Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti di Sudut Kenangan

20 September 2024   20:00 Diperbarui: 20 September 2024   20:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diana menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku... aku jatuh cinta dengan Novan, Bu. Dia sahabat terbaikku, tapi sekarang perasaanku lebih dari itu."

Bu Lestari terdiam sejenak, merenungkan kata-kata putrinya. "Diana, aku tahu Novan adalah anak yang baik. Tapi kamu harus ingat bahwa cinta itu tidak hanya tentang perasaan. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan."

Diana mengangguk, menyadari kebenaran dalam kata-kata ibunya. "Aku tahu, Bu. Tapi aku merasa ini lebih dari sekadar perasaan sementara. Aku ingin mencoba, meski ada banyak hal yang harus kita hadapi."

Sementara itu, di rumah Novan, suasana juga tidak kalah tegang. Ayah Novan, Pak Budi, duduk di ruang tamu dengan wajah serius. Novan tahu bahwa ini adalah momen yang tepat untuk berbicara tentang perasaannya pada Diana.

"Ayah, aku perlu bicara tentang sesuatu," kata Novan, sambil duduk di sebelah ayahnya.

Pak Budi menatap putranya dengan tatapan penuh arti. "Katakan, Novan. Ada apa?"

Novan menarik napas panjang. "Aku jatuh cinta pada Diana, Ayah. Dia sahabat terbaikku, tapi sekarang aku merasa perasaanku lebih dari itu."

Pak Budi menghela napas, lalu berbicara dengan suara tenang namun tegas. "Novan, cinta itu adalah hal yang indah. Tapi, kamu harus siap menghadapi segala konsekuensinya. Keluarga Diana mungkin memiliki pandangan yang berbeda, dan kamu harus siap untuk itu."

Keesokan harinya, Diana dan Novan memutuskan untuk bertemu lagi di sudut kenangan. Mereka saling berbagi tentang percakapan yang terjadi dengan orang tua mereka, dan menyadari bahwa cinta mereka harus menghadapi ujian yang lebih besar.

"Diana, aku tidak akan menyerah," kata Novan dengan tegas. "Kita akan hadapi semua ini bersama-sama." Diana tersenyum, merasa yakin bahwa mereka bisa melewati semua rintangan. "Aku juga tidak akan menyerah, Van. Kita akan buktikan bahwa cinta kita bisa bertahan."

Hari-hari berikutnya diisi dengan pertemuan antara keluarga Diana dan Novan. Meski pada awalnya ada kekhawatiran dan keraguan, perlahan-lahan kedua keluarga mulai memahami dan menerima cinta mereka. Dengan usaha dan pengertian, Diana dan Novan berhasil menunjukkan bahwa cinta yang mereka miliki adalah cinta yang tulus dan kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun