“Itu kan tidak ada di dalam peraturan!” A membila diri.
“Kau memang ingin membunuhnya. Aku tahu kau tidak terlalu suka dengan para rubah karena C mati gara-gara memakan rubah. Rubah bukan musuh, C saja yang bodoh memakannya.” Teriak B lantang.
Milos tak tahu harus berbuat apa, ia maju selangkah mendekat lalu berucap dengan wajah tertekuk. “Jika ada orang yang paling pantas disalahkan, maka orang itu adalah aku. Permainan ini adalah ideku. Dan aku tidak berpikir akan menjadi seperti ini.”
“Ini bukan salahmu. Ini salah mereka berdua.” Tunjuk E ke arah A dan B, sedangkan D hanya mengangguk tanda setuju.
“Sudahlah, aku tidak ingin membicarakan ini lagi.” A benar-benar marah, ia pergi menjauh ke arah sarangnya, menendang sarangnya dengan keras hingga sarang itu roboh. “Ini semua gara-gara sarang sialan ini.” Teriaknya kesal.
Pertengkaran hebat itu terus bertahan, semakin meradang hingga malam akhirnya datang. Z akhirnya siuman, di dalam gua, D dan Milos menemaninya.
“Bagaimana dengan mereka?” Tanya Z penasaran.
“Mereka masih bertengkar.” Jawab D dengan helaan napas. “Aku meminta E untuk mengawasi mereka.”
“Maafkan aku!” Ucap Milos.
“Tak apa-apa. Ini bukan salahmu. Ini hanyalah kecelakaan.”
“Semuanya malah jadi semakin memburuk.” Milos menambahkan.