"Bisa dibilang, kita memiliki korelasi," katanya serius.
"Oh ya? Apa benang merah antara geotermal dan tata kota selain fakta bahwa kami berpotensi membuat kerusakan lingkungan?"
Dia tersenyum. "Kita sama-sama ingin menggeser minyak bumi dan batu bara," tuturnya.
Aku hanya diam, tidak mengerti.
"Memalukan, sih. Tapi, ini aku pernah berpikir begini. Kamu tahu kan, minyak bumi dan batu bara terbentuk dari jasad renik serta makhluk yang telah mati ratusan tahun.
Aku rasa, minyak bumi dan batu bara mirip dengan pemerintahan yang kejam. Mereka memegang tampuk kuasa, menumbalkan rakyat kecil. Lantas, bertaruh dengan nyawa-nyawa yang tersisa."
Aku terhenyak. Kilat kebencian menggeliat di runcing matanya. Terlihat jelas goresan luka. Teramat dalam. Apa hubunganmu dengan ayahku, Nona?
"Bukankah ayahmu walikota?" tanyaku, memuaskan rasa curiga.
"Tentu saja bukan."
"Tadi kamu bilang, dia tinggal di rumah walikota."
"Iya, tapi dia bukan walikota," katanya lirih. Aku kebingungan.