Ketika acara yang dimaksud ratu terlaksana, Pangeran jahat sengaja mendekati puteri agar bisa menyapa puteri Binar Cahaya Mentari, tetapi sekaligus terkejut betapa cantiknya puteri. Puteri memakai pakaian warna keemasan. "Tuan Puteri, cincinnya bagus sekali." Belum sempat pangeran jahat melanjutkan kata-katanya, puteri sudah melihat cincin yang melingkar di jari manis pangeran itu. Puteri keringat dingin. Puteri terpaku. Puteri memandangi wajah sang lelaki yang ada dihadapannya. Untung saja pangeran Aliuddin mendekati. Pangeran Ali binggung dengan ekspresi kakaknya dan segera menyimpulkan. Kakak beradik ini antara menerima dan tidak. Menerima karena sudah lama dinanti orang yang mengenakan cincin yang sama. Menolak karena yang memakai cincin yang mirip dengan cincin puteri adalah sepertinya orang atau lelaki yang kurang baik.
      Di sisi lain seorang prajurit yang baru dilantik sedang mencuri-curi kesempatan untuk mencari tambatan hatinya. Apalagi sesampainya di kota ini, Wira mendapat informasi bahwa puteri angkat raja sangat merindukan teman kecilnya, yang pernah memberi cincin kepadanya. Tahulah dia sekarang bahwa teman kecilnya atau gadis kecil yang pernah dihadiahkan cincin olehnya sudah tumbuh menjadi perempuan berbakat yang cantik dan baik hati.
      Akhirnya Wira berjumpa dengan kekasih hatinya dan hampir saja tidak mampu bergerak karena rindunya. Sang puteri pun melihat. Tanpa sengaja tatapan mereka beradu. Allah sudah mempertemukan mereka. Puteri senang sekali. Hatinya sudah memberi jawaban. Dia yakin prajurit yang dihadapannya adalah teman kecilnya, Wira.
      Maka gagallah upaya pangeran jahat. Wira menghampiri, "Apakah nama puteri adalah Binar?" tanya Wira cepat. "Benar sekali." Sudah lama sekali aku menunggumu Wira," jawab puteri sedih campur senang.
""""
      Puteri Binar berjalan-jalan bersama Wira. Tiba-tiba sesuatu terjadi. Mereka sedang membagi-bagikan boneka kepada anak-anak yatim.
Anak-anak    : "Kita berada di mana sekarang?"
Wira         : "Semua gelap."
Puteri        :"Tidak usah berteriak dan yang diperlukan sekarang kita berdoa."
Wira         :"Benar-benar."
      Mereka berdoa terus, akhirnya terang masuk. Mereka pun merasa senang. Mereka fokus ke tempat semula mereka berada.