"Kamu sendiri masih mencintai mantan suamimu?"
Arin menatap tajam. "Kok masih tanya gitu?"
"Just confirm, Babe."
"No, I just love you. He's nothing!" tegas Arin.
"Bila ada pelanggan-pelangganku yang lain, mereka hanya senilai rupiah dan dolar mereka. Tapi kamu bagian dari hatiku. Kamu hadir saat aku runtuh setelah perceraian. You're my best customer. Even more!"
Sesama bunga itu saling menghisap apa yang jadi haknya kumbang jantan.
Dalam deru nafsu malam yang bermandikan peluh, Wening berbisik di telinga Arin,"Tapi aku cemburu sama babu cucimu. Kenapa kamu masih piara dia? Jaman sekarang buruh cuci sudah harus dimuseumkan! C'est la vie!"
"Come on. Aku kasihan sama dia. Dia ditinggal kabur suaminya yang selingkuh dengan perempuan lain. Sama seperti aku. Kita kan harus solider sebagai sesama perempuan," Arin mengedip manja. "Lagian lumayan kan sebagai cadangan kalo aku kangen kamu dan tidak bisa ketemu. Haha..."
"Iya, ya. Siapa tahu kita bisa threesome! Hihi..."
Mereka terkikik mesum.
Malam berlalu dengan desahan dan erangan terlarang.