Manisnya.
  "Oke, aku enggak masalah."
  "Serius? Eh ini beneran, Saf?" seru Tatsuki memastikan. Ia langsung membuang dan menginjak puntung rokoknya kemudian mendekatkan posisi duduknya kepada Safitri.
  Kini keduanya saling bertatapan, jaraknya mungkin hanya sejengkal. Walaupun baru saja merokok tetapi mulutnya tidak beraroma menjijikkan. Sebaliknya, campuran bau nikotin dengan parfumnya sungguh menendang-nendang perasaan yang buncah dari dalam hati dan pikiran Safitri.
  Kedekatan itu mengikis jarak keduanya.
  Embusan angin kembali bertiup, menerbangkan helaian rambut yang berjatuhan di dahi Tatsuki. Lucu sekali, malam begitu narsis menunjukkan sifatnya yang dingin hingga kulit mereka menggigil. Namun yang dihasilkan justru kedekatan yang intens dan rasa hangat merambat punggung serta dada.
  Lama-lama senyum itu pudar dari wajah Tatsuki saat telapak tangan Safitri yang dingin menyentuh pipi bulatnya. Mata mereka yang berbinar saling bertaut hingga tak ada lagi jarak yang memisahkan saat bibir keduanya saling bertemu---Safitri bisa merasakan bibir lembut Tatsuki dengan rasa semangka karena pelembap bibir, dan lidahnya yang masih meninggalkan perisa nikotin.
      Safitri dan Tatsuki berhenti, membuka mata perlahan, dan saling menatap kikuk.
      "Saf, aku...." napas Tatsuki berat.
      "Jangan bicara lagi."
      Safitri mengecup Tatsuki dan membiarkan lidah mereka menari selama kurang lebih 5 detik. Akhirnya mereka berhenti, saling bertatapan kikuk lagi.