Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Elegi Jasad Renik #2

10 September 2018   08:57 Diperbarui: 18 September 2018   00:40 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi anak pejabat adalah simpul impianku semasa kecil. Sang pejabat akan menghadiri banyak rapat. Istri pejabat sibuk menemui rakyat. Tinggal anaknya yang menikmati kemudahan tanpa memikul tugas berat. Itu yang kupikirkan dulu, sebelum Ayah dipercaya menjadi walikota.

Menyisakan aku, yang mengendap penuh derita.

Delapan tahun dikelilingi senyum imitasi. Kesetiaan berbasis materi. Eksistensi Reno sudah mati. Deretan trofi dan medali bagi mereka tak menunjukkan prestasi, melainkan jati diri anak walikota yang banting tulang membuktikan diri.

Aku tak lebih dari anak pertama Wira Jayanto, walikota Karagan. Tampil sempurna disokong fasilitas bintang lima, dikata biasa. Sedikit cacat, siap-siap dimangsa media.

Aku ingat pernah tertangkap basah merokok di belakang sekolah. Kenakalan remaja pada umumnya. Wajar? Memang. Bagi wartawan kota, itu menjadi lalapan segar. Disusul serakan sampah artikel parenting yang mencari-cari korelasi antara kesibukan orangtua dengan pemberontakan anak. 

Ada yang masuk akal, lebih banyak yang tidak. Yang jelas, aku berlaga sebagai primadona. Simbol remaja haus perhatian. Kurang kasih sayang. Salah pergaulan. Semacam itulah. Segala istilah yang merujuk pada hasil kegagalan pendidikan keluarga.

Tentu saja bukan masalah besar. Ayah punya tentakel yang siap membungkam.

Lamunanku buyar, menyadari langit lamat-lamat semakin kelam. Kerumunan gagak berkuak. Meredam serak vokalis Navicula di radio kota.

Sehelai bulu tersemat di kaca mobil. Aku bergidik, menurunkan kecepatan. Gagak tak pernah alpa mencium bahaya.

Gelap. Langit hitam itu bergerak.

Gagak-gagak terbang menuju pesisir utara. Teringat proyek penelan dana yang melibatkan jajaran mafia kota. Ayah tergabung di sana. Dikepung aksi mahasiswa yang tak henti bergema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun