"Kalo hubungan kita sampai sini aja gapapa Sya?"
Tak terasa air mata ku membasahi pipiku, aku sedih tapi apa boleh buat. Semua yang Reandra katakan itu benar adanya.
"Gapapa Rean, kita harus bisa fokus demi ngejar cita-cita kita," jawabku dengan suara parau
"aku ga janji sama kamu, tapi aku janji sama diriku sendiri. Setelah ini gaakan ada pengganti, kita harus ketemu lagi ya, pas udah sama-sama di versi terbaik. Aku sayang sama kamu Sya," jawab Rean dengan mata yang berkaca kaca.
"Iya rean, kita ketemu di versi terbaik ya. Pas kita udah sama sama siap buat jalanin semuanya. Aku sayang kamu juga Rean"
Aku dan Rean tetap berteman, bahkan orang tua kami juga saling kenal karna ternyata keluarga Rean pindah ke komplek perumahanku. Â Rean masih sering menjemput dan mengantarkan aku sepulang sekolah. Tapi kami tak lagi punya hubungan, kami sama-sama fokus mengejar apa yang kami cita-citakan. Ternyata yang Rean katakan benar, setelah kami putus dan mengurangi kedekatan nilai kami sama-sama naik, dan masuk lagi ke 10 besar.
 1 tahun pun berlalu aku sudah tamat dari SMA dan melanjutkan pendidikan ke universitas ternama yang ada di Bandung, ini adalah kampus impianku. Sedangkan Rean di Jakarta, melanjutkan pendidikan di kampus impiannya Di awal.tahun perkuliahan aku dan Rean masih dekat, kami masih chatingan  masih telfonan sampai akhirnya kami lost contact di tahun ke 2 perkuliahan. Aku hanya mengetahui kabarnya lewat story instagram dan juga whatsapp. Bagaimanapun aku harus terima konsekuensinya kan? Dan inilah konsekuensi jikalau sudah berpisah jauh. Tapi tak apa, aku tak akan pernah lelah mengejar cita-citaku.
Â
(7 tahun kemudian)
Alhamdulillah sekarang aku sudah sukses menjadi wanita karier, dan sekarang aku bekerja di Kementerian Agama yang ada di provinsiku. Aku bekerja sebagai Direktorat. Aku kembali ke kampung halamanku, dan di sana sudah banyak sekali perubahan. Dari mulai jalan, gedung, rumah dan masih banyak lagi. Dan di sini pertemuan itu kembali.
Waktu itu, aku berjalan menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat Ashar. Sesampainya di masjid aku bertemu dengan ibunya Reandra. Ibunya tersenyum kepadaku seraya berkata