Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti di Sudut Kenangan

20 September 2024   20:00 Diperbarui: 20 September 2024   20:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah langit senja yang mulai berwarna jingga, mereka berbicara tentang masa depan, cita-cita, dan harapan. Namun, di sudut hati Diana dan Novan, ada sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan. Sesuatu yang mereka takuti untuk diungkapkan, sesuatu yang membuat mereka terus menanti di sudut kenangan ini, berharap suatu saat keberanian akan datang untuk merubah segalanya.

Raka memulai pembicaraan dengan semangat. "Kalian sudah dengar tentang acara malam apresiasi seni minggu depan? Mereka butuh sukarelawan untuk membantu persiapan. Aku sudah mendaftar, dan aku pikir kalian juga harus ikut. Ini bisa jadi pengalaman seru sebelum kita lulus."

Novan menatap Diana dengan tatapan bertanya, sementara Diana hanya mengangkat bahu dan tersenyum tipis. "Terdengar menyenangkan. Apa kamu sudah mendaftar, Diana?" tanya Novan.

Diana menggeleng pelan. "Belum, tapi mungkin aku akan ikut. Toh, kita butuh kenangan indah sebelum semuanya berubah."

Raka tersenyum lebar. "Bagus! Aku akan memastikan kita berada dalam tim yang sama. Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."

Sore itu berlalu dengan obrolan tentang rencana masa depan dan kenangan yang telah mereka buat bersama. Namun, ketika matahari mulai tenggelam, suasana menjadi lebih serius. Diana tahu bahwa ada hal penting yang harus dibicarakan dengan Novan, tetapi kehadiran Raka membuatnya sulit untuk membuka diri.

Saat Raka pergi ke toilet, Novan melihat kesempatan untuk berbicara lebih dalam dengan Diana. "Di, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Tapi, sepertinya ini bukan waktu yang tepat."

Diana menatap Novan dengan tatapan penuh arti. "Aku juga merasakan hal yang sama, Van. Mungkin kita butuh waktu berdua, tanpa gangguan."

Novan mengangguk. "Besok, setelah kuliah, bagaimana kalau kita bertemu lagi di sini?"

Diana tersenyum. "Baiklah, besok sore kita bicara."

Ketika Raka kembali, suasana kembali menjadi lebih ringan. Mereka melanjutkan percakapan tentang acara apresiasi seni, membahas detail dan rencana yang akan mereka lakukan. Namun, di balik tawa dan canda, Diana dan Novan menyimpan perasaan yang semakin mendesak untuk diungkapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun