Dalam peperangan yang terjadi, adakalanya satu tembakan saja dari moncong meriam Cakrabirawa mampu menembus dinding kubah meriam tank Macan-tutul. Superioritas ini membuat formasi tank-tank milik pemerintah kocar-kacir. Lagipula karena kurang menguasai medan, banyak dari tank-tank milik pemerintah itu yang terperosok dalam lumpur dan lubang yang sengaja diciptakan oleh pihak pemberontak.
Peperangan darat ini membuat wilayah hutan di sekitar bukit Lorenz telah menjadi medan tempur mengerikan. Banyak pohon telah terbakar dan bahkan tersingkir oleh hantaman bom dan meriam. Di mana-mana parit-parit pertahanan terbentang dan ratusan ribu prajurit bertahan dalam keputusasaan di dalam relung-relung parit yang berlumpur itu.
Sementara itu ribuan nyawa melayang dalam hitungan jam dari kedua belah pihak. Bau mesiu dan amis darah bersenyawa membentuk kengerian yang mengiris jiwa. Mayat-mayat bergelimpangan dan darah merembes membentuk kubangan cermin bagi wajah-wajah lesu dan kesakitan. Rintihan pilu mohon pertolongan pun melengking menyayat hati. Sementara rentetan tembakan belum juga usai, sahut menyahut.
Karena kuatnya pertahanan pemberontak, pesawat kekaisaran terus membombardir daerah sekitar bukit Lorenz. Walaupun dibombardir lewat serangan udara dan serangan meriam raksasa, tentara infantri Kekaisaran masih tak mampu merebut puncak bukit yang tingginya hanya sekitar dua ratus meter dari permukaan laut itu.
Melihat tiada hasil yang berarti, Kaisar Wagsta murka. Ia menyuruh pasukannya untuk mengadakan gencatan senjata selama lima minggu, serta meminta kaum pemberontak untuk menyetujui keputusan ini. Keputusan untuk mengadakan gencatan senjata disambut baik oleh para pemberontak, namun tetap saja dilihat sebagai taktik dari sang kaisar untuk kembali membangun kekuatan baru untuk menyerang.
Kaisar sendiri menjelaskan bahwa ini hanyalah jeda dalam perang, untuk memberi kesempatan bagi kedua pihak untuk memulihkan diri. Dalam waktu itu ia sendiri akan memutuskan apakah perang akan dilanjutkan ataukah diakhiri.Â
Para pemberontak sendiri sangat mengharapkan bahwa kaisar bisa berubah pikiran melihat berbagai kegagalan dan korban yang dialaminya, sementara itu kaisar sendiri nampak masih mengeraskan diri untuk tetap pada pendiriannya yang pertama untuk menguasai kembali tanah Frogsta.
Bunker pertahanan kaum pemberontak, sehari setelah perang dihentikan untuk semetara...
"Pak, kekuatan kita memang masih kokoh di lereng-lereng bukit Lorenz, tetapi personel infantri kita telah berkurang jauh, begitu juga berbagai alutsista kita. Para ksatria kita di garis depan telah kelelahan menghadapi gempuran jutaan pasukan kekaisaran. Saya takut kalau kaisar tetap memutuskan untuk memulai perang lagi dan mengorbankan pasukan cadangan mereka, maka habislah kita," lapor Jendral tertinggi pasukan pemberontak siang itu.
Abner, pemimpin tertinggi negeri Republik Demokratik Domus hanya tersenyum mendengar penuturan sang jendral.
"Tak perlu cemas, Tristan. Kita akan meminta negara sekutu kita untuk meneror Kekaisaran dari belakang. Kaisar pasti akan berpikir dua kali untuk mengerahkan pasukan cadangan."