Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti di Sudut Kenangan

20 September 2024   20:00 Diperbarui: 20 September 2024   20:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam acara makan malam keluarga yang diadakan di rumah Diana, suasana mulai terasa hangat dan penuh harapan. Bu Lestari dan Pak Budi, setelah berbicara panjang lebar, akhirnya menyetujui hubungan Diana dan Novan.

"Kami hanya ingin yang terbaik untuk kalian berdua," kata Bu Lestari dengan senyum hangat. "Jika kalian yakin ini adalah yang terbaik, kami akan mendukung kalian."

Pak Budi menambahkan, "Cinta itu tentang komitmen dan pengorbanan. Kami percaya kalian bisa melalui ini bersama-sama."

Diana dan Novan saling menggenggam tangan, merasakan kekuatan dan dukungan dari keluarga mereka. Di sudut kenangan, tempat semuanya bermula, mereka berjanji untuk selalu saling mendukung dan mencintai, apa pun yang terjadi.

**********

Hari-hari berlalu dengan penuh kebahagiaan bagi Diana dan Novan, namun seperti semua kisah cinta, tak lama kemudian muncul konflik yang menguji keteguhan hati mereka. Suatu hari, Raka datang ke kampus dengan wajah cemas. Ia mendekati Diana dan Novan yang sedang duduk di bangku taman, seperti biasa. "Diana, Novan, aku perlu bicara dengan kalian," katanya dengan nada serius.

Diana dan Novan saling bertukar pandang sebelum menatap Raka dengan penuh tanda tanya. "Ada apa, Raka?" tanya Novan. Raka menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Kalian tahu, aku selalu mendukung kalian berdua. Tapi ada rumor yang mulai beredar di kampus. Katanya, hubungan kalian membuat beberapa orang tidak nyaman, terutama dosen pembimbing kita, Pak Arif."

Diana terkejut. "Rumor apa, Raka? Kenapa mereka harus peduli dengan hubungan kami?"

Raka melanjutkan dengan raut wajah khawatir. "Pak Arif merasa bahwa hubungan kalian bisa mempengaruhi profesionalisme di kampus, terutama karena kalian sering terlihat bersama di acara akademik. Dia bahkan berpikir untuk memberikan penilaian yang berbeda pada tugas-tugas kalian."

Novan mengepalkan tangan, mencoba menahan amarahnya. "Ini tidak adil! Kami tidak pernah membiarkan hubungan kami mempengaruhi pekerjaan kami."

Diana, meski terkejut, mencoba berpikir jernih. "Kita harus bicarakan ini dengan Pak Arif. Tidak bisa dibiarkan begitu saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun