Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Al Qamah

3 September 2024   04:45 Diperbarui: 3 September 2024   11:32 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengapa tak kau undang mereka kemari? Karena bisa jadi mereka lebih tahu penyakit apa yang dideritanya."
Sang istri itu menunduk. Merasa bersalah.
"Maaf, jika perkataanku menyakitimu. Tetapi, sebaik-baiknya engkau melayani suamimu, jangan sampai engkau memutuskan tali persaudaraan di antara suamimu dengan keluarganya."

"Maafkan saya, ya kekasih Tuhan. Aku tak bermaksud demikian. Ini semua lantaran aku merasa sangat mencintainya. Begitu pula suamiku, ia sangat mencintaiku. Karenanya, ia tak mau membuat repot keluarganya."

"Sekarang, katakan, siapa keluarganya?"

"Satu-satunya keluarga suami saya yang masih ada hanyalah ibunya."

"Ibunya?"

"Iya, ibunya."

"Kenapa tak kau undang ibunya kemari?"

"Maaf, ya Rasul, ibunya sudah renta. Tak mungkin aku mengundangnya kemari. Apalagi rumahnya sangat jauh."

"Kalau begitu, kau tinggal saja di rumah. Rawat baik-baik suamimu. Biarkan aku dan Bilal yang ke sana. Akan aku ajak bicara baik-baik ibunya.""

Terima kasih, ya putra Ibu Aminah, kemuliaan hanya padamu, ya Rasul. Sungguh, tiada bisa aku membalas kebaikanmu."

Setelah lelaki pembuka pintu surga itu berlalu dari hadapannya, kembali terpikir olehnya tentang mimpi itu. Dan benar saja, di rak hiasan yang ditaruh di ruang tamu itu, ia dapati sebuah kotak terbungkus kain putih. Diraihnya bungkusan itu. Dibukanya dan diambilnya isi kotak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun