Reza menangis terisak-isak sambil menunduk menatap lantai. Dia terus meluapkan permintaan maafnya.
“Sayang…” ucap Wina lembut.
Reza masih menunduk. Wina memegang dagu Reza dan mengangkat wajah suaminya itu dengan pelan. Wina dapat melihat mata yang sembab dari pria gagah di depannya ini.
“Rasa sakit itu sudah hilang sejak kamu membawa ini semua…” Wina mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
“Lagu ini…”
“Mawar ini…” Wina memegang buket mawar merah yang tergeletak di samping kirinya.
“Tiramisu cake favoritku…” Dia tersenyum dengan mata sembab sambil mengangkat tiramisu cake di samping kanannya. Kemudian meletakkannya lagi.
Wina turun dari tempat tidurnya. Ikut berlutut di depan Reza. Kedua lututnya bersentuhan dengan lutut suaminya itu.
“Dan ini…” Wina meletakkan telapak tangannya di dada Reza. “Kamu telah membawa maaf yang tulus dari hatimu, Sayang.”
Air mata Reza semakin banyak mengaliri pipinya. Dia semakin terisak.
“Aku memang suami yang buruk. Lidahku memang pantas untuk dipo…”