Mohon tunggu...
Razan Tata
Razan Tata Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Hanya seorang pria yang suka menulis banyak hal :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ramuan Ungu

19 Maret 2016   11:36 Diperbarui: 19 Maret 2016   12:42 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Reza terkesiap ketika Wina langsung mencium bibirnya. Sebuah kecupan yang merasuk hangat ke dalam jiwa.

          “Aku nggak mau dengar apa-apa lagi. Aku sangat mencintaimu dan aku sudah memaafkan semuanya.”

          Reza terdiam cukup lama menatap mata hangat istrinya. Kemudian dia memeluk wanita yang sangat dicintainya itu. Wina pun balas memeluknya. Pelukan mereka sangat erat seakan-akan lem yang tidak bisa dipisahkan lagi. Rasa cinta antara mereka kembali tumbuh dengan lebih lebat. Lebih dahsyat dari sebelum-sebelumnya. Sudah tidak ada lagi hama-hama negatif di antara mereka berdua.

          “Terima kasih, Sayang, karena sudah setia mendampingiku walaupun aku telah melukai hatimu. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Dan aku akan selalu berusaha menjadi pria yang terbaik bagi kamu dan juga bagi Dafa. Kamu bisa pegang kata-kataku. Aku janji.” Wina tersenyum bahagia. Dia menjawab kata-kata Reza barusan dengan pelukan yang lebih erat lagi.

          Mereka pun bangkit berdiri. Mereka meletakkan bunga mawar dan tiramisu cake ke meja di sebelah tempat tidur. Reza dan Wina pun segera naik ke atas ranjang sambil saling berpandangan mesra. Dan kemudian pasangan sejoli ini pun larut dalam irama cinta sepasang kekasih.

          Sebuah penutup malam yang indah sambil ditemani bunyi derit ranjang dan buaian lagu yang masih mengalun anggun.

                                                                       * * *

          Ruangan dengan dominasi warna putih itu tampak lebih menyenangkan dilihat dari biasanya. Mmm…bukan hanya ruangannya ini saja, tapi juga apa pun yang dilihat Reza hari ini terlihat lebih menyenangkan. Contohnya juga selama perjalanan ke kantornya tadi dia tidak ngedumel di dalam mobil, padahal biasanya dia akan mengomel sendiri melihat jalanan Kota Jakarta yang macetnya gila-gilaan. Sesampainya di kantor, dia pun tidak terburu-buru berjalan menuju ke ruangannya seperti biasa. Dia berjalan perlahan menikmati setiap langkahnya sambil menanggapi senyum dan sapa karyawannya dengan wajah berseri-seri.

          Sebagai manusia, Reza tidak luput dari kesalahan, dia juga sering meminta maaf untuk kesalahannya itu. Tapi dia tidak pernah merasakan kelegaan seperti ini ketika dimaafkan seseorang. Mungkin inilah yang dirasakan jika permintaan maaf yang dimintai dengan sungguh-sungguh bertemu dengan pemberian maaf yang tulus dari orang sangat kita cintai.

          Reza sedang menata meja kerjanyanya dengan hati yang lapang. Dia meletakkan buku, bolpoin, map-map berwarna-warni, draft proyek, dan lain-lain dengan rapi. Semua peralatan kerjanya pun terlihat lebih menyenangkan hari ini.

          Ketika dia menarik laci ingin mengambil penggaris dan pensil gambarnya, dia melihat botol kecil tergeletak di dalamnya. Reza tersenyum melihat ramuan yang sudah “membantu” kehidupan rumah tangganya itu. Dia mengucapkan terima kasih berkali-kali dalam hati untuk ramuan itu dan nenek misterius yang memberinya. Reza jadi ingin pergi ke taman kota nanti sore, siapa tahu dia akan bertemu dengan nenek itu lagi dan bisa mengucapkan terima kasih langsung kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun