Tiba-tiba Reza menegakkan tubuhnya! Dia tahu! Ya! Akhirnya dia tahu! Tubuhnya langsung melemas. Kelopak matanya memanas. Dia merutuki dirinya sendiri.
* * *
“Bagaimana tadi kerjaannya di kantor, Sayang?” tanya Wina sambil mengenakan piyamanya. Wina berbeda dengan Reza yang lebih suka memakai celana pendek saja ketika tidur. Gerah kata suaminya itu.
“Baik-baik saja seperti biasanya. Aku kan pimpinan dan arsitek yang handal.” Reza terkekeh. Wina tersenyum sambil menghampiri tempat tidur mereka. Duduk di dekat Reza yang telah berbaring duluan.
“Wajahmu kelihatan lelah,” kata Wina sambil mengusap-usap bahu suaminya itu.
“Hanya sedikit capek,” senyum Reza. “Oh ya, aku punya sesuatu buat kamu.”
“Haah? Sesuatu? Apa itu, Sayang?”
Reza bangkit dari tempat tidurnya, “Ada deh. Kamu tunggu di sini sebentar ya.”
Dia segera memakai kaosnya putihnya dan bergegas keluar kamar.
Wina menunggu dengan pikiran bertanya-tanya. Semakin lama menunggu, dia semakin deg-degan. Sudah 10 menit tapi suaminya belum juga kembali ke kamar.
Kemudian terdengar suara ketukan di pintu yang sedikit terbuka.