Reza melihat jam tangannya. Sudah jam 9 pagi. Ini sudah lewat dari satu jam. Dia menitikkan dua tetes ramuan ajaibnya lagi ke dalam air mineralnya. Setelah meminumnya dan menunggu selama satu menit. Reza berdiri dari kursinya. Kali ini dia ingin bereksperimen. Dia ingin berjalan-jalan di kantor.
* * *
Sepertinya semua orang mencintainya. Ada rasa sejuk dan haru yang hinggap di dada pria berumur 38 tahun ini. Reza masih menjelajahi kantornya yang berdesain modern dan futuristik itu. Beberapa orang hanya berjalan melewatinya sedari tadi. Padahal mereka biasa menyapanya sambil tersenyum hormat.
“Pagi, Pak Reza!” Reza terperanjat. Dia berusaha membalas senyum dan sapa pria bertubuh gempal itu. Dia pun menoleh ke belakang dan menatap punggung pria itu yang semakin menjauhinya. Bibirnya langsung tersenyum sinis. Dia pun segera mencatat nama pria itu di ponselnya, “Rudi Darmanto”.
Sudah satu orang. Adakah lagi?
* * *
BUK!
Reza menghempaskan tubuh ke sofa empuk di ruangannya. Rasa lelah menjalari tubuhnya setelah berjalan kesana-kemari menyusuri kantornya yang bertingkat tiga itu.
Ternyata selama berkeliling tadi, ada 10 orang yang masuk ke dalam catatan di ponselnya. Dan diantara semua nama tersebut, terdapat 7 nama yang tidak ia duga bisa melihatnya tadi. Terutama nama “Hadi Prasetya”. Dia adalah orang yang dipecat dari perusahaan jasa konsultan arsitektur saingannya beberapa bulan yang lalu. Karena talentanya yang mumpuni, Reza merekrutnya untuk bekerja di tempatnya dan langsung dia posisikan sebagai kepala divisi tim ahli. Dan selama bekerja dengannya, Hadi menunjukkan kinerja yang impresif dan tidak ada tanda-tanda Hadi membenci dirinya.
Reza menarik napasnya dalam-dalam. Dia berharap Hadi hanya sekedar tidak menyukainya. Tidak sampai taraf membencinya. Mungkin saja selama kepemimpinannya di perusahaannya ini pernah melakukan sesuatu yang membuat Hadi tersinggung. Nanti dia akan coba berbicara dengan salah satu karyawan terbaiknya itu. Dia harus mengklarifikasi semuanya. Agar selain memastikan perusahaannya tidak berisi orang yang berpotensi merusaknya dari dalam, dia juga tidak ingin memiliki musuh di kehidupan pribadinya.
Sudah jam 10. Reza lelah dan mengantuk. Sekarang ia berbaring di sofa. Menghadap jendela kaca yang super besar di belakang kursi kerjanya. Dia meluruskan tulang punggung dan kakinya senyaman mungkin. Dan tidak lupa tadi dia meminum dulu ramuan ajaibnya dengan kadar 2 tetes lagi. Sebelum akhirnya ia merebahkan diri di sofa biru kesayangannya itu.