Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Elegi Jasad Renik #2

10 September 2018   08:57 Diperbarui: 18 September 2018   00:40 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Panas bumi di Pangalengan," jawabku singkat. Sejujurnya, aku ingin pergi saja jika diminta menjelaskan tugas akhir yang hampir membuatku gila.

"Geotermal? Bagus sekali. Agar dunia tak menggantungkan nasib pada batu bara dan minyak bumi," katanya tanpa intonasi.

"Jadi, kamu juga mahasiswa?" tanyaku, berusaha terdengar tidak meremehkan.

Dia mengangguk. "Tingkat tiga."

"Jurusan apa?"

"Planologi."

Aku diam, terkejut. Himpunan Mahasiswa Planologi di kampusku bersuara paling lantang soal penghentian proyek reklamasi. Tapi, aku tidak pernah paham soal alasannya.

"Apakah kamu termasuk demonstran pesisir utara?" tanyaku.

Dia tertawa untuk kedua kali. Cantik. Aku berencana mengajukan pertanyaan bodoh lain, jika itu bisa membuatnya tertawa lagi.

"Aku tidak suka ikut aksi. Aku menentang reklamasi lewat tulisan di koran-koran, media sosial, dan proyek alternatif bersama komunitas nelayan."

Wah, prospektif. Kecantikan dan kecerdasan. Perpaduan sempurna. Aku bisa mengutuk takdir jika benar kami satu ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun