Suara lembut dan seraknya berhasil mengalihkan konsentrasi Safitri. Perempuan berambut sebahu itu memiringkan kepala sambil memeluk lutut yang ditempel plester luka. Mata hitamnya yang sipit berseri di bawah pantulan cahaya lampu tribun lapangan tenis. Sementara rokok itu masih menyala di selipan jari tangan kanannya.
  Safitri hanya tersenyum tanda ia sepakat dengan penuturan Tatsuki.
  "Ngomongin Halloween, kamu kepikiran pengin jadi siapa?"
  Tatsuki tersenyum lebar karena tertarik dengan topik pembicaraannya. "Aku suka berdandan seperti badut, ada sih dari film jadul asal Rusia yang aku suka judulnya The Adventure of Buratino."
  "Oh, ya? Terus?"
  Tatsuki mengembuskan asap tipis yang menari-nari kemudian ditelan oleh lampu lapangan, "Aku bisa jadi Arlekin, dia itu gadis riang yang disukai banyak orang. Uniknya lagi, kamu tahu Harley Quinn, kan?"
  Safitri mengangguk, penasaran. Sesekali keduanya mengeratkan jaket saat angin malam bertiup menusuk tulang.
  "Nah, kalau kamu lihat model Arlekin. Dia tuh lebih mirip sama Harley Quinn gitu, aku pikir kreator DC Comics terinspirasi dari dia, sih."
  Safitri tergelak melihat cara bicaranya yang menggemaskan, kemudian ia menunjukkan sebuah foto dari ponselnya.
  "Nah kalau enggak keberatan, let me emphasize my message: IF YOU DON'T MIND, aku mau ajak kamu jadi Piero si badut murung dan aku Arlekin si badut periang, gimana? Gimana?" terdengar ada harapan pada nada suaranya, Tatsuki dengan selera badutnya adalah dua hal yang cukup unik bagi Safitri.
  Semua yang dilakukan Tatsuki membuat kupu-kupu dalam perut Safitri terbang dengan liar; cara bicara, gerak bibir, gestur tangan. Sesekali nada suaranya terdengar khawatir. Takut kalau permintaannya ini agak berlebihan.