“Sayang, kamu kenapa? Lagi sakit? Kok lemas banget?”
“Eh, nggak kok. Hanya sedikit pusing saja.”
Wanita itu meletakkan punggung tangan kirinya ke dahi suaminya itu.
“Nggak panas.”
“Aku cuma sedikit pusing. Maklum pekerjaan suamimu ini kan banyak menguras pikiran dan tenaga.” Reza tersenyum tipis.
Wanita itu tersenyum. Dia menasihati Reza untuk banyak beristirahat, tidak lupa makan, dan segala macam yang lain. Mereka pun lanjut mengobrol sambil Reza melahap masakan buatan istrinya. Tak lupa juga dia memuji masakan yang selalu disambut istrinya dengan kalimat, “Ah…kamu ini berlebihan.”.
Reza berusaha sekuat tenaga menjaga sikapnya seperti biasa saat ini.
Wajah wanita itu tampak sumringah ketika Reza sudah menghabiskan makanannya. Dia pun segera mengemaskan kotak makanan beserta sendok dan garpunya, lalu memasukkannya ke kantong plastik putih. Reza selalu bersyukur memiliki pendamping seperti istrinya ini. Tapi kali ini rasa syukurnya bercampur dengan kegelisahan yang tak menentu dari tadi.
Setelah mengobrol sebentar, wanita itu pamit pulang kepada Reza.
“Ya, udah. Aku pulang dulu ya. Aku nggak mau mengganggu pekerjaan suamiku lebih lama lagi.” Wanita itu tersenyum manis sambil mengait tas tangannya dan membawa kantong plastik putih di tangan kirinya. “Yang penting ingat pesanku tadi.”
Reza langsung tergamang begitu istrinya keluar dari ruangannya.