Puteri sangat santun. Ibunda menasehati, "Puteri kecantikkan dan kekayaan tidak dibawa mati, tetapi akhlak yang baik dan budi yang baik menjadi tabungan kita di akhirat kelak." Binar menyimpulkan, "Kita tidak boleh menyombongkan diri." "Benar sekali anakku. Selain itu, jika kamu lihat yang lebih baik, maka kamu harus senang dan tidak merasa iri apalagi benci."
""""
      Hal yang sama pun terjadi pada Wira. "Ibunda, kapan kita ke rumah putri teman baru ayahanda lagi?" tanya Wira yang teringat pernah diberi tumpangan oleh seorang pria, yang usianya kira-kira sebaya ayahandanya. pria ini pun tidak sengaja menjadi teman keluarganya. begitu kenal akrab dan langsung menjadi teman.
      waktu itu keluarga Wira sedang menmepuh perjalanan jauh dan butuh tempat berisitrahat. namun ayahandanya lah yang menjawab, " Boleh-boleh, tetapi ingat kamu harus membantu ayah di rumah. "Wira tersenyum. "Mengapa melamun?" tanya ibunda Wira lembut dan halus. "Iya, Ibunda ananda ingat sesuatu, Wira terus memandangi cincinnya. "Ooh, cincin ini. Indah sekali. Besok kita akan datang ke tempat yang kamu inginkan. Ya, kan abangda?" sang ayahanda pun setuju." "Hore-hore," Wira bersorak kesenangan. "Karena kamu sudah senang, kamu harus makan sekarang biar gemuk," bujuk ibunya dan Wira setuju kegirangan.
""""
      Sebelum acara pengangkatan prajurit baru, pangeran Aliuddin sempat mengajak puteri untuk mencari lelaki yang selalu menganggu pikirannya, yang tak lain adalah Wira. Mereka keluar istana. Puteri senang ketika dia berjalan-jalan di kota, mereka ditemani oleh seseorang. temannya itu baik sekali. Puteri menyukainya. Puteri diajarin memanah. Pengalaman yang sangat berharga. Puteri jadi seperti lelaki, karena dia mengenakan celana. Puteri Binar merasa lebih bebas dan leluasa.
      Persahabatan mereka benar-benar tulus. Sampai ketika puteri memperkenalkan adik perempuannya kepada temannya itu. Temannya puteri sangat baik. Selain itu, temannya puteri memiliki teman lelaki yang katanya lebih hebat dari dia. Orangnya pendiam. Ternyata ada sesuatu dari temannya yang disembunyikan.
      Dalam memanah harus mampu berkonsentrasi dengan baik dan bisa melakukan teknik yang benar. Pada kesempatan kedua perjumpaan mereka, mereka pun berlatih dengan serius. Ketika memanah, tiba-tiba tangan puteri terluka. Tangan puteri langsung diperban. Adik puteri pun menangis. "Jangan menangis. Kakak tidak apa-apa." "Kakak cincinnya mana?" Puteri Binar tersentak dan langsung mencari. "Astaga cincin itu tidak boleh sampai hilang."
      Cerita puteri yang mencari lelaki yang memberikan cincin kepadanya, diketahui oleh pemuda yang sangat menyukai puteri. Dia pun  mulai membuat cincin yang palsu agar puteri percaya dan mempunyai rencana lain, yaitu mendapatkan cincin yang asli.
      seorang pengawal masuk ke kamar yang ditata rapi dan apik, "Pangeran, pesanannya sudah siap." "Bagus sekali. Aku akan segera mendapatkan puteri yang cantik jelita dan baik hati." Tanpa disangka pengawal angkat bicara, "Lebih baik pangeran mendapatkan wanita tersebut dengan cara yang lebih baik." Pangeran menjawab sinis, "Aku tidak yakin." "Anda harus yakin dengan kemampuan Anda pangeran," lanjut pengawal lagi. "Baik-baik, tetapi biarlah kucoba dulu cara yang tadi." Pengawal kecewa sekali dan berdoa agar Pangeran segera berubah.
""""