"oh iya ayo Bu," jawabku.
Keesokan harinya, Ayah dan Ibunya Rean datang ke rumahku pagi-pagi, aku sedikit heran, mengapa orang tua Rean ke rumahku se-pagi ini. Ibu dan Ayah Rean datang menemui Ibu dan Ayahku. Aku menguping pembicaraan mereka dan ternyata :
"Begini Bu, Pak tujuan datangnya saya kesini untuk menanyakan, apakah Nasya sudah memiliki pasangan? Atau ada yang sudah dekat dengan nya?" ucap ayah Rean.
"Sejauh ini belum ada ya Pak, Bu tanda-tanda si Nasya ada calonnya. Emangnya kenapa Bu?" jawab Ibuku. Aku yang mendengarnya terkejut, di dalam batinku bertanya "Mengapa ayahnya menanyakan hal seperti itu?"
"Jadi gini Bu, maksud saya kesini ingin melamar Nasya untuk anak saya Reandra. Karna selama ini saya tanya terus sama Reandra, kamu kapan mau menikah? Dia selalu jawab, Reandra nunggu Nasya bu," jawab ibunya.
Aku yang sedari tadi menguping menangis terharu, karna cinta yang aku pendam sejak kami putus waktu SMA terbalaskan. Jujur hingga detik ini tak ada sedikit pun tentang Reandra memudar di kepalaku.
Ibuku menjawab "kami tidak bisa putuskan Bu, Pak. Yang bisa memutuskan adalah Nasya sendiri, mau atau tidaknya kami tidak memaksakan kehendaknya."
"Nasya," panggil Ayahku. Aku langsung bergegas ke tempat di mana mereka berada. Sesampainya di tempat, aku menyalami Ibu dan Ayah Reandra sembari bertanya
"Ada apa bu? Tadi ibu manggil nasya."
"Ibu mau nanya serius sama Nasya, kan Nasya sekarang udah cukup umurnya. Kalau semisalnya ibu jodohkan kamu dengan Reandra, kamu mau?" ibuku bertanya pelan-pelan.
"Kasih Nasya waktu seminggu buat mikir ya bu, insya allah seminggu kedepan udah ada jawabannya. Nasya mau shalat istikharah dulu bu."