Pada hari berikutnya, mereka bertiga menemui Pak Arif di ruangannya. Pak Arif, seorang dosen yang dikenal tegas namun adil, menerima mereka dengan wajah serius.
"Pak Arif, kami dengar ada kekhawatiran tentang hubungan kami," Diana memulai dengan hati-hati.
Pak Arif menatap mereka dengan tatapan tajam. "Benar. Saya khawatir hubungan pribadi kalian bisa mempengaruhi lingkungan akademik dan profesionalisme kalian di kampus."
Novan maju sedikit, mencoba meredakan situasi. "Pak Arif, kami selalu berusaha memisahkan kehidupan pribadi dan akademik kami. Kami memastikan tugas dan tanggung jawab kami selalu terpenuhi dengan baik."
Pak Arif menghela napas panjang. "Saya mengerti posisi kalian. Tapi, kalian harus menyadari bahwa dalam lingkungan akademik, persepsi sangat penting. Jika ada kesan bahwa kalian mendapatkan perlakuan khusus, itu bisa merusak reputasi kalian dan kampus."
Diana merasa tersudut, namun berusaha tetap tenang. "Kami hanya ingin memperjelas bahwa hubungan kami tidak akan mempengaruhi profesionalisme kami, Pak. Kami akan berusaha lebih keras untuk membuktikan itu."
Pak Arif menatap mereka satu per satu, lalu akhirnya berkata, "Baiklah. Saya akan memberikan kalian kesempatan. Buktikan bahwa hubungan kalian tidak mempengaruhi kinerja akademik kalian. Tapi ingat, satu kesalahan kecil saja bisa memperkuat rumor yang ada."
Keluar dari ruangan Pak Arif, Diana dan Novan merasa lega namun juga terbebani. Mereka tahu bahwa tantangan yang mereka hadapi tidak hanya tentang perasaan mereka, tapi juga tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara cinta dan tanggung jawab akademik.
"Aku tahu kita bisa melewati ini, Diana," kata Novan dengan keyakinan. Diana mengangguk. "Aku juga percaya, Van. Kita akan buktikan kepada semua orang bahwa kita bisa menjalani ini dengan baik."
Namun, mereka tahu bahwa ini baru awal dari tantangan yang harus mereka hadapi. Di tengah dukungan dari keluarga dan sahabat, mereka harus tetap tegar menghadapi segala rintangan yang ada. Sore itu, mereka kembali ke sudut kenangan untuk mencari kekuatan dan ketenangan. Hari-hari berlalu dengan penuh tekanan bagi Diana dan Novan. Mereka berusaha sebaik mungkin untuk tetap profesional dan menjaga hubungan mereka dari sorotan negatif. Namun tekanan tersebut mulai menguji kesabaran dan ketahanan mereka.
Suatu sore, setelah sesi kerja kelompok di perpustakaan, Diana dan Novan memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kampus. Mereka berdua merasakan beban yang sama, namun tidak ada yang berani memulai pembicaraan tentang perasaan tertekan yang mereka rasakan.