Mohon tunggu...
Raisa Fitrianda
Raisa Fitrianda Mohon Tunggu... Lainnya - 201202

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Waktu yang Merenggut Segalanya

20 Februari 2021   19:01 Diperbarui: 20 Februari 2021   19:01 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Seseorang berkata "Waktumu mungkin terbatas lakukanlah yang terbaik dari awal sampai akhir.". Jika waktu terbatas apa mungkin semua mimpi bisa tercapai? Hal itu membuat Hana terus merenung memikirkan apa yang harus dia lakukan disaat tidak mempunyai arah.

"Apa aku harus berlari mengejar matahari atau berlindung dalam awan hitam? Saat ini aku berada diantara jembatan yang bisa rapuh kapan saja. Semuanya baik-baik saja sebelum aku tahu waktuku telah direnggut oleh semesta.". 

Harapan tentu ada, tetapi terkadang harapan adalah "monster" yang kejam bagi kita. Menjadi artis musikal merupakan mimpi Hana, tampil di panggung megah, dilihat ribuan orang dan menunjukan bakat seni yang dia miliki. Tetapi akankah mimpi itu terwujud sebelum cahaya sirna?

          Remaja adalah saat-saat yang paling menakjubkan, dimana kita mulai mencari jati diri sendiri, melakukan segala hal yang kita mau dan apa yang kita cita-citakan ke depannya. Presiden Soekarno berkata "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit, bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.". Hal tersebut yang memotivasi Hana untuk terus melangkah mengejar mimpinya. menyanyi, menari dan berlakon hal yang dikuasai olehnya. Hana merupakan remaja berusia 18 tahun yang saat ini bersekolah di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), dia merupakan anak kedua dari dua bersaudara dan mempunyai kakak laki-laki bernama Dimas. Pekerjaan orang tua Hana sebagai wiraswasta yang membuka usaha kecil-kecilan demi menyambung kehidupan mereka sehari-hari.

          Hana merupakan siswi berprestasi dan selalu masuk ke dalam peringkat 5 besar di kelasnya. Ia selalu menghabiskan waktunya di sekolah mengingat kelas 12 SMA memiliki banyak kesibukan mulai dari ujian tulis, ujian praktik, sampai persiapan menuju jenjang perguruan tinggi. Bisa dikatakan rumah itu hanya tempat singgah sementara untuk kita makan, mandi, dan beristirahat.  Tentunya pada tingkat ini siswa kelas 12 memiliki beban yang berat sehingga banyak dari mereka mengalami stress. Hiburan merupakan kata yang tepat untuk mengurangi rasa penat kita setelah beraktivtas. Bagi Hana bernyanyi merupakan cara terbaik untuk mengurangi itu semua. Selain itu, bernyanyi merupakan hal yang paling disukai Hana sehingga ia sempat bercita-cita ingin menjadi penyanyi yang tampil di panggung megah, disoroti cahaya rembulan dan menggunakan gaun yang indah. Menari juga disukai Hana tapi menari itu sangat sulit jika kita tidak berlatih dan terbiasa olehnya Jika ada acara atau kegiatan dalam bidang seni dia selalu mengajukan diri untuk ikut berpartisipasi dan untuk mengasah kemampuannya.

          Aldi merupakan sahabat Hana sejak duduk dibangku SD dan sudah mengenalnya selama kurang lebih 12 tahun. Hampir setiap hari mereka bersama-sama bagaikan magnet yang sulit dipisahkan. Sifatnya yang ceria dan terkadang konyol membuat Hana selalu tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuannya. Dibalik keceriaanya itu, Aldi juga menyimpan sisi yang serius jika dalam keadaan yang mengharuskannya untuk serius. Teman-teman yang lain akan merasa ketakutan jika dia sudah mengeluarkan sisi serius dari dirinya. Bukan berarti dia akan jadi pemarah dengan emosi yang menggebu-gebu, hanya saja serius dan fokus terhadap sesuatu. Hana selalu menceritakan keluh kesahnya kepada Aldi dan menurutnya akan mendapatkan pencerahan walaupun hanya setetes air.  Saat SMA Aldi dan Hana berada di satu sekolah yang sama tapi ruang kelas mereka berbeda. Hal itu bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk bisa berkomunikasi walaupun jarak mereka berjauhan. Mereka selalu bertemu di lapangan, kantin, atau taman sekolah. Bagi Hana, Aldi merupakan sosok yang spesial karena Hana merasa nyaman dan terlindungi bila di sekitarnya.

"Han sadar kenapa kamu ngomong sama angin? Aku masih pengen punya temen yang waras!" teriak Aldi menyadarkan Hana yang sedang berbicara kepada dirinya sendiri.

"Aku bingung!" jawab Hana.

Hal yang dipikirkan Hana adalah penampilan apa yang akan ditampilkannya nanti pada acara pagelaran seni yang diadakan oleh sekolahnya, sedangkan pagelaran diadakan  dua hari lagi.

"Pagelaran seni? Bukannya udah ditentuin siapa aja yang mau tampil nanti?" tanya Aldi kebingungan.

"Aku diminta secara mendadak buat tampil Al, tapi sekarang aku bingung harus menampilkan apa sedangkan yang lain persiapannya udah total banget.".

"Gak usah bingung lah Han kamu kan bisa nyanyi,  pilih aja salah satu lagu dari yang paling kamu suka dan jangan lupa pilih yang paling sederhana tapi memukau.".

"Kira-kira kostumnya pake apa ya? Ngga punya baju lagi.".

"Dasar cewek, satu lemari penuh masih bilang ngga punya baju? Sekarang kamu pulang pikirin mau nampilin apa dan cari baju yang mau dipake nanti daripada ngomel ngga jelas disini!".

"Galak banget Al.".

Setelah berdiskusi dengan Aldi untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan ini, akhirnya Hana bergegas pulang ke rumah untuk memikirkan penampilan apa yang akan ditampilkan nanti dan mencari pakaian yang bisa ia gunakan nanti di acara pagelaran seni.

"Assalamualaikum ibu!" teriak Hana mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam nak, kenapa buru-buru ada apa?".

"Aku diminta untuk tampil di acara pagelaran seni yang diadain sama sekolah bu!" jawab Hana dengan semangat.

"Wah selamat sayang, kapan acaranya? Apa nanti ibu dan kakakmu boleh datang menonton?" tanya ibu.

"Dua hari lagi, ibu sama Kak Dimas boleh menonton kok." .

Hana menceritakan semua kejadian yang menimpanya hari ini, hingga pada akhirnya Hana pergi ke kamar dan menemukan baju lamanya yang masih bagus peninggalan ayahnya. Hana mencoba baju tersebut dan hasilnya Hana sangat cantik seperti bidadari yang turun dari langit. Sampai-sampai kehadiran Kak Dimas tidak dirasakan oleh Hana.

"Mau kemana kamu pakai baju sebagus itu?"

"Mau aku pakai nanti untuk pagelaran seni, cantik bukan?".

"Tentu saja cantik, tapi bajunya saja bukan orangnya." gurau Kak Dimas.

"KAKAK!" teriak Hana kesal.

Setelah memilih baju yang akan dipakai nanti, saat ini Hana sedang memikirkan penampilan apa yang akan ia tampilkan nanti.

"Apa yang harus aku tampilkan nanti ya?" tanya Hana pada dirinya sendiri.".

Tiba-tiba muncul sebuah video penampilan teater musikal di laman sosial medianya. Dalam video tersebut sang aktris sedang bernyanyi, menari dan berlakon. Hal tersebut menginspirasi Hana untuk mencoba menampilkan itu.

"Apakah aku bisa menampilkan tiga bakat sekaligus dalam satu kali penampilan?" gumam Hana.

Akhirnya Hana memilih untuk mencoba berlatih menyanyi  seperti apa yang ditampilkan dalam video penampilan teater musikal yang sedang dilihatnya.

          Satu hari lagi waktu bagi Hana untuk berlatih penampilannya, walaupun mendadak bisa dikatakan ia berlatih dengan baik. Cukup menampilkan yang sederhana dan memukau sesuai perkataan Aldi. Hari ini Hana berlatih untuk menggambarkan ekspresi wajah yang sesuai dengan lirik lagu seakan-akan lagu tersebut adalah kisah dirinya sendiri. Lagu yang ditampilkan Hana nanti memiliki emosi yang kuat dan butuh penghayatan yang kuat, ini merupakan tantangan besar bagi Hana. Selama berlatih Hana merasa ingin sekali mengasah kemampuannya dalam bidang ini dan dalam waktu sekejap ia jatuh cinta ke dalam profesi aktris musikal dan meyakinkan dirinya untuk bisa seperti itu di masa depan, selama kita mampu apa salahnya untuk kita mencoba.

          Pagelaran akhirnya tiba, dihadiri oleh para siswa, guru dan orang tua. Tetapi Hana seharian ini merasa tidak nyaman dan merasa gelisah. Dia merasa tidak percaya diri karena kostum yang ia gunakan tampak biasa saja dibandingkan yang lainnya terlihat mewah dan anggun. Bu Diana yang merupakan guru seni menghampiri Hana.

"Hana ada apa? Kamu terlihat sangat gelisah hari ini? Apa kamu merasa gugup untuk tampil di depan banyak orang?".

"Aku merasa tidak percaya diri melihat teman-teman yang lain, mereka terlihat anggun dan cantik sedangkan aku terlihat biasa saja." Jawab Hana dengan sedih.

"Percaya pada dirimu sendiri Hana, Percayalah pada kemampuanmu! Tanpa kepercayaan diri kamu tidak akan berhasil atau  merasa bahagia. Jangan biarkan opini orang lain menenggelamkan dan mempengaruhi dirimu. Ingat itu!" Ucap Bu Diana menyemangati Hana.

Ucapan semangat dari Bu Diana membuat Hana merasa sedikit lega hingga tak terasa sekarang giliran Hana untuk naik ke atas panggung. Di depannya sudah ada ibu Hana, Kak Dimas, Aldi, teman-teman Hana, siswa lainnya, dan para guru. Dengan gugup Hana mulai menampilkan sesuai dengan apa yang dilatihnya dalam waktu yang singkat ini.

Musik berhenti menandakan tanda selesainya lagu, Hana terdiam dan semua orang terdiam, Hana menahan nafas begitupun yang lainnya.

Hana berbicara dalam hati kecilnya "Apa semua orang tidak menyukai penampilanku? Apa aku berbuat kesalahan? Kenapa semuanya terdiam?".

Ibu Hana menangis sambil bertepuk tangan untuk mengapresiasi penampilan anaknya yang sungguh hebat dan memukau padahal acara ini bukan ajang pencarian bakat tetapi rasanya begitu menyentuh hati semua orang. Semua orang bertepuk tangan dengan meriah dan meneriakan nama Hana, ia begitu terkejut melihat reaksi semua orang setelah melihat penampilannya dan merasa bangga pada dirinya sendiri bahwa ia telah berhasil mencoba sesuatu yang belum pernah ia tampilkan sebelumnya. Pagelaran pun telah selesai ditutup dengan penampilan Hana yang memukau dan membuat para penontonnya jatuh hati padanya. Hana menganggap penampilannya saat ini merupakan latihan untuk nanti jika ia tampil di panggung yang sebenarnya.

          2 bulan telah berlalu semenjak pagelaran tersebut, banyak yang tertarik dengan Hana setelah melihat video penampilannya yang diunggah oleh seorang siswa disana. Hingga pada suatu hari datang seseorang tak dikenal menuju rumah Hana. Terdengar ketukan pintu yang membuat ibu Hana segera berlari dari dapur untuk membuka pintu. Tampak seorang laki-laki dan perempuan yang berpakaian rapid an formal mengunjungi rumah Hana.

Salah satu dari kedua orang tersebut bertanya "Apakah benar ini rumah dari siswi yang bernama Hana Wulandari?".

Ibu menjawab "Iya betul saya ibunya Hana, mohon maaf dengan siapa dan darimana ya?".

"Kami perwakilan dari Universitas Seni ingin menyampaikan informasi mengenai beasiswa yang akan diterima oleh Hana, untuk lebih jelasnya bisa kita berbicara di dalam?".

Ibu Hana sungguh terkejut mendengar bahwa Hana akan mendapatkan beasiswa dan segera mengajak para perwakilan tersebut untuk masuk dan berbicara di dalam.

"Kami melihat salah satu video penampilan seorang siswi dalam acara pagelaran seni sekolah, dan kami merasa siswi tersebut mempunyai potensi dalam bidang seni, maka dari itu kami mencoba untuk menghubungi pihak sekolah terkait untuk meminta informasi berupa data pribadi dari Hana." jelas para perwakilan terebut.

Ibu Hana mendengarkan secara seksama semua penjelasan yang diberikan oleh mereka untuk proses mendapatkan beasiswa tersebut. Hana yang baru pulang dari sekolah pun ikut duduk dan mendengarkan. Hana tidak menyangka jalan untuk meraih mimpinya terbuka secara tiba-tiba, beasiswa selalu identik dengan siswa berprestasi dalam bidang akademik ataupun non-akademik. Mungkin Hana tidak terlalu pandai dalam pelajaran karena baginya sungguh sulit untuk mendapatkan peringkat pertama di kelasnya, tapi untuk saat ini Hana bersyukur bahwa bakat yang ia miliki dapat membantu masa depannya. Sungguh baik jika kita bisa menyeimbangkan keduanya tapi hal tersebut sangatlah langka dan sulit. Siswa lain mungkin berjuang dalam ujian untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang mereka mimpikan, tapi Hana sudah mempunyai jalannya sendiri karena proses mendapatkan beasiswa itu berhasil maka ia sudah diterima oleh universitas sebelum waktu kelulusan tiba.  

"Kenapa kamu bahagia banget hari ini?"Tanya Kak Dimas.

"Kak, aku punya berita baik buat kakak."jawab Hana dengan semangat.

"Berita apaan? Palingan juga kamu mau menceritakan yang ngga ada manfaatnya sama sekali." Jawab Kak Dimas dengan tidak peduli.

"Kak aku serius, kalau ngga percaya bisa tanya sama ibu.".

"Ya udah cerita apaan, cepetan kakak mau mandi.".

"AKU DAPET BEASISWA KULIAH KAK!"teriak Hana.

"Sebentar, gimana-gimana ulangi takut salah denger.".

"Kamu ngga salah denger kok, Hana dapet beasiswa dan undangan dari universitas seni, tadi para perwakilannya ke sini untuk menyampaikan informasi tersebut."jawab Ibu dengan secara tiba-tiba.

 Kemudian mereka semua berbincang mengenai kabar bahagia ini dan mereka sangat bersyukur kepada Tuhan telah diberikan rezeki dan kesempatan yang berharga ini.

          Kuliah merupakan istilah belajar mengajar yang dilakukan di perguruan tinggi. Tingkat kuliah dengan SMA tentunya berbeda dan lebih sulit serta menantang. Kata "lelah" atau "mengeluh" tidak pernah terucap dari mulut Hana. Mengapa? Karena jika kita mengeluh hanya akan membuat semangat kita untuk meraih mimpi menjadi hilang, maka dari itu penting untuk memiliki tujuan dan motivasi agar bisa bertahan dalam kesulitan apapun. "Berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.". merupakan salah satu peribahasa yang sering kita dengar dan menjadi patokan bagi Hana untuk berjuang.  Setelah lulus dari SMA Hana sudah jarang bertemu dan berkomunikasi dengan Aldi satu sama lain karena kesibukan maing-masing, tapi sesekali mereka bertemu dalam acara reuni sekolah, dan tentunya mereka masih bersahabat dengan baik. Selama masa kuliah Hana mengikuti berbagai kegiatan dalam bidang teater musikal, terkadang ia juga mencari audisi untuk peran-peran tertentu yang bisa ia lakonkan. Bisa dikatakan Hana sampai saat ini berhasil mendapatkan peran-peran kecil dalam beberapa judul teater dan tentunya Hana belum bisa mendapatkan pemeran utama melainkan karena masih pemula dan baru di bidang ini. Untuk mendapatkan pemeran utama Hana harus tampil dalam banyak judul teater agar dikenal dan dilihat banyak orang serta mengasah kemampuannya lebih dalam lagi. Hampir setiap hari Hana melatih dirinya agar bisa mencapai hasil yang maksimal dan bisa meraih mimpinya secara cepat.

          Perjalanan Hana dalam mencapai mimpinya bisa dikatakan tidak selalu mulus selalu ada rintangan yang harus dilewati. Semua permasalahan bisa kita lewati jika kita dalam keadaan tenang dan berpikir secara jernih untuk mendapatkan solusi yang tebaik. Hingga pada suatu hari Hana merasakan kondisi tubuhnya yang tidak dalam keadaan stabil.

"Kenapa kamu terlihat murung hari ini? Apa terjadi sesuatu?" Kata Kak Dimas.

"Entahlah belakangan ini aku merasa mudah lelah dan kurang bersemangat, apa mungkin kurang beristirahat ya?" Jawab Hana dengan lesu.

"Makanya jangan terlalu banyak memikirkan hal yang tidak penting apalagi sampai berlarut-larut, bisa buat kamu stress loh.".

"Aku ngga mikirin apa-apa kok kak, mungkin cuma kelelahan aja karena setiap hari selalu berlatih.".

"Jangan lupa untuk makan dan minum vitamin, itu kunci untuk kondisi tubuh yang prima walaupun aktivitas yang banyak.".

Setelah berbincang dengan kakaknya, Hana pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Tetapi Hana merasa gelisah karena merasakan kondisi badannya yang sungguh tidak enak. Akhirnya Hana diam-diam pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya.

Keringat dingin mengalir disekujur tubuh Hana, ia sangat gelisah menunggu hasil pemeriksaan dan takut akan terjadi sesuatu pada dirinya. Hana sungguh berharap ini bukan penyakit melainkan kelelahan biasa akibat banyak aktivitas. Hasil pemeriksaan keluar dan Hana dipanggil untuk berkonsultasi dengan dokter.

"Apakah Hana selalu merasa kelelahan walaupun melakukan aktivitas kecil?" Tanya dokter kepada Hana.

" Iya dok saya merasa kelelahan dan saya pikir ini akibat dari terlalu sering berlatih untuk karir saya ke depannya. Apakah benar seperti itu?".

Hana semakin merasa tidak karuan untuk mendengar hasilnya.

"Mohon maaf Hana hasilnya tidak begitu menyenangkan, kamu mengidap gagal jantung.".

Hana masih belum bisa mengerti apa yang sedang terjadi dalam dirinya, pasalnya dahulu ayah Hana meninggal dunia akibat penyakit gagal jantung yang dideritanya. Ia berjalan meninggalkan ruangan dengan tatapan kosong dan hanya berjalan tanpa arah hingga akhirnya terduduk di sebuah kursi taman ditemani dengan rintik hujan yang membasahi bumi. Tercium pula bau khas tanah basah yang merasuki hidung. Hana terlarut dalam kesedihan ia menangis sampai merasa tidak kuat lagi untuk mengeluarkan beban yang tersimpan dalam dirinya.

Handphone Hana bergetar menandakan ada telepon yang masuk, disana tertulis Ibu.

"Hana kamu dimana? Kenapa pergi ngga bilang-bilang, diluar hujan deras." Ucap ibu dengan khawatir.

Hana hanya terdiam menahan tangisnya, dan hanya terdengar suara air yang turun dari langit.

"Hana jawab!"teriak ibu.

Hana segera mematikan sambungan teleponnya karena tidak bisa berkata apa-apa lagi, mulutnya seakan-akan membisu dan wajahnya membeku. Hana merasa bahwa dunianya telah runtuh saat itu juga, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, tetap melangkah atau diam ditempat.

"Apakah aku akan mati seperti ayah? Sebelum semua impianku tercapai?" tanya Hana pada dirinya sendiri.

Hana berusaha untuk bangkit dan pulang ke rumahnya serta mencoba untuk menyembunyikan apa yang sedang terjadi pada dirinya dari keluarganya. Ia takut jika keluarganya tau semua kegiatan yang ia suka akan dilarang. Akhirnya Hana sampai di rumah dengan basah kuyup dan tubuh menggigil. Ibu dan kakaknya sangat khawatir  melihat kondisi Hana saat ini, yang tadinya mau memarahi malah mengkasihani. Hana tidak menjawab satu patah katapun pertanyaan yang diajukan dan segera masuk ke kamarnya.

"Lebih baik kita jangan dulu mengganggu Hana, nanti ada waktunya Hana cerita sama kita, biarkan saja dulu." Ucap Kak Dimas menenangkan ibunya.

Saat ini Hana berbaring di tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamarnya tetapi pikirannya sungguh terganggu saat ini.

          Hari demi hari telah berlalu dan waktu terus berputar, Hana masih menyembunyikan fakta tentang penyakitnya. Kala itu Hana berhasil membohongi keluarganya dengan alasan ditolak oleh seseorang yang ia suka, dan mereka percaya saja karena pada usia sekarang permasalahan jatuh cinta memang wajar. Hana berusaha untuk tetap tersenyum dan beraktivitas seperti biasanya, tetapi hati kecilnya selalu menangis karena terus membohongi semua orang. Di sisi lain Hana juga takut akan membebani keluarganya jika mereka tahu tentang fakta yang sebenarnya. Hana tetap tegar dan pantang menyerah walaupun setiap hari kondisinya mulai melemah dan meyakini bahwa masih ada hari esok untuknya.

Pada hari ini Hana mengikuti audisi untuk mendapatkan pemeran utama dalam teater musikal. Saingannya cukup berat jika dilihat dari pengalaman para pesertanya. Audisi ini merupakan percobaan pertama setelah Hana berhasil bangkit dari keterpurukannya.

"Peserta nomor 31 Hana Wulandari silahkan masuk!" ucap salah satu staff disana. 

Dengan semangat Hana berjalan memasuki ruangan audisi, disana sudah hadir 3 juri yang akan menilai penampilannya. Karena Hana tidak bisa berlatih dengan ekstra untuk persiapan penampilannya hari ini, maka Hana mencoba mengulang kembali penampilannya saat di acara pagelaran seni di SMA dulu.

"Semoga aku tidak berbuat kesalahan hari ini." Ucap hati kecil Hana.

Hana menghela nafas dan segera mempersiapkan penampilannya, ia berharap penampilannya sekarang dapat memikat juri dan membawanya lebih dekat kepada mimpinya sebelum waktunya habis. Musik dimulai, Hana mulai bernyanyi serta menari dengan sangat indah, tetapi tidak sekuat dahulu saat pertama kali menampilkannya.

"Penampilanmu sangat bagus, sederhana, dan kreatif. Tetapi alangkah baiknya jika kamu bisa membawakannya lebih kuat lagi." Komentar juri pertama.

"Menurut saya dalam percobaan pertama mengambil audisi peran utama, kamu berpotensi dan sepertinya cocok untuk peran yang akan ditampilkan nanti." Ucap juri kedua.

" Saya sangat suka penampilan kamu sederhana, elegan dan memukau. Jika kamu terpilih saya harap bisa bekerja sama dengan baik." Ucap juri ketiga.

Komentar dari juri ketiga mengingatkan Hana dengan ucapan Aldi dahulu, dan tiba-tiba ia merasakan kerinduan terhadap sosok seorang sahabat yang selalu ada untuknya pada saat itu. Hana tersenyum sendiri mengingat hal itu, karena dulu ia merasa bahagia dan tidak memiliki beban apapun. Berbeda dengan sekarang, Hana merasa kesepian dan hidupnya pun perlahan berubah.

          Audisi selesai dan tinggal menunggu hasil akhirnya, bukannya pulang ke rumah tapi Hana mengunjungi makam ayahnya. Ditataplah pusara dari mendiang sang ayah, tak lama kemudian jatuh setetes air mata membasahi tanah pemakaman.

"Ayah, putrimu datang. Apakah disana ayah baik-baik saja? Disini Ibu dan Kak Dimas juga baik-baik saja."

"Hana sangat merindukan ayah, mungkin kita bisa bertemu disana secepatnya. Tapi Hana tidak tahu kapan Hana bisa bertemu dengan ayah."

Hana terus berbicara di depan makam ayahnya, diusapnya batu nisan sang ayah sambil menceritakan apa yang dialami Hana selama ini mulai dari penyakitnya sampai audisi hari ini. Jika ayahnya masih ada kemungkinan potret seperti ini tidak akan kita lihat, melainkan mereka akan bercerita di rumah ditemani dengan minuman hangat atau cemilan yang nikmat.

 "Ayah apa aku harus menyerah saat ini juga? Sekeras apapun aku mencoba pada akhirnya waktu yang akan mengalahkan segalanya."

"Harapanku Cuma satu saat ini, yaitu bisa mencapai titik dimana aku menjadi pusat perhatian semua orang di atas panggung."

Setelah mengutarakan segalanya Hana berpamitan kepada ayahnya dan segera pulang ke rumah karena langit sudah mulai mengeluarkan awan hitamnya.

            Hari pengumuman pun tiba, Hana bergegas untuk membuka laptopnya dan mengecek apakah ada e-mail yang masuk. Dengan gelisah Hana berjalan kesana kemari menunggu hasil pengumuman audisi kemarin.

"Han, bisa duduk aja ngga nunggu hasil pengumumannya. Ngga pegel apa berdiri terus." Celetuk Kak Dimas.

"Sudah biarkan saja Dim, kenapa kamu yang ribet." Kata Ibu memarahi Kak Dimas.

Terdengar suara notifikasi pertanda ada pesan yang masuk. Hana segera meraih laptopnya dan dengan mulutnya yang komat-kamit membaca doa segera membaca pesan tersebut.

"A-aku lolos? Aku jadi pemeran utama? YANG BENAR?!" teriak Hana dengan kerasnya.

Kak Dimas segera menghampiri meja adiknya dan membaca pesan tersebut.

"IBU! HANA LOLOS AUDISI!" teriak Kak Dimas memberi tahu ibu.

Semuanya bergembira mendengar kabar tersebut, ibu dan Kak Dimas bergantian mengucapkan selamat kepada Hana karena telah berhasil dalam audisi tersebut. Untuk merayakannya ibu memasak makanan kesukaan Hana, dan mengajaknya untuk berjalan-jalan. Hana sangat bersemangat dan bahagia hari ini, sampai-sampai ia lupa akan segala beban hidupnya.

          Setelah hasil audisi diumumkan, Hana kembali sibuk dengan persiapannya untuk tampil dalam teater musikal yang dimana Hana sebagai pemeran utamanya. Hampir setiap hari Hana pulang malam dan mengonsumsi obat pereda nyeri agar tidak menganggu aktivitasnya. Bisa dikatakan Hana bergantung terhadap obat tersebut. Dalam sehari ia bisa mengonsumsi 2-3 pil obat jika Hana berlatih terlalu keras. Baginya ini satu-satunya jalan agar bisa meraih mimpinya tanpa terhalang oleh apapun. Pernahkah keluarganya curiga terhadap Hana yang selalu mengonsumsi obat? Tentu tidak, karena lagi-lagi Hana berbohong dan mengatakan bahwa itu vitamin. Sungguh miris jika kita lihat perjuangannya sampai detik ini, memiliki mimpi yang besar namun terhalang oleh maut yang bisa menimpanya kapan saja.

          Hari demi hari dilewati Hana hingga tak terasa hari ini adalah hari dimana untuk pertama kalinya ia tampil di panggung megah sebagai pemeran utama. Rasa gugup dan gelisah melanda dirinya, ia tidak bisa duduk tenang di belakang panggung melihat banyaknya penonton yang sudah menunggu untuk melihat teater musikal yang paling dinanti semua orang. 15 menit sebelum acara dimulai Hana merasakan sakit di dadanya, bagaikan ada pedang yang menusuk tubuhnya. Bergegas mengambil obat, tapi apa daya kaki yang tidak kuat menopang tubuh pada akhirnya ambruk di depan mata semua orang. Dibawanya Hana ke tempat bernuansa putih dan tercium aroma khas obat-obatan yang menusuk hidung.  Rasa khawatir tersirat jelas di mata Ibu Hana dan para staff yang menunggu kesadaran Hana. Kak Dimas berjalan dengan lesu setelah bertemu dokter yang menangani Hana, ia tidak menyangka selama ini Hana menyembunyikan fakta yang begitu besar dari keluarganya. Kini semua tahu bahwa Hana mengalami hal yang sama seperti ayahnya dahulu. Ibu Hana menangis histeris mendengar kabar tersebut, semuanya terkejut tidak menyangka bahwa Hana selama ini bertahan dan berjuang sendirian.

"Hana ayo bangun nak, sekarang waktunya untuk tampil di depan semua orang sesuai dengan mimpi kamu." Pinta ibu kepada Hana sambil menangis.

Tak lama Hana bangun dan melihat semua orang sedang berkumpul di depannya.

"Mengapa semua orang menangis? Apa yang terjadi?"ucap hati kecil Hana.

"Ibu kenapa menangis? Hana tidak apa-apa cuma kelelahan saja tidak perlu khawatir."kata Hana yang menenangkan ibunya.

"Ibu tidak apa-apa sayang hanya khawatir kamu akan melewatkan hari besarmu hari ini."ucap ibu berbohong.

Semua orang sepakat untuk pura-pura tidak tahu tentang penyakit Hana agar Hana tidak perlu terbebani dan mengkhawatirkan yang lain. Hana berusaha bangkit dan segera kembali ke gedung pertunjukan.

"Hana apa kamu kuat hari ini? Apa kita harus membatalkan acaranya?" tanya salah satu staff.

"Aku kuat kok tidak perlu khawatir semuanya akan baik-baik saja, aku sudah menunggu hari ini datang sejak lama." Jawab Hana.

Hana segera bersiap-siap untuk naik ke panggung dan menampilkan penampilan pertamanya atau mungkin untuk terakhir kalinya.

            Sejak penampilannya pada hari itu, kondisi Hana semakin memburuk sampai-sampai melakukan rawat inap di rumah sakit. Ia berusaha untuk tetap bertahan sampai akhir tapi semesta tidak merestuinya. Setiap detik baginya saat ini sungguh berharga, bisa saja setelah detik pertama Hana menghilang dari muka bumi ini. Harapan tentu ada, tetapi terkadang harapan adalah "monster" yang kejam bagi kita.

"Pada akhirnya semua orang tahu tentang fakta ini, sepintar apapun aku menyembunyikannya pasti akan ketahuan juga." Gumam Hana.

Diambilnya sebuah pena dan kertas oleh Hana kemudian dituliskannya kata-kata yang tidak bisa dia ungkapkan secara langsung. Tetes demi tetes air mata membasahi lembaran kertas yang ada di hadapannya.

"Maafkan aku semuanya kalian harus menghadapi ini." Ucap Hana sambil melipat kertas dan menyembunyikammya di bawah bantal rumah sakitnya.

Pecahan gelas terdengar di penjuru ruangan, semua berlari menghampiri dan mendapatkan Hana yang tidak sadarkan diri. Detak jantung yang menghilang membuat panik semua orang, tim medis beusaha untuk menyelamatkannya, tapi naas takdir berkata lain. Hana gagal bertahan dan meninggalkan semuanya.

          Langit yang bersedih pun mengantar Hana ke peristirahatan terakhirnya, inilah saatnya Hana bisa berbaring di sebelah ayah tercinta untuk selamanya. Ditaburkannya bunga ke pusara Hana membuat tangis keluarganya pecah, mereka masih tidak menyangka Hana pergi secepat ini. Dokter yang merawat Hana datang ke pemakaman dan membawa sepucuk surat yang Hana sembunyikan di bawah bantal pada saat itu.

"Semuanya ini aku Hana, apakah kalian baik-baik saja? Aku baik-baik saja selama kalian juga baik-baik saja. Aku harap surat ini tidak pernah sampai kepada kalian keluargaku tercinta. Jika surat ini sampai kemungkinan aku tidak berada di sisi kalian lagi. Maafkan aku ibu, maafkan aku Kak Dimas selama ini aku menjadi beban bagi kalian semua. Pada akhirnya aku akan menemui ayah di surga rasanya sungguh menyenangkan jika Hana bisa bertemu ayah disana. Untuk ibu dan Kak Dimas semoga kita bisa bertemu lagi di surga dan menjadi keluarga yang utuh. Aku sangat sedih jika harus menghentikan mimpiku di titik ini juga tapi aku senang sebelum waktu mengambil nyawaku, aku bisa mencapai mimpi terbesar dalam hidupku walaupun itu terjadi untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

Oh iya apakah ibu masih mengingat Aldi? Dia sahabatku dari kecil, tolong sampaikan padanya ada hal yang tidak bisa aku ungkapkan selama ini bahwa aku menyukainya. Mungkin ini sedikit memalukan tapi aku tidak mempunyai waktu untuk itu. Aku sangat senang memiliki teman sepertinya dan aku berharap dia juga senang berteman denganku. Maaf jika aku tiba-tiba membahasnya karena dia adalah sosok yang tidak pernah aku temukan. Untuk Kak Dimas segeralah mencari kekasih, bagaimana bisa pria tampan sepertimu tidak memiliki kekasih. Carilah kekasih yang cantik sepertiku dan membuat kakak jatuh hati setiap melihatnya. Untuk ibuku tercinta jika pada suatu hari aku pergi dari dunia ini jangan terlalu bersedih menangisi kepergianku, lakukanlah hal yang ibu sukai bersenang-senanglah, karena aku akan selalu ada dan hidup di hati ibu.

Bolehkah aku meminta satu hal kepada kalian? Tolong jangan lupakan aku!".

          Setelah kepergian Hana, tentu hidup keluarganya tidak seperti dulu lagi, tetapi demi menjalankan keinginan terakhir Hana mereka berusaha untuk bisa kembali ke sedia kala. Aldi yang mendengar berita kepergian Hana begitu terpukul dan tidak menyangka seseorang yang dicintainya tiba-tiba pergi meninggalkan sebelum kisah cintanya dimulai.

            Pada akhirnya, sosok Hana yang ceria, pintar, dan baik hati harus menghilang dari pandangan semua orang. Bertahan hidup merupakan kata yang sulit untuk Hana lakukan, karena rasa sakit telah mengerogoti tubuhnya secara perlahan hingga akhirnya kata menyerah muncul di akhir hidupnya. Perjuangan Hana selama ini dalam memperjuangkan mimpi dan melawan penyakitnya patut kita apresiasi, karena pada usia yang masih muda ia mempunyai mimpi yang begitu besar dan tidak pernah menyerah untuk meraih mimpi serta mencoba untuk tidak memperdulikan penyakit yang dideritanya. Jika semesta mengatakan kita harus berhenti maka waktu juga akan berhenti.  Jangan pernah mengeluh dalam menghadapi rintangan hidup karena segala sesuatunya merupakan takdir dari Tuhan. Setiap detik yang kita lewati begitu berharga maka jangan pernah menyia-nyiakannya. Ungkapkan segalanya sebelum waktu merenggut segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun