Namun sebelum makhluk itu sempat melakukannya, Aryo tiba-tiba nekad melompat ke punggungnya dan menghunjamkan belati ke bola matanya.
Belati itu menembus sampai ke dalam.
Makhluk itu meraung kesakitan dan melepaskan Dyah. Gadis itu langsung roboh ke lantai. Tangannya yang lunglai menindih tabung warna perak tadi.
Aryo sendiri bernasib malang. Makhluk itu berhasil merenggutnya dari punggung. Dia pun dibanting ke lantai. Dan sebelum sempat berbuat apa-apa, cakar-cakar runcing dari makhluk itu telah menembus dadanya.
Aryo tidak menjerit. Malah berteriak, "Hanya seperti ini kemampuanmu, Bangsat?"
Makhluk itu membalas dengan geraman keras. Mulutnya menganga lebar. Jelas dia juga mau melahap kepala Aryo.
"Masih lapar? Aku punya sesuatu yang lebih enak!"
Sambil berkata demikian, Aryo menjejalkan granat terakhir ke kerongkongan yang menganga di hadapannya.
Makhluk itu mengeluarkan suara seperti orang tersedak. Tangannya menggapai-gapai mulut. Tapi granat itu sudah terlalu dalam di kerongkongannya.
Aryo memanfaatkan kesempatan untuk berguling menjauh dan merangkul Dyah. Melindungi gadis itu dari apa yang terjadi sedetik kemudian.
Kepala makhluk itu meledak. Menghamburkan tulang tengkorak, daging, dan semburan darah berwarna pekat. Tubuhnya yang besar langsung roboh seketika. Tak bergerak lagi.