu berkata, "Bukakan pintu untuknya."
Lelaki bertubuh gelap itu pun tak dapat lagi menolak. Pintu ia buka. Lelaki dengan ucapan-ucapan yang menyejukkan itu menyambut perempuan itu dengan senyuman yang ramah. Mempersilakan perempuan itu masuk. Kemudian, kembali ke tempat ia duduk semula.

Dari dalam seorang perempuan cantik menyambut tamu itu dengan segelas air putih. Lalu, mengambil duduk di sampingnya.

"Minumlah, semoga dengan rahmat-Nya, seteguk air yang membasahi tenggorokan ini akan memberimu ketenangan, sebagaimana Ia menurunkan air dari langit sebagai hujan yang menyejukkan kala udara tengah gerah," ucap nyonya rumah yang lembut itu.

"Terima kasih, ya Tuhan, Engkau telah mengirimkan bidadari cantik ini dengan segelas air-Mu yang suci ini," sahut perempuan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun