Mata Haning berhenti pada seorang pemuda.
"Mas Karno?" tanya Haning.
"Iya, aku pikir aku salah orang. Ternyata ini benar kamu," kata Karno.
Haning hanya tersenyum.
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja Ning? Kulihat tubuhmu sekarang mengurus, tapi cantikmu tak pernah pudar," kata Karno sambil terus menyawang Haning.
Haning yang merasa tatapan itu terus-menerus kearahnya segera mencari alasan.
"Jangan ngobrol disini Mas. Tidak enak dilihat orang banyak. Ayo kita ngobrol sambil minum es dawet di warung seberang," ajak Haning.
"Baiklah,' jawab Karno singkat.
Haning segera memsan dawet pada penjualnya.
"Mbak, dawet dua."
Angin siang itu terlalu malu-malu meniupkan ruhnya pada dedaunan yang melambai-lambai kecil. Di antara teriknya siang yang seolah enggan beranjak itu, dua orang manusia masih terus melanjutkan obrolannya.