Aku mendadak lupa cara bicara. Terserap hawa berbeda. Tapi, bahkan aku tak tahu namanya.
Dalam kelam dini hari, aku mengikutinya menuju pagar rumahku sendiri. Katanya, ia sengaja berpakaian serba hitam agar tidak terlihat satpam. Aku hanya sanggup tersenyum suram.
Semerbak aroma mawar tercium kembali.
Dari dalam tas kertas, dikeluarkannya tiga mawar merah.
"Tiga melambangkan aku, Ibu, dan adikku yang berduka. Merah melambangkan darah pengorbanan Ayah."
Gadis itu merapal doa-doa, menyusupkan tangan ke balik pagar.
Tiga mawar merah terkulai di bawah cemara.
Tanpa nama, baik pengirim maupun penerima.
.... bersambung ke sini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI