Mohon tunggu...
Raisa Fitrianda
Raisa Fitrianda Mohon Tunggu... Lainnya - 201202

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Waktu yang Merenggut Segalanya

20 Februari 2021   19:01 Diperbarui: 20 Februari 2021   19:01 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu tidak apa-apa sayang hanya khawatir kamu akan melewatkan hari besarmu hari ini."ucap ibu berbohong.

Semua orang sepakat untuk pura-pura tidak tahu tentang penyakit Hana agar Hana tidak perlu terbebani dan mengkhawatirkan yang lain. Hana berusaha bangkit dan segera kembali ke gedung pertunjukan.

"Hana apa kamu kuat hari ini? Apa kita harus membatalkan acaranya?" tanya salah satu staff.

"Aku kuat kok tidak perlu khawatir semuanya akan baik-baik saja, aku sudah menunggu hari ini datang sejak lama." Jawab Hana.

Hana segera bersiap-siap untuk naik ke panggung dan menampilkan penampilan pertamanya atau mungkin untuk terakhir kalinya.

            Sejak penampilannya pada hari itu, kondisi Hana semakin memburuk sampai-sampai melakukan rawat inap di rumah sakit. Ia berusaha untuk tetap bertahan sampai akhir tapi semesta tidak merestuinya. Setiap detik baginya saat ini sungguh berharga, bisa saja setelah detik pertama Hana menghilang dari muka bumi ini. Harapan tentu ada, tetapi terkadang harapan adalah "monster" yang kejam bagi kita.

"Pada akhirnya semua orang tahu tentang fakta ini, sepintar apapun aku menyembunyikannya pasti akan ketahuan juga." Gumam Hana.

Diambilnya sebuah pena dan kertas oleh Hana kemudian dituliskannya kata-kata yang tidak bisa dia ungkapkan secara langsung. Tetes demi tetes air mata membasahi lembaran kertas yang ada di hadapannya.

"Maafkan aku semuanya kalian harus menghadapi ini." Ucap Hana sambil melipat kertas dan menyembunyikammya di bawah bantal rumah sakitnya.

Pecahan gelas terdengar di penjuru ruangan, semua berlari menghampiri dan mendapatkan Hana yang tidak sadarkan diri. Detak jantung yang menghilang membuat panik semua orang, tim medis beusaha untuk menyelamatkannya, tapi naas takdir berkata lain. Hana gagal bertahan dan meninggalkan semuanya.

          Langit yang bersedih pun mengantar Hana ke peristirahatan terakhirnya, inilah saatnya Hana bisa berbaring di sebelah ayah tercinta untuk selamanya. Ditaburkannya bunga ke pusara Hana membuat tangis keluarganya pecah, mereka masih tidak menyangka Hana pergi secepat ini. Dokter yang merawat Hana datang ke pemakaman dan membawa sepucuk surat yang Hana sembunyikan di bawah bantal pada saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun