"Coba saja kalau kau mau. Sekarang kau hanya berkuasa atas para pengawal pribadimu ini. Tapi ingat, kau tak memiliki kuasa apapun pada ratusan juta orang di luar sana, dan pada selaksa tentara yang sedang mengepung istana ini." Seorang gubernur lain melanjutkan dengan nada santai. Sepeleton tentara yang membelot datang dan mengurung kaisar beserta para pengawalnya. Mereka menodongkan senjatanya, siap menerjang dengan tembakan. Kaisar bertambah gugup. Wajahnya pucat pasi.
"Anda tidak punya pilihan lain. Kami memberi waktu sampai besok untuk mengemasi barang-barang anda. Karena sejak besok, kami akan mengangkat gubernur Frogsta sebagai pemimpin yang baru. Anda tidak memiliki hak untuk tinggal di negeri ini. Kalau anda menolak, maka kami akan menghukum anda di penjara seumur hidupmu," ujar salah seorang gubernur yang lain.
Kaisar segera menyadari bahwa kejatuhannya telah tiba. Ia memandang geram pada jajaran kedua-belas gubernur itu. Ia tak pernah menyangka bahwa kekuasaannya akan dilucuti dengan cara memalukan seperti ini. Akhirnya penguasa angkuh itu menyerah tanpa syarat dan digiring keluar istana. Karena tak mendapat tempat lagi dalam negeri Domus, ia mencari suaka kepada negara-negara tetangga.Â
Sebagian besar negara lain menolak, kecuali negeri Siriyu yang dulu bersekutu dengan dia. Bagaimanapun, karena desakan rakyat di negara itu, mantan kaisar ini tidak mendapat perlakuan khusus dan malah dipenjarakan demi menghindari kekacauan publik.Â
Di sana mantan kaisar itu hidup sampai masa tuanya, dalam keterbelengguan sebagai rakyar jelata yang menderita kekurangan. Ia menyaksikan dari jauh perkembangan negeri yang dulu ia pimpin, yang kini telah dipimpin oleh orang-orang yang dulu dicapnya sebagai pemberontak.
Negeri Domus berubah bentuk menjadi republik, dipimpin oleh teman seperjuangan Abner, Mousa si pemberani. Sejak saat itu, negeri itu memperoleh masa-masa keemasan, masa penuh kedamaian, suatu masa ketika keadilan, toleransi dan kebebasan bertumbuh secara beriringan. Kaum yang tertindas, yang memberontak itu kini memperoleh mimpi mereka. Semua itu dimulai dari kematian seorang martir bernama Abner.
                                                      (Manado, Februari 2017).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H